~ 2 ~

638 103 3
                                    

El masuk ke kelasnya. Duduk di pojok belakang. Tempat yang ramai sekali diincar para mahasiswa yang malas. Sedangkan seorang gadis memilih duduk di kursi terdepan dekat dengan meja dosen.

El melihatnya saja menggeleng. Namun ia tak tau rupa gadis itu karena hanya tasnya saja yang tergeletak. Dari mana El tau dia seorang gadis? Dari backpack pink pastel dengan gantungan kunci bertuliskan Aeleasha Zainisa.

El lebih memilih memainkan game di handphonenya sambil menunggu dosen masuk ke dalam kelas. Hingga tak lama semua mahasiswa masuk. Kursi terisi penuh kecuali gadis yang El perhatikan dari tadi tasnya.

5 menit setelahnya. Seorang gadis masuk. El memandang gadis tersebut kaget. Bukannya dia gadis yang menolaknya?

Senyum smirk terbit di wajahnya. Ia akan membuat gadis itu, yang menolaknya menjilati ludanya sendiri. Felian ditolak.

"Tapi kan gue gak tau namanya! Eh tapi perasaan tadi gue liat namanya Zea deh! " Gumam El kesal. Ia bingung, bagaimana cara mengetahui nama gadis itu tanpa harus tanya dengan orangnya langsung.

"Bener gak ya namanya Zea! " Gumannya kesal dan penasaran. Hingga tak lama seorang dosen masuk membuat kepala El langsung mumet.

"Ya Allah, bapak ini pulak yang masuk!" Ujarnya kesal saat melihat bahwa yang masuk adalah Pak Bambang.

~~~

El mendengar penjelasan tersebut dengan malas. Apalagi ia benci materi yang di berikan oleh dosen tersebut. Namun, ketika matanya memandang sosok yang menolaknya itu, ia terkekeh.

Siapa gadis itu? El saja lupa namanya. Apakah benar namanya Zea? Atau Sea? El menggeleng keras. Ia lupa dan ia benci itu. Tapi yang pasti El akan membuat gadis itu suka padanya. El telah bertekat. Apalagi dengan tantangan sang Papa. Siapa sih yang gamau kuliah di Universitas Pradipta?

Hingga tak lama seseorang datang mengetuk pintu. Membuat semua langsung menoleh ke arah asisten rektor yang masuk ke dalam kelas.

"Permisi Pak, saya di utus oleh Pak Yusuf untuk memanggil Lea." Ujarnya pada Pak Bambang.

Oalah namanga Lea, bener nih gue beda-beda tipis tebakannya.

El terkekeh pelan saat tau tebakannya salah. Namun El memperhatikan ekspresi terkejut Lea saat nama gadis itu di panggil oleh Pak Rega.

Lucu juga nih cewe.

Pak Bambang memandang Pak Rega, asisten rektor tersebut dengan penuh tanda tanya. Namun tetap saja Pak Bambang tidak bertanya lebih jelas mengapa Lea dipanggil.

"Silahkan Lea saya izinkan pergi karena dipanggil oleh Pak Yusuf." Ujarnya.

Semua dosen di Universitas itu mengenal seorang Aeleasha Zainisa karena kecerdasannya. Semua dosen menyukai gadis itu, sudah pintar cantik sopan santun pula.

Lea mengangguk pelan. Ia menggendong tasnya, lalu berjalan pelan keluar kelas mengikuti Pak Rega dengan cemas. Lea takut beasiswa yang selama ini ia pertahankan dicabut oleh Pak Yusuf, padahal ia merasa nilainya tidak ada yang menurun.

Tangan Lea mendadak pucat dan dingin. Lea hanya merapalkan doa di dalam hati.

Semoga bukan apa-apa.

Sedangkan di dalam kelas tersebut. El tersenyum, ia sudah tau nama Lea dan itu akan semakin menjadi lebih mudah.

"Lea." Ucapnya pelan , namun di otaknya sudah memikirkan bermacam-macam taktik untuk mendekati nama gadis itu.

"Jika kau tau bisa kudapatkan lewat kata, kudapatkan kau lewat doa."

~~~

Di dalam ruang rektor Universitas, Lea duduk dengan resah. Ia duduk di sofa sendiri. Pak Rega telah keluar dari ruangan tersebut karena Pak Yusuf berkata ingin berbicara dengan Lea secara empat mata.

Lea semakin resah saat melihat berkas-berkas bertuliskan namanya di meja sofa tersebut. Apa itu berkas beasiswanya? Bagaimana nasibnya jika beasiswanya di cabut, sedangkan ia disini merantau jauh dari keluarga.

"Tidak perlu tegang Lea." Ujar Pak Yusuf yang baru saja keluar dari ruangannya. Lea memandang Pak Yusuf sambil tersenyum dan mengangguk.

Pak Yusuf terkekeh melihat tingkah Lea. Pak Yusuf pun duduk di sofa bersebrangan dengan Lea, jadi saat itu posisi mereka berhadapan. Pak Yusuf mulai membuka berkas tersebut dan membacanya sekilas.

Karena Lea yang sudah penasaran tentang mengapa ia dipanggil  , gadis itu memilih memberanikan diri dan bertanya.

"Permisi Pak Yusuf, ada gerangan apa ya saya dipanggil ke sini? Apa berhubungan dengan beasiswa saya pak?" Tanya Lea.

Pak Yusuf sontak mengangguk membuat Lea ingin pingsan saat itu juga.

"Beasiswa saya di cabut pak? Bukankah nilah saya tidak ada yang menurun?" Tanyanya lagi.

"Memang tidak, bahkan nilaimu naik terus mendekati sempurna. Saya bangga karena mahasiswi sepertimu ada di Universitas ini." Ucapnya.

Nafas Lea tak beraturan. Ia mengucap syukur di dalam hati. Beasiswanya aman.

"Mohon maaf lagi pak, jadi tujuan saya disini apa ya?" Tanya Lea lagi.

Pak Yusuf memandang Lea , ia memberikan berkas tersebut saat sudah dibaca olehnya semua. Lea langsung saja mengambil berkas tersebut lalu membacanya dengan hati degdegan.

Lea membaca dengan teliti. Ini menyangkut beasiswanya dan ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Meskipun Lea termasuk orang berada, ia tak mau merepotkan kedua orang tuanya dengan uang berlebih membayar kuliah.

Namun semua di luar prediksinya.

"Pak, ini beneran? Bapak gak bercandakan?" Ucapnya kaget setelah membaca berkas tersebut.

Pak Yusuf mengangguk mantap.

"Iya beneran. Selamat Lea, kamu terpilih menjadi siswa pertukaran pelajar dengan Universitas Pradipta di Paris. Bapak harap kamu bersedih untuk membanggakan kampus kita dengan berkuliah di sana dan mendapatkan nilai yang terbaik." Ujar Pak Yusuf.

Lea tidak habis pikir, ia tersenyum senang. Ia mengangguk semangat.

"Pasti Pak Yusuf, saya tidak akan mengecewakan bapak serta kampus ini. Saya akan memaksimalkan belajar saya agar nilai saya menjadi yang terbaik." Ujarnya semangat.

"Oke, berangkatnya 2 minggu dari sekarang. Semua biaya kebutuhan kamu selama di sana akan di sediakan dan gratis. Kamu akan tinggal di hotel khusus pelajar Universitas Pradipta." Ujarnya lagi.

Lea mengangguk mengerti. Ia sangat sangatlah senang.

"Baik pak. Saya akan berusaha membanggakan bapak serta kampus ini. Terima kasih sudah mempercayakan saya untuk menjadi mahasiswi pertukaran pelajar di Universitas Pradipta tahun ini pak."

Pak Yusuf terkekeh melihat semangat Lea yang sangat membara.

"Oke, kalau kamu mau permisi juga boleh karena tugas saya menyampaikan tentang beasiswa kamu sudah selesai. Silahkan kembali ke kelas." Ucapnya. Lea mengangguk.

Lea berdiri dari duduknya begitupun dengan Pak Yusuf. Lea menyalim tangan Pak Yusuf sebagai tanda hormat dan tanda terima kasih.

"Sekali lagi terima kasih pak, saya permisi dulu." Ujarnya lalu Lea berjalan keluar dari ruangan rektor tersebut dengan wajah cerah.

Entah mimpi apa ia semalam hingga bisa mendapat kenyataan yang luar biasa seperti sekarang.

"Paris, i'm coming!" Ujarnya senang.

Sedangkan sosok itu sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Lea dengan tersenyum.

"Lea, i'm coming!" Ujarnya.

To be continued

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang