~ 15 ~

372 69 4
                                    

Lea dan Sofia duduk di barisan depan. Sedangkan barisan belakang penuh, hanya tersisa satu kursi kosong dan semua tau siapa pemilik kursi itu.

Tak berselang lama, El pun masuk ke dalam kelas. Mengedipkan sebelah matanya ke arah Lea sambil tersenyum nakal. Sedangkan Lea hanya menanggapinya dengan mengerlingkan matanya malas.

Mereka semua duduk dan mulai mengeluarkan laptop dan notebook serta pulpen. Begitu juga dengan El dan Lea. Hingga tak lama, dosen pun masuk ke dalam kelas dan kelas pun di mulai.

Kelas berlangsung kurang lebih 1 jam 30 menit. Sofia langsung pamit pada Lea karena ia ada urusan mendadak.

"Lea, aku pergi duluan ya. Aku juga udah gak ada kelas. Aku buru-buru soalnya." Ucap Sofia. Lea menganggukkan kepalanya.

"Iya, hati-hati Sofia." Jawabnya.

"Assalamu'alaikum." Ucap Sofia lalu ia segera berjalan cepat menuju loby Universitas.

Lea geleng-geleng sambil terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu. "Waalaikumsalam." Jawabnya pelan.

Lalu Lea berjalan menuju ke arah perpustakaan. El yang baru saja keluar dari kelas langsung melihat ke arah Lea yang mulai menjauh. Dengan cepat, ia menyusul Lea yang berjalan ke arah perpus.

Hingga akhirnya ia berada sejajar dengan gadis itu. El melirik Lea berkali-kali. Namun gadis itu seakan tak perduli dengan hadirnya. El mulai melambai-lambai tangannya ke wajah Lea dan gadis itu tetap saja tak berkutik.

"Lea! Leayang! " Panggil El sambil melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Lea.

Lea masih tetap tak perduli dan tetap menampilkan wajah datarnya. El menjadi gemas sendiri. Lalu ia berjalan lebih dahulu dan berhenti di depan Lea, lalu memandang gadis itu sambil tersenyum.

"Hai cantik, mau kemana nih?" Ucapnya basa-basi.

Lea melirik sebentar lalu kembali berjalan melewati El. El mengacak rambutnya frustasi lalu memilih berjalan mengikuti Lea dari belakang.

Sampailah mereka ke perpustakaan universitas. Lea membuka sepatunya lalu meletakkannya ke atas rak yang telah di sediakan, lalu ia masuk ke dalam.

El melirik Lea yang telah masuk.

"Ehhh perpustakaan. Aku benci ruangan ini." Gumamnya, namun ia tetap masuk ke dalam.

"Demi pdkt, ayo El keluar dari zona nyaman!" Ucapnya dan mulai melangkah masuk ke dalam. Mata El bergerak cepat mencari Lea ke sudut-sudut perpustakaan.

Hingga pada satu kursi di ujung sana, ia melihat Lea yang sedang membaca buku. Sendirian. El berjalan ke arah gadis itu pelan, karena perpustakaan memang sangat identik dengan hening.

Duduk di samping gadis itu sambil memandang wajah Lea yang sedang membaca.

"Cantik." Ucapnya tanpa sadar. Lea terdiam saat mendengar perkataan El. Lea tersenyum tipis, sangat tipis sampai-sampai El tidak tau bahwa gadis itu sedang tersenyum.

Lea merasa ada yang aneh darinya semenjak pertemuannya dengan El lagi. Setelah sekian bulan tak bertatap muka dan tak diganggu. Lalu El kembali muncul dan berusaha masuk ke dalam hidupnya.

El terlalu asik memandangi Lea , membuat Lea menjadi salah tingkah oleh sikapnya. Lalu tak lama Lea melirik sebuah novel yang ada di tangan El.

"El." Panggil Lea pelan. El masih tak sadar, ia terlalu fokus memandangi gadis itu. Lea menghela nafas sabar.

"Felian." Panggilnya lagi.

Hingga akhirnya gadis itu kesal dan mencubit pinggang pria itu. El meringis saat dicubit kuat oleh Lea.

"Aww!!!" Pekiknya. Seketika semua langsung memandang ke arah mereka dan menatap tajam. El tersenyum canggung sambil mengatupkan kedua telapak tangannya berusaha meminta maaf. Dan memandang Lea heran.

"Apa?" Tanya El dengan suara berbisik. Lea tak menjawab, hanya melihat novel tersebut. El mengikuti arah pandang Lea.

"Ini?" Tanyanya lagi dengan suara berbisik. Lea mengangguk.

"Punyamu?" Jawab Lea pelan. El tersenyum dan mengangguk cepat.

Mama novelmu bawa berkah!!!

"Kenapa? Mau pinjam?" Tanya El, Lea mengangguk pelan. Antara canggung dan kaku. El langsung saja memberikan novel tersebut tanpa basa-basi.

Namun saat Lea hendak mengambilnya. El menatap Lea tajam.

"Jadi pacar aku ya?" Ucapnya. Lea langsung memandang El sinis dan tidak jadi mengambil novel tersebut. Lalu keluar dari perpustakaan.

El memandang kepergian Lea dengan raut wajah kesal. Ia mengerlingkan matanya malas.

"Sabar El, baru dua kali lo di tolak. Yang ketiga pasti diterima!" Gumamnya pada diri sendiri.

El menoleh kiri dan kanan memperhatikan ke sekitar. Tak ada yang bisa dilakukannya lagi di sini. Ia memilih keluar dari ruangan penuh sesak , entah kenapa begitu keluar dari perpustakaan rasa-rasanya ia seakan bebas.

Baru hendak melangkah. Seseorang memanggil namanya, El berbalik.

"EL!" Pekik seseorang.

"Yoo Wildan. Whatsapp bro? Gimana kabarnya?" Tanya El pada sahabatnya itu.

"Alhamdulillah baik. Kok lo bisa di sini? Jadi pinter lo ya." Ucap Wildan.

El hanya tersenyum manis. Sambil mengangguk , mengiyakan ucapan Wildan.

"Belajar. Gak tau dapat motivasi aja. Dan alhamdulillah keterima." Ucapnya.

Wildan tersenyum senang. Ia menepuk pelan bahu El.

"Woooo! Selamat bro. Sekarang gue ada temen disini!" Ucapnya senang. El mengernyit.

"Emang lo gak ada temen disini?" Tanyanya heran.

"Ada, cuma disini semua terlalu sibuk dan terlalu ambis. Gak ada temen bobrok seperti lo El. Yang bisa diajak susah senang, baik banget. Gak ada. Disini kami berteman hanya karena ingin lebih tau tentang kelebihan dan kejeniusan masing-masing. Tak ada yang benar-benar berteman." Jelas Wildan.

El terkekeh.

"So pasti lah. Felian? Digantikan? Big no! Felian gak ada duanya didunia. Hanya satu limited edition." Ucap El sambil tertawa.

"Lo masih ada kelas? Tumben ke perpus? Dulu aja dari zaman SMA lo gak mau tuh nyentuh yang namanya lantai perpustakaan. Kok sekarang mau?" Tanya Wildan heran.

"Tadi Lea masuk sana. Makanya gue masuk. " Jawab El jujur.

Wildan kembali terkekeh dan mengacak rambut El gemash.

"Masih suka Lea?" Tanyanya dan El mengangguk polos.

"Disini ramai yang suka Lea. Banyak saingan. Saingan lo pinter-pinter. Kaya-kaya, ya walaupun lo juga kaya sih." Ujarnya.

El terkekeh mendengar perkataan Wildan.

"Gak tau aja kalau ni kampus punya bapak gue." Gumam El pelan, tak didengar oleh Wildan.

"Apa? Lo ngomong apa? " Tanya Wildan.

El menggeleng.

"Tapi kok tadi gue denger lo ngomong ya? Atau cuma perasaan gue?" Tanyanya heran.

"Cuma perasaan lo kok. Gue gak ada ngomong. Lo udah selesai kelas kan? Gimana kalau kita ke kafe hotel aja? Refresing. Capek banget otak gue mikir."

"Makanya El. Jangan paksain otak lo. Kasian, gue aja capek mikir apa lagi lo kan?" Ujarnya lagi.

El mengumpat kasar di dalam hati ketika mendengar hal itu.

Wildan! Gue tuh cuma pura-pura bego Wil! Bukan bego beneran! Ya Allah!!!

To be continued......

Semoga suka🥰🤗

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang