~ 21 ~

339 67 2
                                    

Tak terasa sudah 2 jam. Kelas pagi ini berakhir. Sofia lagi-lagi ada urusan mendesak dan Lea kembali sendirian. El tersenyum. Lea berjalan sendiri menuju ruang keramat lagi bagi El. Ya, perpustakaan.

"Kenapa sih lo suka banget pergi ke sana. Kesel pula hayati." Gumam El sambil melihat Lea yang berjalan menjauh darinya.

"Bodoamat lah. Yang penting dapetin hatinya. Masuk ruang keramat pun terobos." Ucapnya menyakinkan diri sendiri. Namun baru saja ia akan melangkah, lengannya sudah di tarik oleh Salsa.

"Mau kemana sih? Sini temenin aku!" Ujarnya. Salsa menarik lengan El kuat. El langsung menepis sehingga tangan Salsa terlepas.

"Apasih! Gue mau pergi ke Lea!" Ucapnya kesal.

"Apasih yang lo sukain dari dia? Terlalu terutup! Gak ada yang bisa diliat. Bodynya juga biasa aja tuh. Dia cuma menang pinter sama cantik doang." Ucap Salsa.

El yang mendengar itu menggeram tak suka.

"Sekarang gini deh. Gue kasih lo dua permen. Tapi satu permen udah gue buka dan udah banyak semutnya. Sedangkan satu lagi masih tertutup rapat. Permen mana yang akan lo pilih?" Tanyanya, Salsa berfikir sebentar.

"Yang masih tertutup lah. Yakali gue milih yang udah dikerumuni semut. Udah kotor!" Jawabnya. El tersenyum.

"Nah itu. Lo dan Lea bagaikan kedua permen itu. Kenapa gue gak suka sama lo? Karena lo terlalu terbuka. Lo udah diliat liat. Lo memamerkan yang seharusnya hanya dilihat sama mahram lo! Kedua orang tua, saudara kandung dan suami. Seharusnya lo hanya memamerkan itu kepada mahram lo bukan kek gini. Semua bisa lihat bentuk tubuh lo! Itulah alasan kenapa gue gak mau sama lo." Jelas El.

Salsa merasa tertohok. Ia merasa terhina mendengar perkataan El.

"Jadi maksud lo, gue kotor?" Tanyanya dengan nada yang mulai meninggi.

El tersenyum sinis.

"Bukan gue yang bilang. Gue gak ada bilang lo kotor. Lo sendiri dan alhamdulillah lo sadar. Coba berteman sama Lea. Tanya sama dia. Gue pastiin lo bakalan dapet jawaban kenapa gue lebih milih dia dibanding lo." Ucap El, lalu ia meninggalkan Salsa sendirian.

Salsa memandang kepergian El dengan mata yang mulai berair. Hatinya sakit sekali. Ia mulai berpikir. Apakah benar yang dikatakan El? Apakah ia seburuk itu? Tetapi mengapa selama ini semua lelaki memuja dirinya?

"Kenapa lo beda El? Kenapa dari sekian lelaki yang suka sama gue, gue malah mau sama lo." Ucapnya lirih. Salsa berbalik dan langsung pergi dari kampus. Hatinya merasa sakit. Hanya karena satu lelaki. Felian.

~~~

Lea sedang asik memilih buku di rak-rak perpustakaan. Ia memilih beberapa buku dan membacanya sebentar. Terlalu asik dengan buku-buku tebal itu. Sampai ia sendiri tidak sadar bahwa El sudah berdiri di belakangnya.

"Ehmm!" Ucap El pura-pura serak.

Lea masih diam, tak terpengaruh sama sekali. Masih sibuk melihat-lihat buku.

"Ehemm!" Ucap El lagi dan sedikit lebih keras. Dan Lea lagi lagi masih tidak peduli.

El mulai kesal. Ia mengetok rak tersebut kuat.

"Woi! Bukunya jatoh nih! Jangan di ketok gitu lah!" Pekik seseorang di seberangnya. El langsung memasang wajah tanpa dosa.

"Maap maap. Sengaja tadi." Jawab El. Orang itu langsung memandang sinis. Sedangkan El tertawa. El kembali melihat Lea. Dan tiba-tiba hilang.

"Eh! Ilang kemana calon bini gue!" Ucapnya spontan.

El melirik ke kanan dan kiri. Lea tidak terlihat.

"Yaowo Lea punya genjutsu rupanya. Gila sih! Gila tuh cewek!" Ucap El lagi sambil melihat lihat mencari keberadaan Lea.

"Siapa yang gila?" Tanya Lea tiba-tiba yang sudah berdiri di belakang El. El terkaget, ia langsung menoleh dan mendapat Lea yang sedang berdiri sambil memandangnya.

"Lo!" Jawab El.

"Ha? Apa?" Tanya Lea lagi.

"Lo gila. Perasaan tadi di depan kenapa sekarang di belakang?" Tanya El heran.

"Lo lah gila. Gue lagi cari buku disini. Kenapa ikutin gue?" Tanya Lea to the point.

El menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus menjawab apa.

"Ehmm oh iya, kok manggilnya lo-gue lagi. Kemaren aja manggilnya sosweet gitu aku-kamu." Jawab El .

"Khilap." Jawab Lea. Singkat.

"Eh munaroh. Mana ada khilap manggil aku-kamu." Ucap El kesal mendengarnya.

"Kenapa? Suka-suka gue." Jawab Lea songong. El mulai kesal. Tapi ia masih mencoba sabar. Oke! Sekarang, dan disini ia ingin mencoba lagi untuk menembak Lea.

"Gue mau nembak lo!" Ucapnya tiba-tiba.

"Lo pengen gue mati?" Tanya Lea sinis.

El menepuk keningnya pelan.

"BUKAN GITUUU LEA MARKONAH! NEMBAKNYA BUKAN PAKE PISTOL DOR MATI! BUKANNNN!" Ucap El gemash. Ingin sekali ia mencubit pipi Lea yang chubby.

Lea sedikit terkekeh. El kembali menghela nafasnya. Mencoba sabar.

"Gini loh Lea. Aku tuh mau jadi pacar kamu." Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Gak." Jawab Lea singkat. El melotot.

Hel! 5 kali ia ditolak! Dan seketika ia mengingat nasehat papanya.

Jangan minta jadi pacar. Langsung aja bilang mulai sekarang kita pacaran terus bulan depan lamaran. Udah itu aja. Dijamin dapet. Papa dulu aja gitu sama Mama kamu. Jadi Papa yakin cara itu pasti berhasil!

Itu adalah kata-kata yang diucapkan oleh Shoikhu kemaren saat El menelpon Papanya. Untuk nego agar tidak 30 hari tetapi 60 hari. Dan nasehat itulah yang diucapkan oleh Shoikhu.

Dan El rasa, sekarang adalah saat yang tepat.

"Lo jadi calon istri gue! Mulai detik ini kita pacaran! " Ucap El padanya.

Gadis berkerudung itu langsung memukulnya menggunakan buku tebal yang dibaca. Lea langsung meletakkan semua buku yang hendak ia pinjam.

"Orang gila tu di rumah sakit bukan kampus! " Sarkasnya. El memegang pipinya yang ditampar kasar. Lea langsung menjauh.

"Gue lamar bulan depan! " Pekik El pada Lea.

"BODOAMAT! "

Oke. Siang ini gagal. Namun El pastikan Lea akan menjadi miliknya sore nanti. El. Teringat bahwa ia ada kelas sore nanti dan tentunya ada Lea.

"TUNGGU SORE! AWAS AJA KALAU MASIH DITOLAK! MAU JADI APA HATI GUE!" Ucap El dramatis.

"WOI BERISIK!" Pekik mereka yang ada di perpustakaan serentak. El langsung terdiam.

"Gue diserang. Mending kabur!" Gumamnya dan ia langsung berlari keluar dari perpustakaan.

Sedangkan Lea. Gadis itu berdiri tak jauh dari perpustakaan. Ia tersenyum memandang tingkah laku El. Sebenarnya ia sudah mulai luluh. Namun ia ingin melihat perjuangan El. Entah berapa kali lagi. Jika El tidak menyerah. Maka saat itulah Lea yakin akan menerimanya.

Lea akan mulai berkomitmen dengan hatinya. El, berhasil membuat gadis yang tak pernah jatuh cinta ini merasakan manisnya cinta.

"Eta ciee senyum senyum. Ada apa nih? Cerita dong!" Ucap Sofia tiba-tiba. Lea langsung tertawa. Pipinya sontak memerah, ia malu.

"Ih pipinya merah. Ngeliatin siapa sih?" Tanya Sofia penasaran. Sofia melihat-lihat dan ia terpandang dengan El yang tak berjalan menjauh dari mereka.

"Ohhhhh! Lea udah buka hati rupanya buat El. Cieee!!!" Goda Sofia. Mereka asik tertawa hingga Salsa datang.

"Lea. Boleh nanya sesuatu?" Ucapnya. Membuat Sofia dan Lea terdiam.

"Apa?" Tanya Lea.

"Aku boleh jadi temenmu?" Ucapnya tiba-tiba. Sofia langsung memandang sinis. Sedangkan Lea bingung. Kenapa tiba-tiba?

To be continued.....

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang