~ 20 ~

358 67 0
                                    

Matahari mulai menampakkan diri. Perlahan muncul dengan malu malu ke atas langit. Memperlihatkan terangnya kepada dunia. Kepada penghuni bumi dan jagat raya.

Namun, seseorang itu masih di dalam selimut dan masih dengan mimpi indahnya. Dering alaram dari ponsel membuatnya terbangun. Raganya dipaksa masuk. Namun pagi ini. Ia tersenyum.

"HUA MAMA!!!!!!!" Pekik El senang. Kenangannya semalam, bersama Lea. Canda tawa tanpa cekcok peperangan. Indahnya dunia.

"Huaa pengen meninggoy!! Semalem beneran kan? Gue gak mimpikan? Cakap-cakap sama ayang Lea!" Pekiknya lagi, namun tak sekeras tadi.

El menepuk pipinya beberapa kali. Masih tidak percaya dengan yang ia alami. Akankah ini adalah awal dari kisah perjalanannya bersama Lea.

"Ya Allah ya rabb jodohkan hamba sama Lea titik! Ya, boleh dong. Gamau nego." Ucapnya sambil melihat ke aras atas seolah olah sedang berbicara bersama Tuhan.

El geleng-geleng sakin senangnya. Hingga tak lama dering ponselnya berbunyi. El mangambil handphone yang ada di nakas. 'Papa gemoi' muncul di layar handphonenya.

"Halo assalamu'alaikum Pa." Ucap El menjawab telpon dari papanya.

[ waalaikumsalam bang. Gimana kabarnya disana? Baik? Calon mantu aman? ]

"Alhamdulillah baik Pa. Aman, tinggal seruduk langsung gas pelaminan." Jawab El ngawur membuat mereka yang mendengar terkekeh.

[ yahh! Masa Papa harus turutin kemauan kamu sih bang. Jangan yang susah, mintanya yang mudah aja contohnya minta adek gitu ]

"Idie idie! Gak, El juga udah bisa bikin debay kalau dikasih istri. Gak perlu adek lagi, perlunya anak."

[ Yayayaya terserah kamu. Intinya Papa gamau tau, Papa disini juga ngitung loh ya. Awas aja kamu pura pura anemia ]

"Amnesia Papa!" Jawab El dengan nada kesal.

[ Eh iya itu maksudnya, maklum sudah tua. Butuh cucu. ]

"Nanti dibikinin, yaudah El tutup dulu ya Pa. Mau ke kampus." Ujarnya.

[ eh nanti dulu. Surganya kamu mau ngomong. ]

[ halo nak, assalamu'alaikum ]

Setelah sekian lama, berhari-hari bahkan berminggu-minggu tidak mendengar suara ini, akhirnya ia mendengarnya lagi. El terdiam. Suara Mamanya masih sangat sama saat terakhir kali ia mendengarnya. Masih menenangkan hati dan menyejukkan jiwa.

"Waalaikumsalam Ma. Mama gimana kabarnya disana? Baik kan? Gak di apa apain sama Papa kan? Gak di nakalin Papa?" Tanya El dengan cepat membuat Eby terkekeh. El kembali terdiam. Sudah lama ia tidak mendengar suara tawa Mamanya. Perhatian kecil dari Mamanya. Semuanya sangat ia rindukan.

[ Alhamdulillah baik sayang. Kamu jaga kesehatan ya disana. Jangan suka telat makan, belajar yang rajin. Jangan bikin onar ya di kota orang. Mama selalu doakan yang terbaik buat kamu nak. ]

El terharu. Matanya sedikit berkaca.

"Iya Ma pasti! El pasti akan selalu inget pesan Mama. Mama gak perlu takut El nakal di sini ya." Jawabnya.

[ bohong! Abang pasti nakal disana! ]

Tiba-tiba suara Key terdengar. Nah suara ini juga adalah salah satu suara yang paling ia rindukan. Adiknya yang beda ,yang laknat, yang suka julid. Tapi dibalik itu semua El tau Key sangat menyayanginya.

"Diem lah dek! Awas aja ya kamu nanti engga abang jemput di bandara!" Ucap El dengan nada seolah olah marah.

El mendekatkan speaker di telingnya. Lalu terdengar suara rengekan Key , El langsung tertawa senang.

[ Abang i love you ]

Terdengar suara di kembar yang serempak mengucapkan kata i love you kepadanya. Akhirnya rasa rindu dengan orang rumah terbayar sedikit.

"Love you too adek." Jawabnya. Senyumnya terukir.

[ Halo, abang. Udah kan? Papa lagi sibuk. Bye ]

"Idih bisa gitu." Jawab El sambil terkekeh. Dan setelah itu, telpon tersebut mati.

Pip.... Pip...

El melihat ke sekitar, matahari mulai menampakkan sinar. Sudah tidak malu-malu. El tidak tau, namun entah mengapa suasana hatinya sangat senang hari ini.

El melihat jam dinding, sudah pukul 07.05 . El langsung saja berjalan ke kamar mandi dan bersiap. Semoga saja tidak ada yang mengacaukan hari bahagianya ini. Tidak siapapun termasuk Salsa.

~~~

El berjalan ke arah kelas. Sejak tadi ia belum bertemu dengan Lea. Dan saat ia masuk, dilihatnya Lea sedang asik membawa novel mamanya.

"Asik bener tuh." Ucap El, Lea mendongakkan kepalanya ke atas memandang El. Tak ada kata yang terucap namun hanya senyum manis yang terlihat.

"Seru?" Tanya El lagi. Basa-basi.

"Iya. Makasih ya udah pinjemin." Ujarnya. El mengangguk pelan sembari tersenyum.

"Iya Lea." Ucapnya.

Namun tak lama seorang gadis datang dengan tas kecil di bahunya.

"El!" Pekiknya membuat El seketika malas.

"El sayang!" Pekiknya lagi. El pura-pura tidak dengar. Memekakkan diri. Membuat Salsa sedikit kesal.

"El! Kok diem! Bisu atau gimana?" Tanya Salsa lagi. El menoleh dan memandang Salsa malas.

"Kenapa sih?" Tanya El geram.

"Gapapa." Jawabnya membuat El semakin kesal.

Dan suara teriakan Sofia terdengar keras.

"LEAAAAA!!!!!!!" Pekik Sofia dan segera masuk menghampiri Lea. Salsa mendelik memandang Sofia dan Lea tak suka.

"Suara kresek!" Ucap Salsa. Sofia yang kini sudah berada di hadapan Lea langsung menoleh ke arah Salsa.

"Idih! Dari pada lo, pelakor!" Ucap Sofia kesal. El yang mendengar itu langsung mengangguk setuju.

"Bener! Pelakor! Gue udah mau nikah sama Lea jadi mending lo mundur alon alon!" Ucap El greget.

Lea kaget.

"Ha? Nikah? Gila kali!" Jawab Lea spontan membuat Salsa tertawa.

"Ditolak! Mending lo sama gue aja! Ayolah El! Sama gue aja!" Ucap Salsa dengan nada manja , El memasang ekspresi jijik.

"Apasih ler? Gue mau sama lo? Mimpi dulu cuy!" Jawab El.

"EL! KAMU NI HA–!"

"Pagi semua." Ucap seorang dosen yang masuk ke kelas, El langsung berlari menuju kursinya begitupun dengan semua mahasiswa dan mahasiswi. Termasuk Salsa yang sekarang sudah duduk dengan wajah kesal.

"Lo harus jadi milik gue! Titik!" Ucap Salsa di dekat El.

El mendelik tak suka.

"Ha? Apa? Burem! Gue pake kaca mata! Diem lo!" Ucapnya membuat Salsa semakin kesal.

Salsa dengan ekspresi kesalnya dan El dengan senyum lebarnya. Ia pikir Lea sudah mulai membuka hati untuknya. Dan ia akan mencoba percobaan ke-5. Kali ini langsung mengajak Lea halal. Ya mau gimana lagi, tantangan itu sisa 26 hari lagi yang artinya tak terasa sudah 4 hari El memperjuangkan gadis itu namun tak mendapat kesempatan untuk mengatakan perasaannya-lagi.

Dan sekarang El berharap kesempatan untuk ia berhasil. Semoga saja. Hanya itu harapannya.

Lea, mungkin dulu aku mengejarmu karena penasaran. Lalu aku menargetkanmu karena tantangan. Namun tanpa sadar hatiku terlah tertambat olehmu. Tanpa aku ingin. Aku sudah mencintaimu. Tanpa aku sadari aku inginkan dirimu. Di hatiku. Di hidupku. Selamanya.

To be continued.....

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang