30|| Pelipur Lara Yang Hilang 2

242 60 205
                                    

"Bi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bi ... Mila mau tanya sesuatu, boleh enggak Bi?" tanya Mila, sedikit gugup. Entah mengapa jika membahas persoalan Al Teverand, kadang-kadang Mila selalu terlihat gugup untuk menyampaikannya.

"Dihabisin dulu atuh Neng makannya, nanti baru eneng boleh carita-carita ka ibi," balas Bi Laniah, Mila langsung mengangguk dan bersemangat sekali, jika Bi Laniah mau mendengarkan isi curahan hatinya.

Setelah menyelesaikan makan malam secara bersama-sama, Mila lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya saja. Karena dia ingin merenungkan segala sesuatu yang sangt ia rindukan, sungguh malam ini Mila benar-benar merindukan sosok Al Teverand, yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

"Neng ai eneng teh kunaon? Dieu atuh carita ka ibi," ucap Bi Laniah, saat Mila akan menaiki tangga dan menuju kamarnya.

"Mila enggak apa-apa kok Bi, Mila cuman lagi mikirin sesuatu yang enggak bisa diungkapin aja, hehehe. Bibi enggak perlu khawatir ya, Mila enggak apa-apa kok," kata Mila membohongi dirinya sendiri, berkata kepada Bi Laniah, bahwasanya ia sedang baik-baik saja, padahal itu semua hanyalah tipuan semata.

"Ai Neng Mila teh kunaon atuh nya? Aa mah sok karunya ka Neng Mila teh," ucap Pak Tono kepada Bi Laniah, Pak Tono pun sangat penasaran sekali, sebenarnya apa yang sedang Mila pikirkan dan apa yang sedang Mila rasakan.

"Eneng ge teu terang atuh A, mugi-mugi weh Neng Mila teu sedih deui, bageur pisan budak eta teh," balas Bi Laniah, seraya memberikan senyuman tipis kepada Pak Tono.

"Aa mah siga nu yakin pisan da, sigana mah Neng Mila teh ka ingetan wae ku Ade Al Teverand, Neng pasti inget atuh kumaha baheula almarhum Bapak Mila teh teges pisan jalmina, tapi aa mah salut pisan ka Ade Al Teverand teh, walaupun cintana teu direstuan ku almarhum bapakna Neng Mila. Tetep weh terus berjuang eta budak hiji teh, geus ka mana ayeuna teh aduh alah karunya pisan ari inget deui teh budak eta mah meni bageur pisan," jelas Pak Tono kepada Bi Laniah, seketika Bi Laniah pun teringat akan malam itu, bahwasanya Mila dimarahi habis-habisan oleh almarhum bapaknya, Pak Cassa. Karena sewaktu itu sudah berani dekat-dekat dengan Al Teverand, laki-laki sederhana yang tidak disukai oleh bapaknya.

Setelah di dalam kamar, Mila sangat bingung sekali harus kepada siapa ia bercerita segala sesuatu yang ingin ia ceritakan, sedangkan di rumah ini sepi sekali, hanya ada Mila dan para asisten rumah tangganya tersebut.

Satu sisi Mila merindukan Kiky lagi, andaikan saja Kiky ada di sini, mungkin Mila bisa menceritakan segala kesedihannya yang selama ini ia pendam, dan tidak tahu kepada siapa ia harus menceritakannya.

"Neng Mila, buka Neng atuh pantona. Aya Neng Gina yeuh, karak pisan ka dieu make taxi, ayeuna tos datang, Neng hayu atuh ulah sedih wae, babaturan enggeus nyampe oge, Cenah mah Neng Gina bade ngendong didieu Neng!" panggil Bi Laniah dari luar kamar Mila, seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar Mila.

Pada akhirnya dengan cepatnya Mila langsung menyembunyikan segala kesedihannya, Mila selalu ingin terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Karena Mila bukan tipikal seseorang yang selalu mengumbar rasa sedihnya dan ingin diperdulikan dengan cepatnya, yang Mila inginkan itu ketulusan bukan paksaan di dalamnya.

MILKY: K1/2=(?) [ OPEN PO 11-25OKT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang