21. ███████▒▒▒ 70%

6.3K 1.3K 834
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ˎˊ-

"HEESEUNG!!!"

Untung Gyura tetep datang lebih cepet. Tapi langsung panik bukan kepalang. Cewek itu lari ke Heeseung yang udah penuh darah.

"Heeseung jangan please...! Jangan tutup mata!" isak Gyura ketika liat darah terus ngalir dari tangan Heeseung.

Samar-samar, lelaki itu masih bisa melihat wajah dan mendengar suara gadis itu. Oke, kini ia bisa menutup mata dengan tenang.

"NGGAAA, JANGAN SEUNG... HIKS.. PLEASE!" seru Gyura, menepuk-nepuk pipi Heeseung. Pandangannya beralih ke tangan kiri Heeseung.

Heeseung masih memegang sebuah surat.

Tapi Gyura tidak sempat untuk memedulikan itu. Buru-buru dia ngelepasin dasi, terus ngikat tangan Heeseung biar ngeberhentiin pendarahan. Gatau caranya bener apa enggak, bukan anak pmr soalnya.

"Seung... Bertahan sebentar lagi ya? Tolong..." ujarnya pelan disela tangis.

Selesai ngiket Gyura langsung lari turun, ke ruang guru. Nggedor-nggedor pintu kaya orang kesetanan. Ga peduli mau diliatin atau dikatain.

"PAK! PAK!" teriaknya sambil ngetuk pintu keras-keras.

Begitu pintu dibuka langsung merosot, hampir aja jatuh kalau ga dipegangin sama Pak Jin. "Eh eh, kenapa nak?" tanyanya.

"To-long hiks... Rooftop..." Rasanya udah susah banget buat ngomong. Pikiran udah macem-macem.

Tanpa dikasih tau guru-guru untungnya paham, soalnya liat tangan Gyura yang juga penuh darah.

Dan segera beberapa guru langsung lari ke rooftop.

Gyura masih shock, gakuat balik, akhirnya jongkok, nunduk, njambak rambutnya sendiri. Pusing banget. Mikirin kemungkinan terburuk yang bakal terjadi. Tangan sama nadinya juga ikut ngilu rasanya.

Salah satu guru perempuan yang masih berdiri di situ mau nenangin. "Nduk, kamu gapa– EH!" kagetnya karena Gyura tiba-tiba ambruk.

Pingsan.

-ˋˏ ༻❁༺ˎˊ-

Gila.

Gyura mau gila rasanya.

Sekarang dia nginjakkin di sini. Di tempat yang ga pernah dia sangka harus didatengin...

...pemakaman.

Cewek itu jongkok di samping makam, natap lurus nisan di depannya. Bahkan mau nangis air matanya udah ga ada lagi.

"Mba," panggil Beomgyu yang berdiri di samping Gyura. "Ayo, pulang," lanjutnya, ngusap-ngusap kepala Gyura.

Tetapi gadis itu tidak bergeming, pandangannya kosong. Ia tidak mau kemana-mana. Ia ingin tetap menemani Heeseung. "Ngga, Heeseung pasti kesepian disini," katanya datar.

Beomgyu menengadakan kepalanya, nahan air mata biar ga jatuh. Kemudian, cowok itu ikut jongkok, narik kepala Gyura buat bersandar di bahunya.

"Heeseung hiks..." isak Gyura lagi.

Beomgyu nenangin sambil nepuk-nepuk punggung Gyura, lama, sampe kembarannya itu mulai tenang. "Udah, ya, Mba. Kalau nangis terus kasihan Heeseungnya," katanya tenang.

Gyura ngangguk pelan, kemudian ngedeketin kepalanya ke nisan. "Istirahat yang tenang, sayang..." ujarnya pelan.

Gadis itu bangun perlahan, berjalan dibantu Beomgyu yang memegangi pundaknya. Rasanya sungguh tak rela meninggalkan orang yang dicintainya sendirian di sana.

I'm Fine | Lee Heeseung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang