16. DINNER

1.1K 111 7
                                    

"Aku pikir penderitaanku sudah selesai, tapi nyatanya ini baru awal dari segalanya."

— Aryna Athena Sharron

###

Dan di sinilah Aryna berada, di hadapannya terdapat banyak menu yang telah disajikan oleh pelayan restoran ini.

Sedari tadi, tak henti-hentinya Andrew dan Aluna berbincang sambil tertawa satu sama lain dengan Aileen. Mengabaikan Aryna yang sedang duduk terdiam saja.

"Sebelum terbang ke Indonesia, kamu sempat pergi ke universitas lagi, Ai?" tanya Aluna dengan wajah yang berbinar. Terkesan seperti sangat excited.

Aileen mengangguk seraya menampilkan senyumannya. "Iya, Ma. Soalnya aku ada urusan sama temanku bentar. Terus dari sana, langsung cepat-cepat ke bandara deh."

"Nggak ketinggalan pesawat kan kamu?" Kali ini, giliran Andrew yang bertanya.

"Nggak, dong! Kalau ketinggalan, Aileen nggak mungkin udah di sini sekarang."

Prok! Prok!

Aluna memberikan tepuk tangan kepada Aileen. "Anak mama memang hebat banget, ya."

Ketika mendengar ucapan mamanya itu, dalam hati, Aryna mendecih. "Sekali sama Kak Aileen aja lembut-lembut, coba sama gue dikasarin terus."

Untuk mengusir kebosanan yang melanda, Aryna memutuskan untuk mengambil ponsel yang ia taruh di dalam tas selempangnya. Kemudian, tangan kanannya mulai berselancar dalam benda pipih itu.

Arkan :
Ryn, makanan lo udah gue kasihin ke Rey ya.

Aryna lantas tersenyum ketika membaca pesan dari Arkan.

Aryna :
Makasih^^

"Nah lihat perbandingannya, adikmu ini kita lagi dinner, dia malah asik main ponselnya. Udah gitu, senyum-senyum sendiri lagi," ujar Andrew kepada Aileen.

Sadar jika sedang diperhatikan, Aryna langsung memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas dan menetralkan wajahnya seperti semula.

"Ada hal lucu apa yang di dalam ponsel lo itu, Ryn? Sampai senyum-senyum sendiri," goda Aileen.

"Nggak ada apa-apa." 

Aluna melirik ke arah Aryna dengan tatapan jahilnya. "Jangan-jangan Aryna udah punya pacar kali tuh."

"Kamu nggak lupa sama peraturan kita kan, Aryna? Papa nggak bolehin kamu untuk pacaran waktu SMA. Tapi kalau dekat masih boleh, itupun harus ada persetujuan dari papa."

Memang benar jika Andrew tidak mengizinkan anak-anaknya untuk berpacaran ketika masih di jenjang sekolah atau SMA.

Minimal kalian sudah harus kuliah baru diizinkan. Tapi lelakinya juga harus dilihat-lihat oleh Andrew terlebih dahulu. Dalam hal seperti ini, papanya itu memang selalu bersikap protektif.

"Nggak lupa kok, Pa. Emangnya papa setuju sama siapa?"

"Hmm, nggak tahu namanya. Tapi yang waktu itu antarin kamu pulang."

Antarin pulang? Siapa?

Dari sekian banyak lelaki yang ia kenal di sekolah, hanya Nathan saja yang pernah melakukannya. Tapi masa Nathan sih?

Rynathan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang