21. ABSEN

1.3K 127 6
                                    

"Kamu tahu cara kerja katrol majemuk? Itu sama seperti cara kerja cinta; meringankan beban yang ada."

— Nathan, si bucin.

###

"Waktu mengerjakan kuisnya tersisa sepuluh menit lagi."

Keadaan kelas 11 IPS 2 seketika menjadi ribut saat Bu Ninda mengatakan jika waktu mereka mengerjakan kuisnya hanya tersisa sepuluh menit.

Aryna menatap kertas yang berada di hadapannya, masih bersih tak bernoda. Hanya ada soal yang diberikan Bu Ninda saja yang memenuhi kertas putih itu.

Alasannya simpel, tentu saja karena Aryna tidak bisa mengerjakan soal kuisnya.

"Ryn," panggil Nathan secara pelan sambil menggeserkan kertasnya.

"Apa?"

Nathan melirik ke arah Bu Ninda sejenak. "Cepat salin."

"Hah? Serius?"

"Serius." Nathan terlihat yakin dengan keputusannya.

Tanpa menunggu lagi, Aryna langsung menyambar kertas milik Nathan yang penuh dengan cara pengerjaan dan segera menyalin pada kertasnya.

Tentu saja, Aryna membedakan caranya sedikit. Supaya tidak ketahuan.

"Makasih, Nat. Gue traktir lo nanti," ujar Aryna seraya fokus dengan kegiatannya.

Nathan mengembangkan senyumnya. "Siap."

"Waktu mengerjakan kuis selesai. Berhenti menulis dan langsung mengumpulkan ke meja saya. Kalau saya udah keluar, saya nggak akan terima kertasnya lagi. Jadi auto nol."

Bertepatan dengan Aryna yang baru selesai menyalin cara Nathan, Bu Ninda menginstruksikan mereka untuk langsung mengumpulkan hasil kerja kuisnya.

***

"ASTAGA! KAGET!"

Jantung Raissa hampir saja keluar dari tempatnya saat melihat Raka yang berada di luar kelas. Lebih tepatnya di samping pintu.

Sebenarnya, kehadiran lelaki itu tidak terlalu mengejutkan dirinya tapi salahkan saja wajah Raka yang benar-benar dekat dengan dirinya.

Bayangkan jika yang keluar dari kelas 11 IPS 2 bukan Raissa.

"Hehe, kaget ya."

"Lo ngapain di sini?" tanya Raissa sambil bersedekap dada.

Raka mengembangkan senyumnya. "Pulang bareng?"

"Nggak! Pasti lo nanti bakal ajakin gue ke mana-mana, gue mau langsung pulang hari ini."

Diam-diam, senyuman Raka semakin lebar. Raka senang karena ternyata Raissa masih saja mengingat momen-momen yang mereka lakukan dulu saat masih pacaran.

"Lo masih ingat kebiasaan kita ya, Rai."

"E–eh, nggak gitu. Jangan kepedean, daya ingat gue itu kuat. Udahlah gue mau pulang."

"Emang kenapa sih, Rai? Tumben banget mau cepat-cepat pulang. Hari ini nggak ada les?"

Biasanya Raissa jarang pulang ke rumah seawal ini karena jadwal lesnya. Berbeda dengan anak lain, justru Mama Raissa sengaja mendaftarkannya les di luar rumah.

Karena menurut Mama Raissa, jika Raissa les di dalam rumah pasti tidak akan fokus dan mudah terdistraksi oleh ponsel.

"Hari ini adanya les balet aja. Itu juga masih sore, gue mau pulang mandi dulu."

Rynathan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang