25. DROPOUT

1.4K 122 6
                                        

"Faktanya kebenaran memang selalu dibungkam, entah di manapun itu. Jadi, apa yang kamu pilih? Melawan atau merelakannya?"

—— Dara Angeline

###

"Dar, kita harus ngapain?"

Sejak mendengar kabar bahwa Aryna akan masuk ke ruang BK, Raissa tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Karena Raissa tahu jika Aryna tidak bersalah, dan Aryna juga tidak mungkin akan membully kakak kelas hanya karena seorang Reynathan.

Aryna memang menyukai lelaki itu. Tapi setidaknya ia masih mempunyai akal sehat untuk tidak melakukan hal kotor seperti itu. Di toilet, pula.

"Gue juga bingung, Rai. Kita emang tahu Aryna nggak bersalah, tapi gimana cara kita buktiinnya?"

Ucapan Dara memang benar. Baik dirinya maupun Dara dan Linda tidak memiliki bukti apa pun. Tanpa bukti yang kuat, semua argumen mereka akan menjadi sia-sia saja.

"Bentar, gue baru ingat sesuatu. Lo masih ingat anak yang mirip zombie itu nggak? Yang dulu kita temuin pas nyari Aryna."

Dara mencoba untuk mengingatnya kembali dan benar saja, ia baru mengingat hal itu. "Eh iya juga! Ya udah kita cari dia sekarang!"

Belum juga Raissa menyetujuinya, Dara sudah menarik tangannya menuju luar kelas.

***

"Nak Aryna dan Anna, mohon tenang dulu ya. Kita rundingkan dan selesaikan masalah ini dengan baik-baik. Jadi, Aryna, tadi kamu bilang ada bukti. Buktinya mana?" tanya Pak Suripto sekaligus menjadi penengah.

"Pak Suripto, boleh saya memberikan pembelaan terhadap anak saya, Anna?"

Setelah lama diam dan menyimak, akhirnya Papa Anna ikut membuka suaranya.

"Silakan, Pak."

"Menurut saya, bukti yang akan Aryna berikan nantinya tidak akan mempengaruhi apa pun. Karena jelas-jelas di sini anak saya adalah korban. Bisa dilihat dari punggungnya yang mengalami memar akibat perbuatan Aryna," ucap Papa Anna yang bernama Hendri seraya menunjukkan foto bagian punggung Anna yang ada di ponselnya.

Di dalam foto itu, terlihat jelas bahwa punggung Anna memang mengalami sedikit memar.

Melihat bukti yang benar-benar jelas itu, membuat Pak Suripto yang tadinya netral menjadi berpihak pada Anna. Atau bisa dibilang Pak Suripto percaya jika Aryna lah yang membully Anna di sini.

"Wah, memar banget ya, Pak. Punggung kamu sekarang gimana, Anna? Udah baikan?" tanya Pak Suripto kepada Anna yang dibalas dengan senyuman.

"Udah lumayan mendingan kok, Pak. Cuman pas kejadiannya aja, sakit banget. Saya bahkan susah duduk tegak, Pak. Makanya saya bingung, Aryna kok segitunya ya sama saya gara-gara cowok doang." Anna memasang wajah sendu, yang sialnya membuat Pak Suripto menjadi semakin percaya.

Sementara itu, Aryna hanya dapat diam sambil berusaha menahan rasa emosi yang sudah memenuhi pikirannya. Dilihatnya ke samping, ternyata Papanya masih menyimak sambil sesekali memeriksa ponselnya.

"Jadi, di sini udah jelas ya. Kalau Aryna memang benar pelaku yang membully Anna. Sebagai gantinya, Aryna akan mendapatkan hukuman yang setimpal."

Hukuman? Hah? Secepat itu?

Aryna bahkan belum sempat memberikan bukti pada Pak Suripto. Dan sekarang? Ia langsung dituduh sebagai pelaku dari semua ini. Wah, Aryna benar-benar tidak menyangka.

Rynathan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang