chapter 17

8.7K 161 1
                                    

"Kau membuat apa larisa?" Tanya nico yang berjalan kearahnya

"Larisa membuat pasta kesukaan mas nico" jawabnya sembari terus memotong bawang.

"Kau sudah bisa membuatnya? Anak pintar" sembari mengusap kepala larisa.

Larisa tak menjawabnya karena ia sibuk mematikan kompor dan meniriskan pasta.

Nico masih berdiri dibelakang larisa dengan terus memandangi larisa yang sedari tadi sibuk membuatkan pasta untuknya.

Saat larisa ingin mengambil garpuh ia berbalik dan hampir saja menabrak nico yang ada dibelakangnya, ia mengira nico sudah beranjak sejak ia tak menjawab pertanyaanya.

"Ehh mas ni..co" ucapnya terbata bata saat tubuh nya tepat berada didepan tubuh nico

Nico dengan sengaja menarik tangan larisa hingga tubuh larisa menabrak tubuhnya.

Larisa menatap mata nico begitu pun juga nico.

Tak harus menunggu lama nico segera menyambar bibir milik larisa yang sedari tadi menganggur itu.

"Aghhhtt"

Nico mulai memperdalam ciumanya, tangannya melingkar memeluk punggung larisa, tangan larisa mencengkram keras baju milik nico, nico sangat menikmatinya pasalnya percintaan sebelumnya terganggu akibat telpon genggam milik nico yang terus berbunyi.

Semakin dalam ciumanya semakin kualahan, larisa berusaha mengimbanginya namun nafasnya memburu hingga ia seperti kehabisan oksigen.

Nico melumat habis bibir milik larisa, menciumnya, mencecapnya, menyedotnya dan mempermain lidah milik larisa hingga larisa memajumundurkan kepalanya mencercepat gerakanya.

"Akhhh , maa...ss....." desah larisa membuat nico semakin tegang

Nico membalikkan tubuhnya dengan cepat sehingga posisi menjadi berubah, nico mendorong larisa hingga punggungnya menyentuh meja .

Nico mulai mengendurkan lingkaran tangannya dan mulai menelusup masuk kedalam baju milik larisa, terasa hangat saat tanganya bersentuhan dengan punggung putih milik larisa.

Tak berlangsung lama kaitan bra milik larisa terlepas dengan mudah, dan kini tangan nico mulai menari nari diatas buah dada milik larisa, memainkanya, menggelintirnya, mencubitnya, meremasnya.

"Akkhggh,,,, akhhh agghhjkk .... maa...sss"

Kini tangan larisa berubah posisi melingkar pada kepala nico, larisa meremas kepala nico dengan sensual.

Kini nico melepas ciumanya dan beranjak turun mengabsen leher larisa.

Tanpa aba-aba larisa mendongakkan kepalanya seakan akan tau jika nico akan mengabsenya.

"Anak pintar " ucapnya berbarengan dengan senyum sinisnya.

Nico mulai menyambar leher milik larisa, menciptakan tanda -tanda disana, dan tetap tak melepaskan genggam nya pada buah dada larisa.

Nico menyingkirkan semua benda yang ada diatas meja dan mengangkatnya sehingga larisa sudah berada diatasnya.

Nico menarik baju milik larisa hingga terlepas dan memperlihatkan buah dada miliknya.

Segera nico mengulum buah dada milik larisa, tangannya memainkan buah dada sebelah milik larisa, larisa mendesah hebat bagaimana tidak nico sangat pandai dan lihai memainkan buah dada milik larisa.

Payudara yang besar dan keras itu membuat nico lupa bahwa yang ia cumbu adalah adik semata wayang dari sahabatnya. Namun tetap saja larisa sangatlah menggoda

Nico memainkannya, menyedotnya, mencecapnya memilinnya mengginggitnya meremasnya hingga membuat larisa menggerang hebat.

Entah kenapa larisa tak pernah marah saat nico yang menyentuhnya, bahkan sah sah saja bagi larisa jika nico menyentimuhnya.

Entah itu jatuh cinta atau memang nafsu belaka.

Nafas mereka memburu, punggung nico dipenuhi dengan keringat begitu juga dengan dada larisa.

Nico menghentikan aktifitasnya dan memeluk larisa dengan begitu erat seakan tak ingin kehilangannya.

Begitu juga dengan larisa, ia membalas pelukan nico dan mengumpulkan sisa sisa nafasnya yg telah hilang.

"Jangan serahkan apa yang kau miliki kepada siapapun" ucap nico pelan.

Larisa tak menjawab, tapi ia mengerti apa yang dimaksut oleh nico.

"Jika kamu ingin bekerja menjadi gadis karaoke, bekerjalah tapi jangan sampai ada yg melukai harga dirimu" lanjutnya.

Larisa masih tetap tidak menjawabnya, ia masih nyaman dengan posisinya sekarang, menggantung dipelukan nico adalah hal ternyaman yg pernah ada.

"Karna aku telah berjanji kepada kakak mu agar aku menjagamu" sambungnya

Larisa tetap saja diam, namun ada yang aneh dengan larisa

"Akan aku usahakan agar kau bisa bekerja dengan layak meski tanpa ijazah, entah itu bagaimana caranya"

Terdengar isak tangis pelan

"Kakak mu berpesan agar aku menjagamu sampai ia kembali dan membawamu" suara nico mulai berat.

Larisa mulai menangis.

"Mas nico...." lirihnya

Namun nico tak menghiraukanya dan tetap saja berbicara.

"Ia juga tak memperbolehkanmu kembali dengan ayah atau ibu mu, bahkan mencari mereka sekalipun"

Tangis larisa mulai keras.

"Kau sudah seperti adik bagiku larisa, aku berada didekat ibuku tapi seperti tidak memilikinya, aku bahkan nyaman saat kau berada disampingku, memasak untukku, membersihkan tempat ku dan kau memperlakukanku dengan sangat baik"

Larisa semakin erat memeluknya.

"Tetaplah disampingku larisa, tetaplah disampingku....."

Suara nico mulai hilang, ia ingin sekali menangisi hidupnya namun ia malu terhadap larisa, wajar saja jika nico menangis Tak menjadi masalah bukan, masalalu nico yang kelam membuatnya menjadi seorang yg mandiri dan hidup dalam kerasnya ibukota, menjadi anak tunggal dan seorang ibu yg pernah menjadi simpanan, baginya itu bukanlah masalah selama ibunya menyayanginya seperti orang lain pada umumnya, namun sayang ibu nico terlalu sibuk dengan dunianya dan mengabaikanya.

Ibunya hanya memberinya uang dan fasilitas, tapi sunggu nico tak membutuhkan itu, bahkan dari sejak SMA ia sudah menghidupi dirinya sendiri, bahkan uang yg diberikan oleh ibunya ia berikan kpd orang yang lebih membutuhkan.

Dari kecil nico bercita-cita memiliki perusahaan nya sendiri, memiliki brand nya sendiri, namun sayang ibunya tak pernah mendukungnya.

cita - cita itu akan segera ia wujud kan, tp entah itu kapan.

🍃🍃🍃

"Kau mau berangkat larisa?" Tanya nico yang asik dengan handphone nya.

"Iya mas"

"Kau masih ingat dengan pesan mas nico?"  Nico mengingatkan kembali.

"Iya mas"

"Aku tunggu sampai jam 1 malam , jika kamu tidak datang aku akan menjemputmu, kamu mengerti larisa??"

"Iya mas"

Jawaban larisa yang masih saja sama, ia sedang memikirkan bagaimana agar pelangganya tidak menyentuhnya.

Namun larisa sudah memiliki beberapa trikk agar ia selamat dari lahapan para buaya darat.

🍃🍃🍃

"Hallo nic, larisa mana?" Suara galang diujung sana.

Galang menelpon nico



Kayanya like sama viewers nya beda jauh huhu😭😭
Jangan lupa bagi vote nya yaa
Biar author makin semangat nulisnya

Happy reading guys
😘😘😘😘

LARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang