chapter 19

7.7K 115 0
                                    

Malam ini bukanlah malam yang panjang untuk larisa,  malam ini bukan lah malam yang berat untuk larisa, berbeda dengan malam- malam sebelumnya, hanya saja apapun yang terjadi pada malam-malam berikutnya, ia akan tetap melaluinya, entah itu berat, panjang atau biasa - biasa saja.

Hanya saja ada beberapa pertanyaan yang larisa saja tidak tau jawabanya, hidup seorang diri membuatnya harus memikul banyak beban, termasuk dengan persembunyianya, ia takut ayahnya akan menemukanya dan menjualnya, tapi jika dipikir- pikir apa bedanya jika ayahnya menjualnya dengan keadaan yang sedang ia rasakan sekarang, kedua nya sama- sama murahan hanya penerapanya saja yang berbeda.

Entah lah ......

"Mas nico mau makan lagi?" Tanya larisa yang sedang sibuk dengan alat tempur masaknya.

"Mas..." panggilnya kembali.

Tak ada jawaban dari nico, hanya dentuman jam yang berbunyi menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Mas nicooo......." teriak larisa kaget.

Tiba tiba saja nico datang dan langsung memeluk larisa dari belakang, tidak ada perlawan darinya hanya saja ia masih sibuk dengan alat tempur masaknya.

"Bagaimana dengan malam ini? Apa pelanggan mu menyentuhmu?" Tanya nico yang berada dalam posisi memeluk larisa.

Kepala nico yang berada dipundak larisa, membuat larisa cukup merinding terlebih bibir nico yang berada tepat didepan telinganya membuatnya bisa merasakan nafas panas milik nico.

"Tidak, hari ini aku hanya menemani pria muda yang sedang patah hati, bahkan aku hanya mendengarkan ocehanya sepanjang malam" ucap larisa.

"Gadis pintar" ucap nico sembari mengelus puncak kepala larisa.

Bagi nico tak masalah jika larisa melakukanya hanya saja ia merasa tak ikhlas jika ada lelaki yg menyentuhnya, tidak menutup kemungkinan jika larisa menemani para lelaki hidung belang pasti mereka mencium ataupun menyentuh larisa, tapi selama mereka tak meniduri larisa tak menjadi masalah bagi nico, jika bertanya soal rasa balik lagi dengan keputusan awal ,nico hanya menyayanginya walau terkadang ia kalah dengan rasa gairah.

Nico melepaskan pelukanya dan berlalu pergi.

Dengan sisa malam yang ada mereka menghabiskan malam dengan berbincang- bincang ringan dan menyantap ramen buatan larisa.

"Enak" puji nico.

🍃🍃🍃

Seperti biasa, larisa bangun saat nico sudah pergi kekantor lebih dulu, tidak ada malam mesra hari ini karna larisa dan juga nico merasa kelelahan dengan aktivitasnya, tidak ada sambutan pagi hari seperti " good morning" untuk larisa.

"Mungkin mas nico buru-buru" ucapnya dalam hati.

Seperti biasa rutinitas pagi saat bangun tidur larisa membereskan apartemenya dari sudut ke sudut.

Tak lupa ia mencuci baju bekas ia semalam dan merapikan tempat tidur.

Larisa ingat jika ditas nya ada uang yang diberikan oleh pria muda semalam, tak menyangka hanya menemani duduk saja ia mendapatkan tip yg cukup banyak, tak perlu susah susah ia harus melawanya.

Satu juta tiga ratus nominal yang tidak sedikit untuk larisa.

Penghasilan malam ini dan kemarin cukup besar bagi larisa, sejak kejadian ayah dan ibunya bercerai ia tak pernah lagi menyimpan uang sebanyak itu.

"Buat beli apa yahhh.??" Pikir larisa

"Ditabung sajalah " jawaban untuk pertanyaan nya sendiri.

LARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang