chapter 18

7.9K 144 0
                                    

Kali ini larisa mendapat kan tamu pengusaha muda, dia hanya merangkul larisa sepanjang malam, tanpa menggoda atau apapun.

Hanya saja saat ia mulai berteman dengan miuman minumanya ia sedikit bercerita jika dia sedang putus cinta, kekasihnya yang akan dinikahinya ternyata berselingkuh dengan pria lain, larisa hanya membalas pelukanya dan menenangkan.

"Berapa usiamu?" Tanya lelaki itu

"Mmm aku 20 tahun" jawab larisa

"Sebenarnya aku baru ke tempat ini, dan tadi ada mamih yang memberi tahu ku untuk ditemani olehmu" ujarnya

"Benar kah?"

" yups , bahkan aku membayar sangat mahal untuk mu" ujarnya kembali, sambil sesekali ia meneguk minumanya.

"Aku hanya ingin ditemani" ucapnya lirih

Kali ini larisa menjadi taman curhat dan pendengar yang baik.

"Oh ya, mmm aku hanya bisa menemanimu sampai jam 12" ucap larisa takut

"Kenapa? " tanyanya

"Aku sudah membayar lebih untuk mu" tambahnya

"Mmmm,,, pokonya hanya jam 12" kata larisa mematenkan

"Baiklah, aku juga harus pulang karna besok masih banyak pekerjaan" ucapnya.

Jam menunjukkan pukul 00:00 namun mereka masih belum beranjak karna terlalu asik bercerita.

Malam ini bukanlah malam yang sulit untuk larisa , karena mendapatkan pelanggan yang mudah untuk ia taklukan.

Jalanan yang mulai sepi dari para pengendara besi jalan, angin menerpa dengan sopan, tak ada debu yang berterbangan seperti kala siang menjelang, kerlap kerlip lampu kota yang menjadi mata bagi orang orang penikmat malam. Hingar bingar ibu kota menjadi saksi jelas betapa kerasnya kehidupan.

"Siapa sebenarnya aku ini? Palacurkah? , PSK kah? Apa bedanya PSK dengan pelacur, setauku mereka sama, lalu aku ini apa?" Larisa bertanya dalam hati

Bait bait pertanyaan yang ia lontarkan menjadi sebuah tanda tanya besar dalam hidupnya, bahkan ia tak tau sebutan manakah yang pantas untuk nya.

"Aku benci hidup ku"

Hanya itu yang bisa ia katakan selain penyesalan, yaaa penyesalan karena ia harus terjun dalam dunia malam, gelap, tidak hanya gelap tapi membuatnya sesak yang harus membuatnya bernafas dengan uang   dengan segala kebutaan dan juga kenikmatan

Tiinnnnn

Klakson mobil nya membuyarkan lamunan larisa, lamunan yang tak pernah ada ujungnya , lamunan yang tak bisa memberikan ia jawaban.

"Masuklah"

Larisa dan pelangganya meninggalkan tempat yang menurut larisa seperti neraka itu.

Mobil BMW yang ia tumpangi membabat habis jalanan dan gemerlapnya malam.

🍃🍃🍃

"Sudah mau jam 1 , kenapa larisa belum pulang? Ucap nico dalam hati.

Nico mulai gelisah mendapati larisa yang belum juga datang, ia bergegas bersiap- siap untuk menjemput larisa.

2 bungkus pop mie dan beberapa batang rokok menjadi teman saat ia menunggu lrisa pulang.

Tak ada rasa lain selain sayang karena ia adalah adik sahabatnya walau terkadang ia khilaf karna tak mampu menahan betapa menggodanya larisa dihadapanya.

Sepertinya aku harus menelponnya.

3 kali nico memanggilnya namun ia tak menggangkatnya.

"Sepertinya aku harus menjemputnya" ucapnya dengan hati yang gusar

🍃🍃🍃

"Makasih ya" ucap larisa

"Sama- sama" balas pelanggannya yang tidak terlalu tua itu.

"Larisa??" Panggilnya.

"Iya?" Saut larisa sebelum ia membuka pintu mobil BMW yang ia tumpangi

"Besok aku akan membookingmu lagi, dan aku akan bercerita lagi" ujarnya.

"Baik lahh" jawab larisa

"Aku suka caramu mendengarkanku" ujarnya kembali.

Larisa hanya tersenyum.

Ia membuka pintu dan melambaikan tangan, mobil pun perlahan menghilang dari pandanganya.

"Ganteng" ucapnya dalam hati sembari tersenyum kegirangan.

Larisa mampir disupermarket yang buka 24 jam , yang terletak dibawah apartemenya untuk membeli beberapa makanan dan minuman hanya berjaga jika ia tak bisa langsung tidur maka ia akan nyamil terlebih dahulu.

"Brapa mba?"

"237.000"

"Hah....dia ngasih uang aku brapa? Ini banyak sekali" ucapnya dalam hati saat membuka tas kecil miliknya yang ia bawa tadi.

Ia melihat ada beberapa lembar uang ratusan dan limapuluh ribuan, jika dihitung mungkin lebih dari satu juta

"Padahal aku hanya menemaninya duduk saja" ucapnya kembali

"Ini mba" ucapnya sembari memberikan 3 lembar uang ratusan

"Makasi mba"

Larisa bergegas pulang karena jam menunjukan pukul 1 lebihhh. Ia tak mau nico khawatir jika ia pulang terlambat, sesuai janji ia hanya pulang sebelum pukul 1 dini hari.

"Mas nico" teriak larisa.

Nico menoleh spontan.

Larisa bergegas berlari kearah nya.

"Mas mau kemana?" Tanya larisa polos

"Mmmmm....mas..mmm...mau nyari makan" jawabnya pura-pura tak mau mengakui.

"Jangan mas, tadi larisa mampir ke supermarket beli beberapa mie instan dan juga sayur, jd nanti kita makan bareng aja" ujar larisa.

Nico tak bisa menolak tawaranya sebab ia memang hanya beralasan dan ia pun juga sudah mengahabiskan 2 pop mie sekaligus.

Saat sampai diapartemenya larisa melihat bekas pop mie dan kaleng minuman, juga beberpaa puting rokok.

"Mas yakin keluar untuk nyari makan?" Goda larisa

"Hah...apa...mmmm"

"Sudah lah mas ,larisa tau kok" jawab larisa sembari meletakan belanjaan yg ia bawa diatas meja.

Nico hanya tersenyum mengakui kebohonganya yanv terbongkar.

"Mas mau makan lagi?" Tawar larisa.

"Mmm boleh" jawab nico sembari menggantung jaketnya.

Saat Larisa sedang sibuk dengan alat tempurnya tiba tiba nico........

"Mas nico...."







Hay   hayyyyy
Mau ngasi tau nih kalo author punya cerita baruloh
Baca yuk
Kali ini lebih tegang dan tentunya lebih panas.
Hahahahah.
Jan lupa mampir ya.



LARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang