1. Sapporo Minami

107 17 64
                                    

Tahun ajaran baru dimulai serentak di Jepang pada awal Juli. SMA Sapporo Minami menjadi salah satu SMA dengan pendaftar terbanyak. Selain menjadi pendaftar terbanyak, SMA ini tergolong SMA terbaik di Jepang hingga saat ini.

  Hiroshi Satoru, seorang lelaki dengan postur tubuh tegak, tinggi, dan kurus. Berambut hitam panjang nan rapi, berkulit putih, dan berwajah tampan. Sayangnya, ia cukup pendiam. Jarang sekali bermain dengan teman-temannya. Ia hanya menghabiskan waktu di sekolah dengan membaca buku dan menolong orang. Banyak perempuan tertarik padanya karena sifat dermawannya. Walaupun Hiroshi berasal dari keluarga yang pas-pasan. Namun, ia tidak pernah berhenti untuk menolong orang.

  Selain dermawan, Hiroshi juga terkenal akan kepandaiannya. Ia sangat menyukai pelajaran matematika. Menurutnya, matematika adalah pelajaran terpenting di dalam hidupnya. Tiada hari tanpa berhitung.

  Hari ini adalah hari pertama Hiroshi menginjakkan kakinya di SMA Sapporo Minami yang letaknya di Sapporo. Dari kecil, ia mempunyai cita-cita untuk menjadi astronaut. Ia ingin terbang ke luar angkasa untuk melihat bulan, matahari, dan planet lainnya lebih dekat. Selain itu, ia juga ingin membawakan bintang untuk sahabatnya yang telah tiada.

  Sepatu dan tas hitam membuat tampilan Hiroshi semakin menarik. Jarak antara sekolah dan rumah Hiroshi cukup dekat. Untuk pergi ke sekolah, Hiroshi bisa berjalan maupun bersepeda. Tetapi, ia lebih suka berjalan untuk menuju sekolahnya. Sesampainya di gerbang sekolah, Hiroshi diam sejenak untuk melihat keadaan sekitar. Ramai, itulah yang dirasakan Hiroshi. Secara perlahan, ia berjalan memasuki SMA tersebut dengan langkah kaki kecil. Ia terus menatap sekeliling hingga akhirnya ia melihat seorang gadis yang duduk termenung di bawah pohon sakura. Tampaknya, gadis tersebut tidak memiliki teman.

  Hiroshi mulai berjalan mendekati gadis tersebut. Banyak siswa yang berlalu-lalang hingga membuat pandangan Hiroshi teralihkan. Tiba-tiba, seseorang datang mengagetkan Hiroshi yang sedang berusaha mendekati gadis tersebut.

“Hei! Boleh kita berkenalan?” tanya laki-laki tersebut seraya menepuk pundak Hiroshi dari belakang. Padahal, Hiroshi sedang fokus dengan gadis tersebut. Malahan, seseorang datang mengacaukan pikirannya. Hiroshi terkejut dan langsung membalikkan badannya dengan tawa kecil menyertainya.

“Eh, hai juga! Boleh kok!” balas Hiroshi sedikit gugup. Karena baru kali ini Hiroshi disapa oleh teman barunya. Lalu, laki-laki tersebut mengajaknya duduk di depan lapangan basket. Tanpa malu sedikit pun, laki-laki tersebut menarik tangan Hiroshi untuk membawanya ke lapangan basket. Padahal, mereka sama-sama murid baru di SMA ini. Namun, laki-laki yang mengajak Hiroshi berkenalan tersebut, sepertinya sudah hafal dengan tempat ini.

“Bagaimana kamu tahu lokasi lapangan basket?” tanya Hiroshi sembari menahan tarikan laki-laki tersebut. Kaki Hiroshi terus menekan tanah supaya laki-laki tersebut bisa berhenti menarik Hiroshi.

“Akan aku ceritakan setelah sampai di lapangan basket nanti. Jangan berusaha untuk menghentikan tarikanku, oke?” Akhirnya, Hiroshi menuruti apa yang laki-laki tersebut ucapkan.

  Sesampainya di lapangan basket, laki-laki itu menyuruh Hiroshi untuk duduk di bangku yang letaknya tepat di luar kawat lapangan basket. Hiroshi bingung, apa yang akan laki-laki tersebut lakukan.

“Nama kamu siapa?” tanya laki-laki dengan postur tubuh tinggi dan kurus, sama seperti Hiroshi. Lalu, ia duduk di samping Hiroshi.
“Na-namaku Hi-Hiroshi Satoru,” jawab Hiroshi kaku. Karena, hanya mereka berdua yang berada di lapangan basket. Keringat menetes dari dahi Hiroshi, karena sinar mentari yang mulai meninggi.

“Tidak usah gugup seperti itu. Perkenalkan, namaku Kitaro. Aku juga murid baru di SMA ini. Um ... pertanyaan yang kamu berikan tadi cukup bagus. Sebenarnya, aku mempunyai seorang Kakak di sini. Namun, dia sudah lulus semenjak aku masuk ke SMA ini. Setiap sore, aku membawakan baju ganti untuknya. Karena ia adalah atlet voli,” jelas Kitaro dengan lancar. Hiroshi melongo mendengarkan penjelasan dari Kitaro yang begitu cepat. Berbeda dengan dirinya, setiap kali bicara, pasti ada kesalahan kata.

“Kenapa kamu memasang ekspresi seperti itu? Tidak percaya?” tanya Kitaro agak kesal saat melihat Hiroshi yang diam menatap dirinya.

“A-aku percaya. Hanya saja, kamu menjelaskannya dengan be-begitu lancar,” ucap Hiroshi dengan nada terputus-putus. Ini adalah pertama kalinya Hiroshi diajak mengobrol oleh teman SMA-nya.

“Oh, itu. Aku sudah terbiasa berbicara cepat. Aku sangat senang bertemu denganmu, karena sifatmu yang aneh ini. Aku lihat, kamu berbeda dengan yang lainnya!” urai Kitaro seraya menggaruk-garuk kepalanya. Ia tersenyum kecil dengan mata tertutup, karena sangat senang bertemu dengan Hiroshi.

“Berbeda? Apa yang membuatku berbeda dengan yang lainnya? Bukankah kami sama? Mungkin, karena aku pendiam.” Tanpa disadari, Hiroshi melontarkan banyak pertanyaan kepada Kitaro. Belum sempat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Hiroshi berikan, bel berbunyi sebagai tanda pelajaran segera dimulai.

“Bel sudah berbunyi! Buruan masuk ke kelas!” pekik Kitaro sambil berlari meninggalkan Hiroshi. Begitu pula dengan Hiroshi, ia menyusul Kitaro yang berlari keluar dari area basket. Semua siswa masuk ke dalam kelas dengan teratur. Tidak ada yang menerobos atau membuat gaduh siswa lainnya. Keadaan cukup ramai di dalam kelas, karena mereka sudah saling kenal.

“Hiroshi-San!” teriak seorang laki-laki dari belakang. Semua siswa terkejut dan langsung menatap sumber suara tersebut. Begitu pula dengan Hiroshi.

“Hiroshi? Siapa itu?” Semua perempuan bingung sembari melihat sekeliling kelas.
“Hiroshi!!” laki-laki tersebut kembali berteriak, karena Hiroshi belum melihat dirinya. Akhirnya, semua orang yang menutupi laki-laki tersebut menepi.

“Ki-Kitaro?” tanya Hiroshi heran. Ternyata, laki-laki yang memanggil namanya adalah Kitaro. Seorang kaum Adam yang membawanya ke lapangan basket secara paksa tadi pagi.

“Ternyata mereka sudah saling kenal, ya?” semua cewek di sekitar langsung menatap Kitaro dan Hiroshi secara berurutan. Tak lama setelah Hiroshi mengucapkan kata tersebut, Kitaro langsung berdiri dan berlari menuju tempat duduk Hiroshi yang terletak di barisan paling depan.

“Hei kalian semua! Namaku, Kitaro Tomi! Dan ini sahabatku, Hiroshi! Kalian jangan pernah membuat masalah dengan kami berdua. Atau akibatnya akan fatal! Untuk tahun ini, mohon dukungannya, aku akan mencalonkan diri menjadi ketua kelas!” seru Kitaro dengan lantang di depan teman-temannya. Hiroshi menatap Kitaro tanpa mengedipkan mata sekali pun. Ia harap dirinya seperti Kitaro yang mempunyai sifat berani. Semua cewek hanya bisa diam menuruti apa yang diucapkan Kitaro. Tiba-tiba, seorang lelaki dengan perawakan besar nan berotot datang menjumpai Kitaro.

“Fatal bagaimana?” tanya lelaki tersebut seraya mencekik leher Kitaro dan mengangkat tubuh Kitaro tinggi-tinggi. Semua orang langsung menundukkan kepala sebagai rasa takut kepada laki-laki bertubuh kekar itu.

“Lepaskan aku, dasar beruang tak berpenis!” teriak Kitaro seraya berusaha untuk lepas dari cekikan lelaki tersebut. Kedua tangan Kitaro tak pernah berhenti memukul tangan lelaki yang mencekiknya. Begitu pula dengan kaki Kitaro yang tak pernah berhenti bergerak.

“Lepaskan dia!” Karena merasa kasihan, dengan beraninya Hiroshi membentak laki-laki tersebut. Ia berdiri dan memukulkan tangannya ke meja supaya laki-laki yang mencekik Kitaro merasa takut kepadanya.

“Kamu kira, aku takut dengan bentakanmu itu?” tanya lelaki itu diselingi dengan senyum kejamnya. Hiroshi hanya bisa diam sembari menatap mata laki-laki tersebut dengan tajam. Hiroshi mencoba untuk menahan amarahnya. Ia mengepal kedua tangannya dengan kuat-kuat.

“Lepaskan aku!” Hiroshi tak tega melihat Kitaro disiksa, karena ia mempunyai sifat peduli yang tinggi. Lagian, Hiroshi sudah terbiasa menolong orang. Namun, kali ini permasalahannya berbeda. Hingga akhirnya, Kitaro dapat melepaskan diri dari cekikan beruang tersebut.

Duakk!

Kitaro menendang selangkangan lelaki tersebut sehingga cekikan dari lelaki beruang itu terlepas. Kitaro langsung berlari keluar kelas sedangkan lelaki tersebut berteriak keras karena kesakitan seraya memegang selangkangkannya menggunakan kedua tangan. Semua orang langsung bangkit dari ketakutan untuk menyaksikan kejadian nan heboh tersebut.

“Aduh!” Kitaro terjatuh karena menabrak sesuatu saat hendak keluar kelas. Dan ternyata, yang ia tabrak adalah seorang ibu guru. Secara bersamaan, Kitaro dan ibu guru tersebut terjatuh ke lantai. Semua siswa kembali duduk di bangkunya masing-masing setelah melihat guru yang akan memasuki ruang kelas mereka. Hiroshi hanya menatap Kitaro dengan penuh kecemasan. Masih pagi-pagi begini, Kitaro membuat banyak masalah.

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang