Bagian 19

2 2 0
                                    

Pagi datang seperti biasanya. Setelah bersiap-siap, Hiroshi langsung melangkahkan kakinya menuju rumah Kitaro. Sesampainya di rumah Kitaro, Hiroshi duduk di atas batu yang berukuran cukup besar. Ia duduk terdiam menunggu Kitaro keluar dan menyapanya.

Sudah lama sekali Hiroshi menunggu, tapi tidak ada suara bahkan pergerakan sedikit pun. Lagian, jam sudah menunjukkan pukul 6.30. Satu jam lagi pelajaran akan dimulai. Perjalanan dari desa ke sekolahannya, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Karena Hiroshi takut terlambat, akhirnya ia memutuskan untuk berangkat. Ini adalah kedua kalinya Hiroshi meninggalkan Kitaro.

“Ada apa dengan dunia ini? Mengapa rasanya bukan seperti duniaku?” lirih Hiroshi seraya mengayunkan kakinya secara pergantian.

Sesampainya di sekolah, Hiroshi melihat banyak siswa berkumpul di papan pengumuman. Seperti sifatnya, Hiroshi tidak memedulikannya sama sekali. Ia lanjut berjalan menuju ruang kelas, setelah berdiri cukup lama di halaman sekolah.

Anehnya, tidak ada murid satu pun di kelasnya. Hiroshi bingung, apa yang terjadi dengan kelasnya. Akhirnya, Hiroshi kembali menuruni tangga dan melihat papan pengumuman itu. Ternyata, untuk seluruh kelas 11 diliburkan.

“Libur? Kenapa aku tidak tau? Bagaimana dengan Kitaro?” tanya Hiroshi panik.

“Per-permisi, saya mau tanya,” ucap Hiroshi ke salah seorang di gerombolan tersebut.

Tidak ada jawaban sama sekali. Hiroshi membalikkan badan dan terlihat pesawat beterbangan di udara.

“Hey!” seru seseorang dari balik tubuh Hiroshi.

“Ah, ada apa?” Hiroshi langsung membalikkan badannya dan menatap sosok laki-laki tua.

“Kenapa kamu bersedih?” tanya laki-laki tersebut.

“Siapa yang bersedih? A-aku tidak bersedih, kok!” balas Hiroshi.

“Itulah kelemahanmu!” Seketika, laki-laki itu lenyap. Melihat kejadian itu, membuat Hiroshi semakin gila.

“Woy!” seseorang menepuk pundaknya.

“Hah?!” Hiroshi tersentak dari tidurnya. Ia melihat, bahwa ia sedang berada di ruangan dengan murid dan seorang guru yang sedang menulis di papan tulis.

“Sst! Nanti Bu Eiko dengar!” lirih seseorang dari belakang bangkunya.

Hiroshi langsung mencubit tangannya dan yang ia rasakan adalah rasa sakit. Ternyata, ini bukan mimpi. Hiroshi terus berpikir, kenapa ia ada di ruang kelas ini. Jelas-jelas, ia sedang berdiri di depan papan pengumuman.

“Oke anak-anak, silakan dirangkum halaman 8-15, ya! Setelah itu, rangkuman dikumpulkan di meja Ibu,” jelas bu Eiko.

“Siap, Bu!”

Bu Eiko langsung mengambil laptop dan tasnya, kemudian keluar meninggalkan ruang kelas.

“Kitaro,” sapa Hiroshi sesampainya di meja Kitaro.

“Kenapa kamu ninggalin aku lagi?!” tanya Kitaro dengan nada sedikit kesal.

“Hah?! Bukannya rumah kamu kosong?”

“Mana ada kosong! Jelas-jelas ramai begitu. Ada Kakakku, Sepupuku, Nenek, Kakek, Ayah, sama Ibuku, kok!”

Mendengar jawaban Kitaro, pikiran Hiroshi semakin hancur.

“Bagaimana aku ada di sini?!” tanya Hiroshi kembali.

Plak!

Kitaro menampar pipi Hiroshi. Kemudian, ia mencubit tangan Hiroshi, dan yang terakhir ia menginjak kaki Hiroshi.

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang