Bagian 26

2 3 0
                                    

“Ayame! Kenapa dari tadi diem mulu, sih!” seru Mitsuko.

***

“Sudah jam 9 nih, aku pulang, ya!” seru Hiroshi.

“Aku juga mau pulang, ayo Hiroshi!” ucap Kitaro.

Mereka berempat pisah setelah memainkan bianglala untuk terakhir kalinya. Karena jarak rumah mereka dengan tempat Hiroshi saat ini cukup jauh, akhirnya Hiroshi memesan ojek untuk pulang ke rumah.

“Beneran mau pulang?” tanya ojek tersebut. Hiroshi pun bingung, apa arti dari pertanyaan tersebut.

“Iyalah! Masa mau tidur di sini!” celetuk Kitaro.

“Ini sudah sampai,” ucap lelaki yang menjadi pengendara motor ojeknya.

“Ini di mana?” tanya Hiroshi dengan ketakutan yang menggebu-gebu. Ia sangat takut, kalau ojek tersebut adalah penculik.

“Woy! Ini bukan rumah kami!” teriak Kitaro. Selepas itu, muncul 2 lelaki yang umurnya lebih tua dari Hiroshi dan Kitaro. Mereka membawa sebuah tongkat kayu yang berukuran cukup besar.

“Aa!!” teriak ojek tersebut karena tangannya digigit oleh Kitaro. Saat itu, posisi Kitaro sedang dikekang oleh si ojek, maka dari itu, ia menggigitnya supaya ia bisa lepas.

“Hiroshi! Lari!” Mereka berdua langsung berlari ke arah kota. Karena di jalanan sepi seperti ini, mana mungkin ada orang.

“Cepat Hiroshi!”

“Mau kabur ke mana, hah?!” Kitaro berhenti sejenak, kemudian ia mengambil batu-batu yang terletak di pinggiran aspal. Ia melemparkan batu-batu tersebut supaya Hiroshi dapat menyusulnya.

“Hiroshi cepat lari ke kota! Minta bantuan siapa saja!” teriak Kitaro. Hiroshi pun menambah kecepatan berlarinya, hingga akhirnya ia sampai di gang sebelah SMA-nya.

Duak!!

“Aaghh!!’ teriak Hiroshi kesakitan. Darah berlumuran di mana-mana. Sepertinya, Hiroshi akan kehabisan banyak darah. Karena luka di kaki, tangan, dan kepala.

“Pergi kamu! Pergi!” teriak Kitaro sembari berlari menyusul Hiroshi.

“Kamu tidak akan bisa kabur dari kami!”

“Nak, sadar, Nak!” ucap seorang nenek ketika melihat seseorang tergeletak di depan mobilnya.

“Sakiiittt!!”

“Tenang, Nak. Nenek ambil perban dulu!” ucap si nenek dengan paniknya, kemudian dia berbalik arah dan mulai mencari perban di dalam mobilnya.

“Kalau nyetir itu yang bener! Kasihan anak tadi! Darah ada di mana-mana! Sekarang perban di mana?” protes sang nenek kepada bodyguardnya.

“Maaf, maafkan saya Nyonya,”

“Cepat bantu aku menyelamatkan lelaki itu!” Si nenek dan bodyguard tersebut turun dari mobil dengan peralatan P3K yang dibawanya.

“To-tolong, selamatkan te-teman saya. Di-dia sedang diburu oleh pen-penjahat. Ia tak jauh da-dari sini, to-tolong selamatkan dia,” jelas Hiroshi dengan napas yang tersengal-sengal.

“Sana! Kamu selamatkan temannya! Akan aku urus satu anak ini!” ucap si nenek.

Tak lama kemudian, Hiroshi dilarikan ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil nenek tadi. Yang menyetir pun sang nenek itu sendiri. Dengan gesitnya ia menyetir mobilnya, hingga mereka berdua sampai di rumah sakit dengan cepat. Si nenek langsung memanggil beberapa perawat yang sedang bekerja di loby rumah sakit. Sang nenek menyuruh mereka supaya membawa Hiroshi ke ruangan VIP.

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang