5. Gaduh

16 6 27
                                    

“Tidak bisa, Nak. Dia sudah nyaman di alam sana. Kamu tidak bisa memaksanya untuk kembali. Kalau dia kembali ke sini, nanti dia akan sedih, loh!” ucap ibunya sembari menahan jatuhnya air mata. Hiroshi hanya dapat terdiam, mengingat masa lalunya. Tak disangka, sahabatnya akan meninggalkan dirinya secepat itu.

“Sudah, tidak apa-apa. Jangan pikirkan masa lalu. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk masa yang akan mendatang nanti. Masih ada Kakak, Ibu, dan Ayah, bukan?” lirih sang ibu supaya Hiroshi tidak bersedih lagi.

Ibu kembali turun dan Hiroshi kembali ke ranjangnya untuk tidur. Padahal, baru pukul 8 malam, tapi Hiroshi sudah tertidur pulas. Biasanya, ia tidur jam 9 karena hobinya itu.

***
Sinar sang Bagaskara mengelus halus kaki Hiroshi. Jendela terbuka disambut dengan kicauan burung Gereja. Embun pagi turun dengan anggun sebagai rasa hormat ke sang mentari. Hiroshi terbangun dan mulai berjalan menuju kamar mandi.

Ia mulai membasuh mukanya secara perlahan, lalu menuju wastafel untuk gosok gigi. Selepas itu, ia kembali berjalan menuju meja makan, karena di sanalah ia dapat sarapan pagi. Dengan sabarnya, Hiroshi menunggu masakan yang ibu buatkan.
Semua rutinitas berjalan seperti biasanya. Hiroshi sampai di sekolah dengan semangat yang membara.

Lagi-lagi ia melihat seorang cewek yang duduk terdiam di bawah pohon sakura. Sebenarnya, Hiroshi ingin menemuinya sejak kemarin. Tapi entah kenapa, Hiroshi sangat sulit mendekati perempuan tersebut.
Akhirnya, Hiroshi mengurungkan niatnya dan mulai berjalan menuju ruang kelasnya sendiri. Ya, deretan kelas 10 terletak di paling belakang. Dari sekian banyak jurusan, Hiroshi mengambil jurusan IPA, karena ia ingin menjadi astronaut. Setiap gedung di SMA Sapporo Minami ini, mempunyai 3 sampai 4 tingkat. Gedung A, adalah gedung untuk para guru, karyawan, kepala sekolah, dan pengurus lainnya.

Gedung ini terletak di barisan paling depan. Jadi, ketika kita memasuki gerbang SMA ini, yang pertama kita lihat adalah gedung A. Gedung A mempunyai 3 tingkat. Tingkat pertama adalah ruang untuk kepala sekolah, guru, karyawan, dan lain sebagainya. Sedangkan di tingkat kedua, terdapat kelas 12 jurusan bahasa. SMA Sapporo Minami ini sangat luas, butuh sekitar 1 jam untuk menjelajahi keseluruhan SMA ini.
Sesampainya di kelas, ternyata baru beberapa anak saja yang sudah sampai. Setiap kelas terisikan sekitar 23 sampai 27 anak. Diharapkan, dengan sistem begini, anak dapat belajar lebih fokus lagi. Jangkauan guru ke murid-murid juga semakin dekat. Jadi, tidak ada anak yang tidak diperhatikan oleh sang guru.

Hiroshi duduk dan mulai mengambil novelnya yang berada di dalam tas. Lembaran demi lembaran telah ia baca, hingga akhirnya Kitaro datang membawa keributan.

“Hiroshii!! Kenapa kemarin kamu meninggalkan aku?!” teriak Kitaro dari pintu kelas—membuat semua orang kaget akan teriakannya tersebut. Hiroshi hanya dapat melihatnya tanpa menjawabnya.

“Huh! Kamu ini kenapa?” tanya Kitaro sesampainya di bangku Hiroshi. Ia mengambil tangan Hiroshi dan mulai memperlihatkan giginya yang tajam. Seolah-olah, dia akan menggigit tangan Hiroshi. Lagi-lagi, Hiroshi hanya diam tanpa melakukan reaksi apa pun.

Krekk!!

“Kyaaa!! Kitaro!! Apa yang kamu lakukan?!” bentak Hiroshi sambil menarik  tangannya yang usai digigit Kitaro. Ia memegang tangan kanannya yang dipenuhi ludah dan bekas gigitan.

“Makanya, kalau ada orang tanya itu direspons!” balas Kitaro sembari membersihkan mulutnya yang telah menggigit tangan Hiroshi.

“Ih, emang ya... Kitaro tidak punya otak!” bisik salah seorang murid yang ada di kelas tersebut. Hiroshi masih sibuk membersihkan tangannya sedangkan Kitaro menunggu Hiroshi selesai berakting.

“Mau aku gigit lagi, nggak?” tawar Kitaro dengan nada tinggi.

“Ja-jangan!” seru Hiroshi penuh ketakutan. Baru kali ini, ia menemui manusia gila seperti Kitaro.

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang