***
“Kitaro, apa kamu masih marah denganku?” tanya Hiroshi sembari mendekati Kitaro yang sedang duduk terdiam di bangkunya. Tak sepatah kata pun Kitaro lontarkan karena mengingat kejadian kemarin.“Aku minta maaf, ya! Kalau kamu mau, nanti sore kita bermain di bukit,” tawar Hiroshi.
“Ya kalau tidak hujan,” balas Kitaro dengan nada datar. Ia terus menundukkan kepalanya karena ia tak mau melihat wajah Hiroshi lagi.
“Kalau hujan, bagaimana kalau kita pergi ke perpustakaan?”
“Kamu aja kali, enggak sama aku!” gumam Kitaro sambil menendang-nendang pijakan kaki yang ada di bawah meja.
“Terserah kamu mau pergi ke mana, aku akan ikut denganmu. Asal kamu tidak marah lagi denganku,” ucap Hiroshi pasrah. Ia sangat takut dibenci oleh orang lain, apalagi dimusuhi.
“Aku tidak mau ke mana-mana. Aku hanya ingin, kamu mengikuti lomba drama bertopeng di classmeet nanti,” jelas Kitaro dengan pelan hingga akhirnya Hiroshi menuruti apa yang ia inginkan. Ternyata, itu semua susunan drama yang Kitaro buat supaya Hiroshi mau mengikuti lomba drama bertopeng itu.
Hiroshi kembali duduk dan mulai membuka buku pelajaran. Ia bingung, ekstra apa yang akan ia ikuti nanti. 4 hari lagi, seluruh pendaftaran ekstrakurikuler akan ditutup.
Kring!!
Bel berbunyi, menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Bu Nami datang dan memulai kelas belajar seperti biasanya. Berdoa, literasi, barulah memulai pelajaran.“Oke anak-anak, silahkan kerjakan halaman 4 sampai 10, ya! Ibu tunggu 20 menit lagi!” jelas Bu Nami ketika memulai pelajaran matematika.
“Bu, tugasnya langsung dikoreksi atau dikumpulkan minggu depan?” tanya Kitaro secara tiba-tiba. Semua murid langsung tertuju kepada Kitaro, begitu pula dengan Bu Nami.
“Apa kalian lihat-lihat? Rabun cinta baru tau rasa!” seru Kitaro di hadapan teman-temannya.
“Ish, terlalu percaya diri,” sindir seorang cewek di bangku terdepan.
“Hm... Kitaro, tugasnya langsung kita koreksi bersama. Jangan sampai kamu tidak mengerjakan!” jawab Bu Nami seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Semua murid langsung mengerjakan tugasnya dengan giat. Untuk kali ini, Kitaro juga mengerjakannya dengan benar. Hingga akhirnya, batas pengumpulan telah terlewati. Semua siswa mengumpulkan tugasnya di meja paling depan. Semua buku ditumpuk menjadi satu dan diletakkan di meja guru.
Bel istirahat berbunyi, Bu Nami keluar kelas dibantu oleh beberapa anak yang membawakan buku catatan tersebut ke kantor. Hiroshi dan Kitaro duduk satu meja seraya mengobrol.
“Apa kamu mempunyai kakak?” tanya Kitaro sambil memperhatikan Hiroshi yang sedang sibuk membaca novelnya.“Ya!” jawabnya singkat.
Mereka berdua terus mengobrol hingga akhirnya, datanglah si beruang bantet, Tadao. Ia duduk di bangku paling depan sembari memperhatikan Kitaro dan Hiroshi mengobrol. Mungkin, ia sendirian karena sifatnya yang galak itu.“Um... Hiroshi, apakah aku boleh bergabung dengan kalian?” tanya Tadao dengan nada rendah dan pelan. Belum sempat Hiroshi menjawab, Kitaro sudah meresponsnya terlebih dahulu.
“Tidak boleh, Hiroshi hanya boleh berteman denganku! Lebih baik kamu pergi sebelum aku marah!” hardik Kitaro dengan gayanya yang sok seperti pahlawan.
“Ya sudah tidak apa, kalau aku tidak diizinkan untuk bergabung,” balas Tadao pasrah. Tumben sekali dia bersikap baik seperti ini, pasti ada apa-apanya.
“Eh, tidak! Kamu boleh kok bergabung dengan kami,”
“Memangnya ada apa denganmu? Hingga membuatmu ingin sekali bergabung dengan kami?” tanya Kitaro penuh keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN [COMPLETE]
Teen Fiction# 1 Tenfiction [8 September 2020] # 2 Teman [9 September 2020] # 3 Fiksiremaja [12 September 2020] Hiroshi, seorang lelaki dengan sifat peduli namun pendiam, tiba-tiba ia tertarik untuk berteman dengan seorang perempuan yang bernama Ayame. Dalam men...