Bagian 18

4 4 1
                                    

Hari mulai berganti. Sesampainya di tempat duduknya, ia melihat sebuah kertas yang tersimpan di dalam lokernya. Hiroshi langsung mengambil kertas tersebut tanpa pikir panjang lagi.

Hai!

Itulah isi kertas tersebut. Hanya satu kata? Itu membuat Hiroshi kecewa.

Kemudian, Hiroshi menaruh tasnya dan duduk di atas kursi. Entah kenapa, ia terus menatap kertas tersebut. Hiroshi mengambil surat yang ia tulis tadi malam. Untung saja, Izumi tidak melihat isi surat tersebut.
Hiroshi kembali berdiri dan berjalan ke meja perempuan itu. Hari ini, Hiroshi berangkat sendirian tanpa ditemani Kitaro. Ia sengaja meninggalkan Kitaro di rumahnya. Entah apa yang akan terjadi dengan Kitaro nantinya.

Hiroshi mulai meratapi meja perempuan berambut pendek itu. Rasanya sangat hangat dan nyaman. Kemudian, Hiroshi menaruh surat keduanya di loker wanita itu.

Menit demi menit telah Hiroshi lalui. 5 menit lagi, bel pelajaran akan dimulai. Sedangkan Kitaro, tak kunjung datang. Ia sangat khawatir dengan Kitaro. Entah ke berapa kalinya Hiroshi ceroboh seperti ini. Mungkin lebih dari sepuluh.
Satu menit telah berlalu, sampai saat ini, Kitaro belum juga datang. Hiroshi masih setia menatap tempat duduknya yang kosong.

“Hiroshi!!” teriak Kitaro dari pintu kelas. Semua orang langsung tertuju kepada Kitaro. Suara lantangnya, membuat seluruh murid jantungan.

“Ah, halo!” sapa Hiroshi dengan ketakutan yang menyelimutinya. Pasti Kitaro akan memarahinya panjang lebar.

“Kenapa kamu ninggalin aku?!” tanya Kitaro kesal seraya mendekati Hiroshi. Ia menggebrak meja Hiroshi keras-keras. Secara perlahan, Hiroshi mulai memundurkan tempat duduk yang ia duduki.

“Ah, maaf. Ta-tadi aku kira sudah jam tu-tujuh,” jawab Hiroshi penuh ketakutan.
“Bu Eiko! Bu Eiko!” seru beberapa murid seraya menunjuk bu Eiko yang sedang berjalan menuju kelas Hiroshi.

“Huh!” geram Kitaro sembari melepas tasnya.

Sebelum bu Eiko memasuki ruang kelasnya, Hiroshi sempat melirik ke arah belakang. Ia melihat gadis itu sedang mengambil buku dari tasnya. Lalu, Hiroshi langsung mengembalikan pandangannya.

“Selamat pagi! Silakan buka buku halaman 5, kerjakan soal 1 sampai 10! Setelah itu kumpulkan di meja paling depan. Selain tugas fisika ini, diharapkan kalian sudah kenal satu sama lain! Setelah pelajaran ini, akan diadakan kelas perkenalan! Siapkan diri kalian masing-masing!” jelas bu Eiko.

Semua murid hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Hiroshi langsung mengerjakan soal tersebut dengan teliti. Tak terasa, Hiroshi selesai dalam waktu 5 menit. Kemudian, ia kembali melirik ke arah belakang. Ia melihat gadis itu masih sibuk mengurus tugasnya.

“Hey, Hiroshi!” sapa Kitaro dari tempat duduknya. Untuk kali ini, hanya beberapa siswa saja yang melirik ke arah Kitaro. Mungkin, karena semua orang sudah terbiasa.

“Kenapa?” tanya Hiroshi.

“Udah selesai?”

“Belum, ini baru sampai nomor 7.”

Hiroshi tahu, bahwa Kitaro akan menyontek jawabannya. Maka dari itu, ia berbohong demi kebaikan dirinya beserta diri sendiri.
Sekitar 30 menit telah berlalu. Semua tugas telah terkumpulkan di meja depan. Bu Eiko mulai berkeliling menjadikan satu tugas tersebut. Kemudian, ia memulai kelas perkenalannya.

“Ya, karena tugas telah selesai, mari kita mulai kelas perkenalan ini!” seru bu Eiko.

“Kita mulai dari nomor urut satu, Ayame Sasori,” lanjut bu Eiko.

Namun, tidak ada balasan sama sekali. Semua murid langsung melirik ke kanan dan ke kiri. Padahal, jumlah siswanya pas 24 orang, tapi kenapa tidak ada yang merespons atas panggilan bu Eiko itu?

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang