Bagian 22

3 3 0
                                    

“Bye, hati-hati di jalan!”

Hiroshi mulai menuruni tangga hingga ke lantai paling bawah. Hiroshi membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk menuruni semua tangga yang ia lewati. Hingga akhirnya, Hiroshi sampai di lantai paling bawah. Ia melihat Kitaro yang masih duduk menunggunya di dekat tong sampah.

“Kitaro!”

“Hey, hey, hey! Lama sekali kamu!! Jangan bilang kalau kalian jadi—“

“Enggak, aku cuma tanya-tanya tentang Ayame. Lagian, buat apa aku jadian sama Mitsuko,” tangkas Hiroshi.

“Ayame? Kamu mau pacaran sama dia?”

“Eh, bukan! Rencananya, sekitar 1 minggu lagi, aku sama Mitsuko mau buat acara. Mau liburan ke pantai, kamu mau ikut?”

“Serius? Jelas mau!! Cepat ayo pulang! Aku capek duduk di sini!”

“Iya!”

Kitaro berdiri kemudian berjalan bersama Hiroshi menuju rumahnya masing-masing. Di sepanjang jalan, Hiroshi terus memikirkan Ayame. Tiba-tiba saja, ia teringat dengan sahabat lamanya. Ia kembali mengingat-ingat ketika Hiroshi bersama sahabat lamanya.

“Kamu kenapa?” tanya Kitaro ketika melihat wajah Hiroshi yang tampak murung.

“Kenapa memangnya?” Hiroshi mengusap wajahnya kemudian tersenyum.

“Hm, mencurigakan!”

“Kitaro!” teriak seseorang dari belakang Kitaro.

Kemudian, Kitaro bersama Hiroshi membalikkan pandangannya. Tampak seorang paman sedang mengendarai sepeda motor. Hiroshi dan Kitaro berhenti, hingga akhirnya, paman tersebut berhasil menghampirinya.

“Eh, Paman Bo. Ada apa Paman?” tanya Kitaro.

Ternyata, lelaki tersebut adalah pamannya Kitaro. Dilihat dari wajahnya saja cukup mirip.

“Mau ikut pulang gak? Sebentar lagi malam loh, lagian jarak rumah kamu masih jauh, kan?”

“Ya boleh, tapi dengan satu syarat!”

“Ya elah, pakai syarat-syarat segala. Apa wis syaratnya?”

“Paman harus mengajak Hiroshi juga!”

“Eh tidak usah, Paman. Aku bisa jalan sendiri, kok!” timpal Hiroshi.

“Gak boleh menolak, masa iya kamu jalan sendirian!” seru Kitaro.

“Ya sudah, cepat naik!”

Kemudian, Hiroshi dan Kitaro menaiki sepeda motor tersebut. Paman Bo langsung menjalankan motornya dengan sangat ekstrem. Hanya 7 menit, mereka sudah sampai di desanya.

“Terima kasih, ya, Paman. Saya pamit duluan,” ucap Hiroshi sembari membungkukkan badannya.

“Iya,”

“Bye Hiroshi!”
Hiroshi mulai berjalan menuju rumahnya. Matahari mulai tenggelam secara perlahan, lampu jalanan juga mulai menyala satu per satu.

“Bu, Satoru pulang!”

“Tumben pulang sore, ada jadwal tambahan, ya?”

“Enggak, Bu. Tadi Satoru main dulu,”

“Kalau udah pulang, langsung pulang. Jangan main, nanti diculik baru tau!” celetuk Izumi dari kamarnya.

“Iya, deh. Lain kali gak bakal diulangi lagi,”

“Ya sudah, sana mandi,”

“Iya.”

AGAIN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang