Hiroshi mendapatkan tongkat tersebut. Ia langsung memberikannya kepada Kitaro. Tanpa basa-basi, Kitaro mendekati lelaki itu dan memukul bagian belakang lehernya.
“Aaa!!!” teriak lelaki tersebut kesakitan. Tak lama kemudian, ia terjatuh pingsan.
Hiroshi, Kitaro, dan Tadao langsung berlari menuruni tangga dan kembali ke kelasnya sendiri. Mereka bertiga berlari terbirit-birit, karena mereka takut menjadi sasaran BK. Untung saja, di koridor tersebut tidak ada siapa-siapa.
“Kalian gak takut masuk BK?” tanya Hiroshi seraya berlari menyeberangi lapangan utama.
“Takut sih, makanya buruan lari! Biar gak ketahuan!” seru Kitaro.
“Bukannya ini ide buruk? Kita harus jujur!” celetuk Tadao.
Namun, Kitaro tidak memedulikan ucapannya. Ia terus berlari kembali ke kelas.
Akhirnya, mereka bertiga sampai di kelasnya sendiri. Semua murid yang ada di sekitar mereka, menatapnya dengan bingung. Napas yang tersengal-sengal dan keringat yang bercucuran. Mirip seperti atlet sepak bola.
“Huh, am-ambilkan aku a-air minum!” perintah Kitaro dengan napas yang tidak teratur. Bagaimana tidak teratur, setelah berlari melewati lapangan yang begitu besar?
Walaupun tidak melewatinya secara keseluruhan, setidaknya mereka berlari sejauh setengah lapangan.
“Kamu kira, kamu saja yang haus? Aku juga haus,” desis Tadao seraya mengatur napasnya yang berhamburan ke mana-mana.
Salah satu dari mereka berdiri dan berjalan menuju depan kelas. Kemudian, menyalakan AC yang tengah mati. Tak lupa dengan menutup pintu dan jendela. Setelah itu kembali duduk.
“Bagaimana? Mau ngaku apa enggak?” tanya Tadao setelah napas mereka mulai teratur. Kitaro langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Hiroshi tampak kebingungan.
“Enggak deh, lagian tidak ada yang tau. Kita juga gak bakal kena BK. Yang bakal kena kakak kelas itu sendiri. Salah siapa dia mengejar dan menantang kita,” jelas Hiroshi. Makin hari saja, Hiroshi semakin lancar dalam berbicara. Namun, sifat malunya tetap saja ada di dalam tubuhnya.
“Ya sudah, aku mau ke kantin dulu ya!” seru Tadao kemudian berdiri dan meninggalkan ruang kelas.
“Aku ikut! Kamu mau ikut gak Hiroshi?” tawar Kitaro. Tadao berhenti dan Hiroshi bangkit lalu menyusul Tadao.
***
Hari-hari telah berlalu. Tak terasa, hari ini adalah hari Kamis. Ya! Drama topeng akan berlangsung hari ini. Hiroshi dan Kitaro telah mempersiapkan sebuah kejutan yang telah mereka rancang bersama.
“Hiroshi, kamu sudah siap, ‘kan?” tanya Kitaro seraya membawa beberapa topeng di tangannya.
“Iya, tapi agak gugup. Baru kali ini aku tampil di depan umum,” jawabnya.
“Tidak usah takut, ‘kan ada Kitaro!” seru Kitaro dilanjut dengan langkah kakinya yang semakin cepat.
Bel belum berbunyi, Kitaro dan Hiroshi masih setia menunggu di dalam kelasnya. Mereka harap, mereka dapat tampil dengan maksimal sebagaimana di latihan terakhirnya. Selang beberapa menit sebelum bel masuk, Tadao berangkat dan bergabung dengan mereka. Walau Tadao tidak mengikuti lomba drama bertopeng itu.
“Pagi! Semangat kalian! Aku yakin kalian juara, pasti nama kalian akan terkenal!” ucap Tadao menyemangati Hiroshi dan Kitaro yang akan bertempur di panggung drama nanti.
“Jelas menang dong!” celetuk Kitaro dengan suara melengkingnya itu.
Sekitar 5 menit telah berlalu, bel berbunyi dan kegiatan rutinitas berjalan seperti biasanya. Berdoa dan membaca buku. Barulah dimulai classmeet ini. Hiroshi mendapat urutan ke 12 dari 93 tim. Bisa dibilang cukup cepat. Lagian, setiap tim tampil maksimal 10 menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN [COMPLETE]
Teen Fiction# 1 Tenfiction [8 September 2020] # 2 Teman [9 September 2020] # 3 Fiksiremaja [12 September 2020] Hiroshi, seorang lelaki dengan sifat peduli namun pendiam, tiba-tiba ia tertarik untuk berteman dengan seorang perempuan yang bernama Ayame. Dalam men...