Hari-hari telah berlalu. Hingga akhirnya, presentasi seni budaya diadakan. Semua orang siap dengan nyanyian, tarian, dan gambar yang telah direncanakan selama seminggu ini. Hiroshi, Kitaro, dan Tadao duduk di bangku milik Hiroshi. Mereka menyusun dan mengingat-ingat sambil berlatih lagi supaya lancar saat presentasi nanti. Ya, seperti rencana mereka bertiga, Hiroshi memegang bagian gambar, Kitaro bernyanyi, dan Tadao menari.
“Selamat pagi semuanya. Apa kalian sudah siap untuk presentasi?” tanya Bu Nami setelah sampai di kelasnya Hiroshi. Ia datang dengan laptop, tas, dan stop map yang biasa ia bawa.
Seluruh murid pun menjawabnya, “Pagi! Siap, Bu!”Meja mulai digabung-gabungkan. Satu tim mempunyai waktu 10 menit untuk menjelaskan gambar tersebut. Jadi total keseluruhan adalah 80 menit, karena terdapat 8 tim yang berbeda. Kitaro dan Tadao mulai memindahkan meja serta bangku yang tadinya tersusun satu per satu menjadi 2. Cukup luas untuk mereka duduki.
“Kita mulai presentasinya, ya! Untuk tim satu, dipersilahkan,” ucap Bu Nami. Untuk tim satu, terdiri dari 2 perempuan dan satu laki-laki. Mereka bertiga mulai berjalan ke depan kelas. Dengan membawa gambar dan sebuah selendang, tim satu tersebut langsung memulai presentasi ini setelah lagu diputar
4 menit, 6 menit, hingga akhirnya 9 menit. Tim satu telah selesai presentasi dan dilanjut dengan tim dua.
Waktu terus berjalan. Tak terasa, 40 menit telah berlalu. Kini giliran tim Hiroshi bersama Kitaro dan Tadao. Mereka mulai berjalan menuju depan kelas. Sekitar 1 menit selesai untuk bersiap-siap. Suara backsound dari salah satu lagu klasik Jepang mulai bergema. Bait demi bait telah Kitaro sampaikan. Begitu pula dengan gambar yang Hiroshi pamerkan.
Dengan lenturnya, Tadao menyelesaikan tariannya. Kini, lagu telah berhenti, dan sorak suara gembira terdengar ricuh di kelas ini. Tak disangka, mereka bertiga meraih nilai tertinggi kedua setelah tim dua.
“Serius, nilai kita tertinggi kedua?” tanya Tadao tidak percaya.
“Sumpah, aku gak percaya. Aku kira, kita akan menjadi yang terakhir,” ucap Kitaro dengan ekspresi yang begitu bahagia.
“Syukurlah kalau begitu. Ternyata, usaha kita selama ini tidak sia-sia,” gumam Hiroshi. Tadao mulai berjalan mendekati Hiroshi kemudian memeluknya.
“Terima kasih telah mengajarkanku banyak kebaikan. Aku bangga mempunyai teman sepertimu!” bisik Tadao seraya mengeratkan pelukannya. Tak kalah dengan Kitaro, ia datang dan memeluk mereka berdua.
“Ah, aku tidak bi-bisa bernapas!” desak Hiroshi.
“Aku tidak peduli. Mati pun aku tidak peduli,” sahut Kitaro.
***
“Tidak masalah,” jawab Hiroshi dengan tangan yang mengepal di samping bahunya.“Ya sudah, besok kita latihan drama bertopeng, ya!” seru Kitaro.
Tak lupa dengan classmeet nanti. 2 minggu lagi, classmeet akan diadakan. Sesuai janjinya, Hiroshi harus mengikuti drama bertopeng.
Jam pelajaran berbunyi, Kitaro dan Hiroshi berjalan kembali ke kelasnya.Pelajaran dimulai seperti biasanya. Untuk pelajaran kali ini adalah pelajaran kimia. Setelah sekian banyak nilai yang kosong, akhirnya Kitaro mendapat nilai sempurna untuk pertama kalinya di bidang ini. Sekitar 15 jam pelajaran telah Kitaro lewatkan di hari-hari sebelumnya. Seketika, Bu Nami terkejut melihat nilai Kitaro yang sangat indah itu.
“Kitaro, tumben sekali kamu mengikuti mapel kimia?” tanya Bu Nami terheran-heran ketika melihat Kitaro duduk terdiam di bangkunya. Tak lupa dengan nilai Kitaro yang sempurna itu.
“Salah ya, Bu? Ya sudah, saya keluar,” sahut Kitaro seraya berdiri dan keluar kelas. Semua orang ternganga melihat sifat Kitaro yang begitu murni bodohnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAIN [COMPLETE]
Teen Fiction# 1 Tenfiction [8 September 2020] # 2 Teman [9 September 2020] # 3 Fiksiremaja [12 September 2020] Hiroshi, seorang lelaki dengan sifat peduli namun pendiam, tiba-tiba ia tertarik untuk berteman dengan seorang perempuan yang bernama Ayame. Dalam men...