⚠️BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA DAN COMMENT SETELAH MEMBACA⚠️
📍Alena Callista📍
Kamu geser sana. Ntar malah dimarahin karna nggak sebarisan sama yang lain.🍃🍃🍃
"..... Sebelumnya Ibuk berterima kasih kepada semua yang bertugas pada pelaksana upacara bendera pada pagi ini....." Dengan lantang Buk Lili, guru kesiswaan menyampaikan amanat upacara.
Iya, saat ini, SMA Pancasila tengah mengadakan upacara bendera rutin yang dilakukan tiap senin pagi. Alex, Alena dan sahabat mereka yang lainnya mengisi empat barisan paling belakang.
Yang memiliki pasangan, berdiri di sebelah pasangannya. Iyok di sebelah Kiki. Bisma di sebelah Dinda. Alex di sebelah Alena. Dan yang terakhir pasangan paling so sweet sepanjang masa, mengisi barisan paling belakang. Gaguk dan Dimas, yang mana Dimas berbaris tepat di belakang Alena--di barisan cewek.
Dimas mendengus kesal. Bukan karena posisinya yang berada di barisan cewek. Melainkan karena Buk Lili yang selalu tidak ingat waktu saat menyampaikan amanat upacara. Sudah lebih dari batas normalnya, dia masih tetap mengoceh-oceh di atas podium. Ntah apa yang ia ocehkan. Lama banget!!!!
Alena menoleh ke belakang, ke arah Dimas. "Gak boleh gitu." Ingat Alena. Dimas yang tadinya melihat ke arah tapak sepatunya, beralih melihat Alena.
Alex yang melihat itu, pura-pura batuk. Alena tersenyum singkat dan berinisiatif untuk menggoda Alex. Alena menoleh ke sekitarnya, untuk memantau apakah ada guru yang mengawas mereka atau tidak. Alhasil, hmm ya ada. Malahan guru yang tidak Alena kenal itu tengah berjalan mendekati barisannya.
Alena memilih untuk tidak menjalankan aksinya. Ia kembali ke posisinya, dengan kedua tangan di letak ke belakang punggung. Alena bergaya seakan-akan dia sedang mendengarkan amanat itu. Nyatanya? Tidak sama sekali. Tetapi karena guru tersebut berdiri di sekitar Alena, jadi pura-pura deh.
Sudah sepuluh menit berlalu. Buk Lili menyudahi amanat yang ia sampaikan. Bahkan, upacara bendera pagi ini sudah selesai.
"Buat semua murid SMA Pancasila di harapkan untuk duduk di barisan masing-masing, dan duduk menghadap pentas seni." Ujar Buk Lili, mengambil alih microfon yang digunakan pembaca protokol.
Semua murid mematahuinya. Mereka duduk dengan sorakan senang, karena jam pertama mereka terpotong. Iya meskipun hanya beberapa menit doang, seng penting menganggu jam pelajaran.
Dimas memajukan duduknya. "Len." Lirih Dimas memanggil.
Alena menoleh ke arah Alex terlebih dahulu. Alena tersenyum menggoda ketika melihat kerutan kesal terukir di wajah suaminya itu. Lalu Alena melihat Dimas. "Apa?" Tanya Alena datar. Padahal hatinya ingin sekali menjahili Alex.
Alex langsung menggeser duduknya ke arah Alena. Ia duduk bersebelahan dengan Alena. Sangat dekat jaraknya. Dimas jadi diam melihatnya, tidak jadi mengeluarkan apa yang ada dipikirannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Alena seraya mengernyit.
"Gak. Gua gak kenapa-napa. Pengen dekat lo aja." Alibi Alex dengan sarkasnya.
Alena tersenyum kecil. Rasanya orang lain tidak dapat melihat senyuman yang terukir dari wajah Alena. Hanya dirinya yang mengetahui bahwa dia sedang tersenyum. Saking kecil sekali senyuman itu.
"Kamu geser sana. Ntar malah dimarahin karna nggak sebarisan sama yang lain."
Alex berdiri dari barisan. "Minggir lo!" Ketus Alex pada Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE WITH MY HUSBAND (TAMAT)
Подростковая литератураPERJODOHAN anak SMA dan mereka berasal dari sekolah yang berbeda. ••••••• "Apa lo tau kalo ini kamar gua?" Alena menelan saliva, mengangguk lirih. "Tau!" "Malahan Mami suruh bikin debay." Lanjut Alena lalu duduk di sofa yang ada di kamar Alex, untuk...