Hari semakin malam, angin berhembus semakin dingin, dan suara hanya berasal dari jangkrik-jangkrik yang saling bersahutan. Yang paling utama ialah aku terlalu takut dengan makhluk lain yang mungkin sedang mengawasi kami berdua. Itulah mengapa aku meminta Vano untuk segera pulang.
Selama perjalanan aku teringat akan suatu hal, rumah. Seketika aku resah karena sudah sangat terlambat bagiku untuk pulang. Dan ini adalah jam pulangku yang paling telat dalam seumur hidupku.
Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul 07.00 malam dan dapat dipastikan jika aku sampai rumah pada tengah malam nanti.
Aku menghembuskan napas pasrah. Biarlah, apapun yang akan terjadi nanti tak perlu kupikirkan sekarang.
Tubuhku merasa kedinginan karena bertubrukan dengan angin malam yang menyentuh tulangku. Dan bodohnya lagi aku tidak menggunakan jaket seperti Vano. Walaupun tadi Vano sempat ingin memberikannya padaku, aku menolak. Dia yang pasti akan lebih kedinginan dan aku bisa bersembunyi dibelakangnya. Alhasil ia pasrah dengan keputusanku.
Entah kemana pikiranku atau memang sedang membeku karena kedinginan, tanpa sadar aku memasukkan kedua telapak tanganku kedalam saku jaket Vano.
Ahhh hangatnya.... Batinku.
Aku pun tau jika Vano kaget ketika merasakan tanganku yang seolah melingkar di pinggangnya. Tubuhnya menegang kaku namun setelahnya berubah normal kembali.
Tak ada percakapan selama perjalanan pulang. Jujur aku tidak memiliki tenaga untuk itu karena perutku tidak terisi sejak tadi. Mungkin Vano juga merasakan hal yang sama.
Sesekali aku terlelap namun seperkian detik lagi aku terjaga. Ya, tidak baik tidur diposisi sekarang. Aku takut jatuh dan membuat tubuhku cedera.
Aku terkejut saat Vano memberhentikan motornya didepan sebuah minimarket yang buka 24 jam.
"Kenapa berhenti Van?" Aku bertanya dengan posisi yang sama diatas motor.
Vano sedikit menolehkan wajahnya kebelakang untuk melihatku. "Aku berani bertaruh jika perutmu sedang kelaparan sekarang. Jadi kita harus mampir sebentar untuk membeli beberapa makanan ringan dan minuman" Vano melepaskan pelindung kepalanya dan menaruh pada spion motor.
"Kenapa kau masih diam disitu. Ayo turun..."Perintah Vano padaku dan aku menurutinya.
Setelahnya aku mulai berjalan memasuki minimarket dengan Vano yang mengikuti dibelakangku.
Ketika aku berniat untuk membawa keranjang belanja, dengan nada memaksa Vano membuatku memberikan padanya.
Jika dipikir lagi, Vano memiliki manner yang baik sebagai seorang lelaki. Kebenaran itu sedikit membuatku kagum dengan sosoknya.
Posisi kami berganti, tidak ada yang kulakukan selain membuntuti dibelakang Vano yang terlihat sedang memilih makanan ringan untuk kami berdua.
Aku berinisiatif untuk pergi ke section minuman untuk mengambil dua kaleng soda lalu meletakkannya di keranjang yang dibawa Vano.
"Aku memilih soda untuk kita berdua, kau tidak masalah meminum soda kan?" tanyaku setelahnya.
"Tentu, aku akan membayarnya lebih dulu" Vano berjalan untuk membayar ke kasir.
Sekarang kita berdua sedang duduk berhadapan di sebuah kursi yang disediakan pengelola didepan minimarket tersebut.
Aku memakan sepotong roti dengan selai coklat didalamnya dan Vano menikmati sekantong keripik.
Melihat Vano yang memakan keripik membuatku merasa penasaran karena Vano yang sepertinya sangat menikmatinya.
"Apakah-itu enak Van?" tanyaku sembari menunjuk pada keripik yang dipegangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. LOVELY (COMPLETED)
ChickLitDua manusia yang mencoba untuk saling menyembuhkan satu sama lain Start : 20 Oktober 2020 End : 21 November 2020 Hope you can enjoy this story 🍒 Photo source from google