Deringan ponsel diatas nakas membuat tidur nyenyakku terganggu.
Ku liukkan tubuhku ke berbagai arah untuk merilekskan otot-otot yang sedikit kaku akibat tidur diposisi yang sama.Tanganku terulur meraih ponsel milikku. Saat aku melihat layarnya ternyata suara itu berasal dari alarm yang biasa ku setel setiap hari. Disana terlihat angka yang menunjukkan pukul 08.00 pagi.
Seketika aku langsung mendudukkan tubuhku. Ku lihat samping tempatku yang sudah rapih menandakan bahwa Vano telah bangun mendahuluiku. Mendapatkan kenyataan itu membuatku merasa tidak enak pada Vano, seakan seperti tidak tau diri padahal aku menumpang dirumah ini. Seharusnya aku bangun lebih awal dan membantu sesuatu sebagai rasa terimakasih, bukannya malah terlalu asik menyelami alam mimpiku yang begitu nyenyak.
Tapi ada hal yang janggal. Aneh sekali aku bisa tidur dengan nyenyak karena biasanya setiap bangun pasti aku merasa kelelahan. Entah mengapa hal itu bisa terjadi padaku. Ataukah dalam tidurku aku bermimpi buruk? Aku juga tidak tau.
Setelah menata ranjang hingga rapih, aku melangkah keluar kamar. Pandanganku memindai setiap sudut ruangan mencari keberadaan Vano. Apa yang dilakukan pemuda itu dipagi hari seperti ini?
Aku merasa penasaran karena biasanya aku hanya akan menghabiskan waktuku sepanjang hari didalam kamar, Terlalu takut bagiku untuk keluar dan bertemu dengan orangtuaku yang memiliki kemungkinan besar akan berkelahi, sehingga aku lebih memilih untuk mengurung diri.
Bau harum masakan menuntunku untuk mendekati arah dapur. Disana aku melihat seorang pemuda sedang sibuk menggoreng sesuatu.
"Good morning..." Sapa Vano tanpa membalikkan tubuhnya.
"Good morning Van..." Balasku lalu mendudukkan tubuhku dimeja makan.
"Kau mau sarapan apa? Roti lapis atau omelet?" Tanya Vano yang masih sibuk mengnuangkan sesuatu dari mangkuk ke penggorengan.
"Ehmm... Boleh aku meminta omelet Van?"
Vano menjawab mantap tanpa merasa terbebani. "Tentu, aku akan membuatkanmu..." Setelahnya ia mengambil beberapa bahan yang dibutuhkan didalam kulkas.
Tangannya terlihat terampil memecahlan telur tanpa membuat kekacauan. Sepertinya Vano sudah terbiasa memasak melihat dari keluwesan gerakan pemuda itu.
"Aku tidak menyangka jika kau pandai memasak"
Vano terlihat memindahkan omelet dari penggorengan ke wadah datar bernama piring itu. Ia berjalan menghampiri meja makan dan meletakkan salah satu piring ditangannya didepanku.
"Aku tidak sejago itu, hanya masakan simple seperti ini yang bisa ku buat" Jawabnya lalu memposisikan duduk didepanku.
"Tapi kau bahkan bisa membuat omelet terasa seenak ini" Mulutku mengunyah potongan omelet yang beberapa saat lalu kumasukkan kedalamnya. Memang sederhana, tapi entah mengapa aku menyukainya. Mungkin aku terlalu bosan karena sering memakan makanan cepat saji daripada makanan rumahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. LOVELY (COMPLETED)
Chick-LitDua manusia yang mencoba untuk saling menyembuhkan satu sama lain Start : 20 Oktober 2020 End : 21 November 2020 Hope you can enjoy this story 🍒 Photo source from google