9. Make Up And Sex

1.6K 137 4
                                    

Aku merasakan sebuah beban yang melingkar erat pada pinggangku membuatku terusik dari tidur pulasku. Aku tertidur sesaat setelah menangis hebat karena pertengakaran ku dengan Vano. Sepertinya sudah menjadi kebiasaanku ketika menangis setelahnya aku tertidur.

Aku melihat jam weker yang ada di meja nakas, disana jarum menunjukkan pukul 03.00 pagi. Aku mencium bau asap rokok yang lumayan pekat dibaju Vano walaupun dia tidak merokok.

Sepertinya Vano pulang tidak lama dari aku terbangun karena mengingat Vano yang tidak mengganti pakaiannya dan memilih langsung terlelap disampingku.

Aku melihat jari-jarinya yang berada diperutku. Biasanya aku akan membawa tanganku ke tangan miliknya dan mengikat sela-sela tangan kami. Namun sekarang aku tak akan melakukan itu mengingat seberapa kecewanya hatiku atas pengingkaran janji Vano.

Alih-alih untuk mengikat tangan kami, aku memegang pergelangannya untuk mencoba memindahkan rengkuhan tangan lelaki itu dari pinggangku.

Namun baru saja terangkat sedikit, Vano malah semakin mempereratkan pelulannya, Tubuhnya pun bergeser memelukku erat bahkan hembusan napasnya sampai terasa di ceruk leherku.

"Aku baru saja pulang, aku lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku baru saja pulang, aku lelah... Jangan menjauhkanku karena aku hanya akan tertidur nyenyak jika memelukmu..." Tukas Vano dengan suara seraknya.

Vano memang belum terlelap barusan, karena lelaki itu adalah tipe yang sangat susah untuk bangun terhadap pergerakan-pergerakan kecil yang mengganggu. Vano tidak sesensitif itu.

Aku hanya diam tidak menyahuti ucapan Vano. Aku menatap tanganku yang sekarang digenggam erat oleh Vano dan sama-sama berada di depan perutku.

"Tidurlah... Ini masih terlalu pagi untuk bangun..." Titahnya tepat disamping telingaku.

Tanpa sadar aku mulai menutupkan kelopak mataku. Memang benar kata Vano karena pukul 03:00 pagi masih terlalu awal untuk memulai hari.

Sesaat sebelum mataku tertutup sempurna, aku mendengar bisikan Vano yang sangat membuat hatiku berdesir.

"I love you Jane..."

Tiga kata itu membuatku sebentar mengurungkan niat untuk melanjutkan menutup mata.

Haruskah aku membalasnya?

Tapi egoku terlalu tinggi untuk memaafkan Vano dengan semudah itu. Karena dengan mudah memaafkan membuat seseorang tidak akan belajar terhadap kesalahannya. Bisa-bisa Vano malah mempermainkan kemurahan hatiku suatu saat nanti.

Memikirkan itu membuat mataku terasa berat kembali, aku lebih baik tidur daripada bingung harus menentukan sikap seperti apa yang akan kuberikan pada Vano mengingat kesalahan serta perlakuan hangatnya.

Biarlah berjalan sesuai alurnya saja. Aku akan memikirkan apa yang harus kulakukan pagi nanti. Lebih baik sekarang aku melanjutkan tidurku yang sempat tertunda beberapa menit lalu.
***

1. LOVELY (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang