Wajah bahagia ku terpatri saat aku melihat Vano yang telah menungguku sejak tadi sembari melebarkan kedua lengannya dengan lebar.
Aku berlari kencang dan menabrakkan tubuhku padanya lalu ia memelukku dengan begitu erat.
Hubunganku dan Vano berjalan dengan sangat baik semenjak kejadian waktu itu. Kami sudah jarang sekali berselisih kecuali untuk hal-hal kecil yang tidak begitu penting.
Itu karena aku sudah memahami bagaimana Vano dan juga sebaliknya. Sehingga kami dapat bertindak dengan menjauhi apa yang tidak disuka dari masing-masing.
Hari ini adalah hari bahagia yang sudah lama ku tunggu-tunggu. Hari dimana aku mempertanggung jawabkan hasil dari tugas akhirku yang sangat membuatku stres akhir-akhir ini. Dan aku bersyukur pada akhirnya semua dapat terselesaikan dengan baik.
Acara presentasiku berjalan dengan lancar walaupun terdapat beberapa pertanyaan yang sempat membuatku kesulitan, namun beruntungnya aku dapat menjawab dengan benar walaupun sedikit gugup.
Bagaimana tidak gugup, aku berdiri seorang diri dengan beberapa pasang mata yang memperhatikanku dan siap menguliti hasil laporanku lembar demi lembar.
Ngomong-ngomong Vano sudah terlebih dahulu menyelesaikannya semenjak satu bulan yang lalu.
Entahlah bagaimana lelaki itu bisa, padahal dia jarang sekali terlihat mengerjakan tugas akhirnya. Hingga suatu ketika aku terkejut saat Vano memberitahuku bahwa ia akan memaparkan hasi laporannya dalam waktu dekat.
Disitulah jiwa kompetitifku muncul. Seakan tidak mau kalah dengan pencapaian yang dimiliki Vano. Maka dari itu aku mempercepat progres ku untuk cepat menyusulnya.
Vano memeluk sembari mengangkat tubuhku lalu berputar sesaat hingga membuatku memekik kaget. Namun aku tetap tertawa bahagia.
"You did it Jane... You are amazing..." Pujinya tepat disamping telingaku.
"Yeah, I did it Van, finally it's my turn. Dan akhirnya kita berdua telah selesai dengan tugas akhir kita. I'm so freakin happy today Van... Gosh I can't believe that this day will happen"
"Semua karena kau mengerjakannya tanpa henti Jane. Kau tidak mau kalah denganku..." Ejeknya yang membuatku memberikan tatapan sinis padanya.
"Well, kau sedikit menggores harga diriku dengan kebenaran itu. Tapi tak apa, aku sedang merasa sangat bahagia hari ini"
Vano membawaku kembali untuk membuat kakiku menginjakkan pada tanah. Tangannya bergerak mengelus kepalaku dari depan hingga kebelakang.
"We are Jane, karena aku juga bahagia dengan keberhasilanmu" Ucapnya dengan tersenyum hingga menampilkan gigi-gigi putihnya yang berbaris rapi.
"Ehm... Bagaimana jika untuk merayakan keberhasilanmu, kita pergi ke suatu tempat?" Ajak Vano, namun dengan cepat ia tersadar. "Ohh... aku lupa jika kau harus bekerja hari ini..." Ralatnya dengan raut kecewa.
Tanganku memainkan helaian rambutnya yang bergerak akibat angin yang berhembus sebelum menjawab.
"Jangan khawatir Van, aku sudah meminta ijin pada David untuk libur hari ini dan dia mengijinkannya" Jelasku pada Vano.
Lelaki itu menyipitkan kedua matanya. "Really....? You aren't suppose to kidding me right?" Tanyanya memastikan karena sangat jarang David memberikan libur pada karyawannya kecuali dengan alasan sakit dan ada buktinya.
"Kenapa aku harus berbohong Van, tidak ada gunanya juga. David sungguh memperbolehkanku libur hari ini"
Jawabanku itu membuat wajahnya kembali riang bersemangat.
"Kenapa tidak mengatakannya dari tadi. Hampir saja aku kecewa karena tidak bisa merayakan harimu ini..."
Aku mencebikkan bibirku. "Kenapa jadi aku yang seakan bersalah..." Gerutuku kesal. "Lagian kau akan mengajakku kemana?" Tanyaku selanjutnya sembari membawa kedua tanganku untuk bersedekap.
Vano tampak memainkan telunjuk di dagunnya sembari menimbang sesuatu. "Entahlah Jane aku juga belum memiliki tujuan"
Jawaban Vano semakin membuatku gemas pada lelaki itu hingga memutar kedua bola mataku malas sembari menghembuskan napas dalam.
"Lalu mengapa kau mengajakku pergi jika tidak memiliki planning sebelumnya Van" Balasku gemas.
Lelaki itu malah menyengir tanpa merasa tidak enak padaku. "Maaf Jane... Karena ini juga akibat dari ide yang tiba-tiba muncul dipikiranku" Tidak ada keseriusan disana karena Vano mencapkannya dengan senyuman yang terpatri indah diwajahnya.
"Ehmm... Kau ada keinginan untuk pergi ke suatu tempat? Mungkin kita bisa kesana Jane"
Aku menggeleng kepala. "Tidak ada. Tapi ku rasa melihat indahnya alam dengan pohon-pohon hijau yang menjulang atau air yang menggenang sangat melegakan. Hanya saja aku tidak tau tujuannya kemana"
Vano berpikir sebentar. "Bagaimana jika kita ke danau saja? Ku rasa itu tempat yang tepat untuk menenangkan pikiranmu setelah melakukan presentasi laporan pada para profesor dengan pertanyaan yang mengintimidasi"
Aku langsung mengangguk tanpa berpikir. Benar apa yang dikatakan Vano, efek diruangan yang berisikan beberapa profesor itu masih sedikit terbawa sampai sekarang. Pertanyaan mereka begitu menguji dan mendetail. Jadi aku memang membutuhkan sesuatu yang dapat mendinginkan kembali otakku dari berbagai serangan pertanyaan tadi.
"Kau benar, mereka benar-benar mengintimidasi tadi..." Balasku sesaat setelah mengingat kembali suasana didalam ruangan tadi."Sepertinya Danau bukan ide yang buruk, kita bisa kesana Van..."
Setelahnya Vano menggiringku untuk ke parkiran dimana motornya berada. Aku tidak sabar untuk menghabiskan waktu berdua dengan Vano di luar rumah. Karena yang kami lakukan hanya seputar kerja dan rumah. Hanya itu.
Tapi mungkin setelah ini kami akan sering mengunjungi beberapa tempat yang menyenangkan karena sudah tidak ada beban tugas akhir yang menunggu untuk diselesaikan. Kami berdua telah terbebas dari tanggung jawab itu.
Ternyata nenyenangkan sekali apabila memiliki pasangan yang dapat mengetahui dan memahami apa yang sedang kau rasakan. Dia dapat mengurangi beban yang ada dan memberikan hal lain yang membahagiakan untuk menghilangkannya.
Kim🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
1. LOVELY (COMPLETED)
ChickLitDua manusia yang mencoba untuk saling menyembuhkan satu sama lain Start : 20 Oktober 2020 End : 21 November 2020 Hope you can enjoy this story 🍒 Photo source from google