Malam terasa semakin dingin karena hanya ada kesendirian yang menemani. Aku tengah duduk dengan semangkuk berisikan berbagai macam potongan buah.
"Akhirnya kau tidak akan merasa lapar lagi ya..." Ucapku setelah mendudukkan diri dan menaruh mangkuk diatas meja sembari mengelus perutku.
Akhir-akhir ini aku sering merasa lapar, mulutku selalu ingin mengunyah sesuatu. Seperti sekarang ini, meskipun jam menunjukkan pukul 10:00 malam tapi tanpa memperdulikan mengenai berat badan aku tetap mencari sesuatu didalam lemari pendingin.
Tidak ada makanan ringan atau sejenisnya. Hanya beberapa sayuran dan buah. Dan pada akhirnya pilihanku tertuju pada buah-buah itu karena aku terlalu malas untuk mengolah sayur-sayuran menjadi makanan. Terlalu lama bagi perutku untuk menunggu.
Satu per satu aku menancapkan garpu pada potongan buah dan memasukkannya pada mulutku dan mengunyahnya.
Namun otakku malah memikirkan hal lain. Ini sudah cukup malam tapi mengapa Vano belum pulang? Sebenarnya lelaki itu pulang jam berapa setiap harinya?
Ku gelengkan kepalaku untuk membuang pemikiran yang tidak penting itu. Bukan urusanku Vano pulang jam berapa. Dia berhak melakukan apapun yang diinginkannya dan aku juga sudah tak memiliki hak atasnya.
Aku melanjutkan melahap buah yang ada di mangkuk depanku. Namun pada suapan terakhir ponselku berbunyi hingga membuatku meletakkannya kembali.
Nama yang tertera dilayar membuatku mengernyit bingung. Setelah menimbang beberapa saat akhirnya aku mengangkat panggilan itu.
"Jane...?"
Tunggu sebentar, aku melihat kembali nama dari penelepon itu untuk memastikan. Benar, tidak ada yang salah dengan apa yang ku lihat. Tapi mengapa suara diseberang sana bukan suara Vano?
"Iyaa...?" Jawabku hati-hati.
"Ahh... Syukurlah..." Ucap lelaki diseberang sana lega. "Aku Caleb teman Vano yang mengantarkan minuman di bar waktu itu jika kau masih ingat..."
Aku terdiam sebentar mengingat tentang memori saat itu dan aku mengingatnya. Dia pasti lelaki yang mengantarkan minum saat aku menunggu Vano waktu itu.
"Iyaa... Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan? Dan.. Mengapa menggunakan ponsel Vano? Dia kemana?" Tanyaku mencerca.
"Ehmm... Begini Jane, Vano sedang tidak sadarkan diri karena terlalu banyak minum dan sedari tadi dia terus memanggil namamu... Bisakah kau menjemputnya...? Aku tidak bisa mengantar karena ada sesuatu yang harus ku urus setelah ini..."
Aku sedikit kaget mendengarnya. Aku tau jika kadar toleransi alkohol Vano sangat tinggi. Dan hal itu membuatku berpikir tentang seberapa banyak yang ia minum hingga tidak sadarkan diri seperti itu.
"Aku akan kesana setelah ini, tolong jaga dia Cal... Dan terimakasih sudah menghubungiku.."
"It's okey Jane... Hati-hati dijalan..."
Setelah panggilan terputus aku langsung menuju kamar untuk mengganti pakaian dengan sesuatu yang lebih hangat karena udara malam yang sangat dingin.
Sebenarnya aku tak tau akan sampai disana menggunakan apa. Aku hanya berharap dapat menemukan taksi di jam malam.
Sesaat setelah menuju ruang tamu aku mendengar suara bel pintu rumah. Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini? Tidak mungkin kalau Caleb yang mengantar Vano karena lelaki itu baru saja menutup panggilannya beberapa menit lalu.
Ku buka pintu rumah dan disana aku mengerutkan dahiku karena melihat David yang sedang berdiri sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"David...?" Kataku tak percaya dengan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. LOVELY (COMPLETED)
ChickLitDua manusia yang mencoba untuk saling menyembuhkan satu sama lain Start : 20 Oktober 2020 End : 21 November 2020 Hope you can enjoy this story 🍒 Photo source from google