C31. Mý Řįñģ Įś Ýőųřş

10.9K 1.2K 44
                                    

"Apakah cintaku bisa seluas samudra? Atau hanya segenggam garam?"
~

Minta Voment & follow ♡•♡!
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

    William Pov

      Tak pernah kurasakan debaran yg amat luar biasa membuat diriku sangat tegang. Jantung ini terus berdetak kencang sembari gelisah memikirkan apa yg terjadi hari ini.

     Hime.

     Satu nama yg membuatku gila dalam sekejap walau hanya menyebutnya. Jika ada yg menanyakan mengapa aku begitu mencintainya, jawabanku adalah aku bukan hanya mencintainya, tapi terobsesi padanya.

     Nyatanya aku mencintainya dalam pertemuan pertama kami. Awalnya biasa saja, tapi melihat keberanian gadis itu terhadapku yg tak dimiliki perempuan manapun, membuatku ingin memilikinya seutuhnya.

     Tentunya gadis seperti hime tak bisa ditaklukan hanya melalui tampang. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya, termasuk membawanya dalam kematian. Mengerti maksudku?

     Ayolah, surat kemarin memanglah kutulis dari lubuk hatiku yg paling dalam. Tapi, menyerah bukanlah aku sekali. Aku sudah memikirkannya. Jika hime menolakku sekali lagi, maka aku akan membawanya pada kematian bersamaku.

    Gila?

    Oke, kukatakan sekali lagi, aku terobsesi padanya. Bahkan aku bisa saja menculiknya atau apapun. Tapi tak bisa kulakukan karena cintaku yg tak bisa membuatnya membenciku. Daripada membenciku bukankah lebih baik membunuhnya dan diriku ini ikut dengannya?

     Semua orang bisa mengatakan aku adalah pria yg bijaksana dan cerdas, tapi bukan berarti aku sebaik yg mereka pikirkan. Bahkan diusiaku dulu saat masih 12 tahun, diriku sudah membunuh banyak orang. Tapi, sejak bertemu hime, hal itu tak pernah kulakukan lagi karena jangan sampai calon istriku takut padaku.

    Aku sangat berharap hime memakai cincinnya agar aku tak perlu melakukan rencana sadis itu. Come on, siapa yg ingin membunuh orang yg kau cintai?
Tapi merelakannya keorang lain juga bukanlah hal yg bagus.

"Kenapa kau begitu gelisah william?" Tanya pengawal pribadiku sekaligus tangan kanan dan temanku. Nox

     Wajah datar tetap kuperlihatkan tapi nox dapat mengetahuinya karena kami telah tumbuh bersama dari kecil. Tentu saja mudah baginya melihat kegelisahanku yg tak bisa dibaca orang lain.

"Biar kutebak, kau sedang memikirkan apakah ratumu menerima cincinmu atau menolak mu kesekian kali bukan?" Goda nox sembari mengedipkan sebelah matanya.

     Memuakkan.

"Bukankah kau memiliki tugas penting selain mengganggu nox?" Sindirku.

    Nox terkekeh pelan.

"Tenang saja, aku adalah penyihir kedua terkuat setelahmu. Jadi hal2 penting seperti itu bisa menjadi tak penting lagi untukku." Sombongnya membuat diriku memutar bola mata malas.

    Aku pun kembali membaca buku yg sudah 15 menit yg lalu kubaca sambil duduk dibalkon istana.

"Jika dia menolakmu, apa yg akan kau lakukan? Bukankah kau bilang ini terakhir kalinya dirimu berjuang? Tapi tentu saja aku takkan percaya semudah itu dengan kata2mu yg penipu itu. Kau pasti telah merencanakan hal lain." Nox melihat kearahku penasaran, sedangkan diriku tetap tenang dengan buku yg kubaca.

MÄĞĮÇÃĹ ŞŤŔĒŚŚ (ÇØMPĻÉŤĘĐ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang