C9. Part 2

17.1K 2K 98
                                    

"Lihat! Aku lebih mencintai diriku sendiri!"
~

Jangan lupa vote!!
:
:
:
:
:
:
:
:
:

   Hime kembali ke gaun semula, dan seragam tadi berubah menjadi kartu lagi.
Geuri menyambut senang hime yang berjalan ke bangkunya dengan tatapan para peserta yang kagum, iri, benci, dsb.

"Hime! Kamu sangat luar biasa." Sorak geuri sambil mengacungkan 2 jempol.

  Hime tersenyum tipis.

"Tentu saja dan ini berkat dukungan dan bantuanmu." Ucap hime.

Geuri semakin senang, karena walaupun tuan puterinya semakin kuat, dia tetap rendah hati.

"Aku akan slalu mendukungmu hime, apapun yg terjadi." Tutur geuri berkaca-kaca.

"Hei! Jangan cengeng! Bukan saatnya untuk dirimu menangis geuri! Menangislah dengan bahagia jika aku benar2 mendapatkan apa yang aku mau! Mengerti itu?!" Seru hime.
 
  Geuri menganggukan kepalanya sambil menghapus air mata yang hendak turun.
Hingga sebuah suara memengkakkan telinga.

"Jangan senang dulu hime! Setelah ini kau akan menghadapiku! Kuyakin kau akan kalah!" Sarkas Gia yang berjalan dan berhenti dihadapan gia.

   Mereka menjadi pusat perhatian, sedangkan hime menatap datar gia.

"Bagiku, kau tetap si pecundang! Apa kau tak ingat bahwa kau pernah kalah dariku dulu, hime!" Sinis gia.

Para peserta pun berbisik bisik, mereka tak sadar bahwa perbuatan mereka telah dilihat para bangsawan penyihir diruang khusus.

  Hime tersenyum remeh.
"Aku tak peduli dengan apapun yang kau pikirkan tentang diriku. Oh iya, seharusnya kau tau, kalau waktu itu kita sedang berlatih dan kau dengan teganya mengeluarkan sihir kepadaku yang sebenarnya kita hanya sedang latihan bela diri kepadaku. Aku tidak bisa membalas perbuatanmu karena, Karna kau adalah kesayangan dari kakak2mu . Dan sekarang adalah pertandingan sebenarnya dan aku, tidak akan mengalah lagi, kau mengerti itu." Jelas hime sambil melihat kearah CCTV di pojok atas.

     Keluarga scratcher yang dari tadi hanya diam semakin menyesal. Bahkan ketiga putra scratcher, hanya menatap nanar kearah layar yang menampakkan hime. Mereka merasa sedih karena hime tidak menganggap mereka seorang kakak, itu terdengar saat pembicaraan mereka.

  " Ah ya! Gia, sepertinya adalah bangsawan puteri tidak beretika, kau tidak sopan dan kasar kepadaku yang nyatanya lebih tua darimu! Harusnya kau kembali kepelatihan dasar pertama saja!" Sindir hime.

Semua orang pun berbisik, menyindir gia yang memang tidak memiliki sopan santun bahkan terhadap keluarganya.
Gia mengepalkan tangannya dan menunduk malu juga marah.

" Awas saja nanti! Akan kukalahkan kau!" Murka gia.

" ouh, silahkan kalau bisa." Balas hime tersenyum remeh.

   Gia tak menyangka yang pada awalnya ingin membuat kakaknya dipermalukan malah dia yang dipermalukan. Sekarang dia tak bisa meremehkan hime lagi, karena dia sudah berbeda, bahkan dia berani membalas perkataannya dan menatap matanya

    Nama peserta sudah mulai dipanggil. Satu demi satu gugur, hingga akhirnya pertandingan antara Gia dan hime akan dimulai.

MÄĞĮÇÃĹ ŞŤŔĒŚŚ (ÇØMPĻÉŤĘĐ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang