Mobil abu-abu milik Garen perlahan menepi dibelakang mobil berwarna merah yang tidak menyalakan lampunya. Terlihat seperti tidak ada orang di dalamnya. Dia pun segera turun menghampirinya dan mengetuk jendela mobil tersebut. Garen dapat melihat perempuan di dalam sana terkejut bukan main, tetapi raut wajahnya seketika lega ketika orang yang mengetuk jendela mobilnya adalah Garen.
"Maaf ya, Ren, ngerepotin banget malem-malem. Aku nggak tau mau ngehubungin siapa lagi."
Garen pun membantu Oza membawa tasnya dan menutup pintu mobil perempuan tersebut, "Santai aja. Btw, ini mobil lo ditinggal disini nggak papa?"
"Nggak papa, lagian bensinnya habis kok. Besok pagi biar aku minta tolong temen buat ngurus ini."
Garen mengangguk mengiyakan dan berjalan ke arah mobilnya, diikuti oleh Oza yang kini duduk di samping Garen. Dia memutar balik mobilnya dan melaju pergi dari tempat tersebut. Tidak ada percakapan sama sekali dalam perjalanan mereka menuju tempat tinggal Oza, sampai suara dering handphone membuyarkan semuanya. Garen pun meraih handphonenya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Lo malem-malem gini cabut kemana?"
Tanpa ada kata sapaan atau sekedar basa-basi,orang di seberang sana mengejutkan Garen yang sedang menyetir itu. Oza yang juga terkejut karena gerakan spontan Garen pun ikut terheran.
"Kalem kenapa sih nggak usah teriak-teriak."
"Ya abisnya lo tiba-tiba pergi, sekarang jam setengah dua belas, Aksa," Suara Aruna yang menelponnya itu kini terdengar lebih pelan dan ditekan.
Garen spontan menoleh ke arah Oza, perempuan itu juga menatapnya, "Nganterin Oza pulang."
"Hah???"
"Gua ceritain pas udah pulang, dah ya gua lagi nyetir ini."
Sambungan terputus sepihak dan laju mobilnya kini lebih cepat, "Runa ya, Ren? Kamu kena marah karena jemput aku gini?" Tanya Oza sedikit ragu-ragu.
"Nggak usah dipikirin- ini habis habis belok kanan terus kemana?" Pintarnya Garen mengalihkan pembicaraan. Dia hanya tidak ingin Oza tahu bahwa dirinya dan Aruna adalah tetangga dan berbagi halaman rumah bersama sampai balkon sekalipun. Dia hanya tidak ingin membawa pembicaraan tentang dirinya dan Aruna terlalu jauh. Oza hanya orang baru yang tidak perlu tahu apapun. Kira-kira seperti itu untuk saat ini bagi Garen.
Suasananya kembali hening sampai mobil Garen berhenti di depan sebuah rumah yang tak terlalu besar dengan pekarangan rumah yang sedikit rindang, "Disini?"
Oza menganggukan kepalanya, tangannya membenarkan letak tas dan bersiap-siap keluar dari mobil. Gerakannya sedikit berhati-hati dan terlalu lama, seperti ada yang ingin dia katakan, "Ren, sekali lagi maaf ya dan makasih banyak udah nganterin sampai depan rumah," Katanya pelan, dia menatap Garen ragu-ragu, "Kalau kamu lagi butuh bantuan, jangan sungkan buat hubungin aku juga."
Senyuman tipis Garen merekah, "Gua duluan ya," Ujar Garen setelah Oza benar-benar keluar dari mobilnya. Sebelum jendela mobilnya tertutup, dia sempat melihat perempuan itu melambaikan tangannya. Dan dari kaca spion, Garen memastikan Oza masuk ke melewati gerbang rumahnya dan hilang dari pandangannya.
Kini mobilnya melaju lebih cepat, membelah jalanan malam yang sepi untuk segera pulang. Dia sangat ingin pulang.
***
Garen yang baru saja sampai rumahnya itu langsung menuju kamarnya, berjalan sedikit cepat tanpa menimbulkan suara untuk keluar dari balkon kamarnya menuju ke kamar Aruna. Dia mengetuk pintu kaca yang sudah tertutup dengan gorden berwarna merah muda.
"Ta, udah tidur?"
Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, Aruna berdiri disana membukakan pintu untuknya, "Abis darimana??" Sambut Aruna sebelum Garen benar-benar masuk ke kamarnya.
YOU ARE READING
Kita [ WENYEOL ]
Random"Terlalu banyak mencari celah sampai kamu lupa sesuatu itu butuh dirasakan, bukan nampak atau tidaknya." Garendra Aksara Wijaya, 1996 Jangan panggil gua Aksa kalau lo bukan Tata atau Bunda gua. Panggil Garen. Aruna Claretta Hadinata, 1998 Gua pilih...