November 2018
Langit tiba-tiba mendung membuat ruangan menjadi gelap, Aruna segera bangkit dari acara golerannya di sekre hari ini. Dia juga mulai membereskan barang-barangnya dan mengecek handphonenya sebentar. Ternyata beberapa menit yang lalu, dua pasangan dari fakultas kedokteran itu sudah mengiriminya pesan berisi perintah agar Aruna menghampiri mereka berdua.
"Gua cabut dulu ya," Ucap Aruna kepada beberapa teman UKM-nya yang sedang berbaring di lantai.
Setelah mendapat sahutan, dia melenggang keluar dan duduk pada teras sekre untuk memasang sepatunya. Karena jarak menuju fakultas kedokteran begitu dekat, tak sampai lima menit Aruna sudah menapakkan kakinya di kantin FK. Dia mengedarkan pandangannya, terlihat di depan stan bakso perempuan dengan nama lengkap Zeline Thealamoy itu melambaikan tangan padanya. Karena tak begitu banyak orang hari ini, Aruna dengan leluasa berjalan menghampirinya dan duduk di samping Ralph yang sedang melahap baksonya itu.
"Abis darimana lo, kok mukanya beler?" Ujar Zeline sesaat Aruna baru saja menjatuhkan tubuhnya untuk duduk. Bibirnya mencebik kesal, dia baru saja datang dan mendapatkan sambutan mengejek sebagai teman. Memang benar-benar tidak ada satupun temannya yang benar, mau Aksara atau pun dua orang pasangan ini sama saja tidak bisa melihat wajah manisnya yang pernah membuat mahasiswa kedokteran paling tampan jatuh cinta padanya.
"Rebahan di sekre. Nih kameranya, sekalian gua kasih pinjem memorinya juga,"
"Bentar lagi UAS, jangan santai-santai lo. UTS kemaren udah dimarahin nyokap kan, mau lagi? Manggung terus dah ah sama Garen,"Aruna berdecih mendengar sahutan Ralph atas satu pernyataannya bahwa dia baru saja merebahkan punggungnya sebentar di sekre, "Siapa bilang gua santai-santaian, nyokap masih ngebolehin gua manggung yang penting tugas sama belajar tetep jalan. Nggak usah sok tau lo kambing," Aruna menyendok sambal dan melemparnya sedikit kasar pada mangkuk baksonya.
"Itu yang bikin lo nggak fokus. Berhenti manggung bisa kali- Ack!"
Ralph memegang lengannya yang baru saja terkena pukulan Aruna, matanya melotot menantang. Dengan tak mau kalah, Aruna juga menajamkan matanya serta sedikit bergumam sumpah serapah. Zeline yang melihatnya segera beranjak dan menengahi mereka dengan cara menerebos duduk di sela-sela mereka berdua. Tak lupa Zeline menggeser mangkuk bakso Ralph kedepan dan mendorong pacarnya tersebut agar pindah tempat.
"Udah nggak usah berantem. Terus jadwal mangung lo udah di ganti weekend aja, kan?" Tanya Zeline sambil memiringkan badannya menatap Aruna.
"Nggak, malem ini manggung gua," Jawab Aruna santai, setelahnya dia sedikit tersedak setelah melahap baksonya yang baru saja dia makan satu sendok itu, "Bangsat ini lo lupa ya nggak dikasih MSG!?"
Aruna sudah melototkan matanya ke arah Zeline, oknum yang memesankannya bakso. Ini bukan pertama kalinya Aruna memakan bakso kantin FK yang selalu hambar, tapi dia masih saja terkejut karena lidahnya tidak terbiasa dengan makanan tidak sedap. Dia langsung menyeret garam yang ada di depannya, memasukkan satu sendok garam kedalamnya. Tidak peduli lagi dengan rasanya yang mungkin hanya terasa asin saja, yang terpenting baginya adalah tidak hambar.
"Tadi Teh Arum kehabisan micin, dan lo juga jangan kebanyakan makan yang terlalu banyak micinnya. Bisa bikin asma juga nggak baik buat ginjal, belum lagi nanti lo bakal sering pusing sama hipertensi,"
"Dengerin tuh calon ibu dari anak-anak gua ngomong,"Beginilah jika Aruna berkumpul dengan Zeline dan Ralph, yang satu akan sibuk mengomelinya tentang kesehatan dan segala macamnya, serta yang satu lagi selalu memamerkan rasa cintanya yang berlebihan itu kepada pacarnya. Membuat Aruna selalu tersulut emosi kapanpun di dekat mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/215756140-288-k269265.jpg)
YOU ARE READING
Kita [ WENYEOL ]
Acak"Terlalu banyak mencari celah sampai kamu lupa sesuatu itu butuh dirasakan, bukan nampak atau tidaknya." Garendra Aksara Wijaya, 1996 Jangan panggil gua Aksa kalau lo bukan Tata atau Bunda gua. Panggil Garen. Aruna Claretta Hadinata, 1998 Gua pilih...