Prolog

1.3K 86 7
                                    

Siang itu seperti biasa setiap pulang sekolah, Aruna segera menuju kamarnya dan bergegas mengganti seragam sekolah dengan baby doll kesayangannya. Pagi tadi sebelum dia berangkat, Mamanya menyuruh agar segera pulang untuk membantu beliau membuat kue brownies pelangi, untuk tetangga mereka yang kemarin baru saja pindah. Setelah sekian lama, akhirnya rumah kosong yang sangat berdempetan dengan rumahnya itu terisi, Aruna berharap kini ia mempunyai teman. Karena kakak-kakak nya tidak suka bermain sepeda bersamanya.

"Maa! Jadi kan bikin kue brownies pelangi??" Teriak Aruna yang sedang berjalan menuruni tangga.
"Jangan teriak-teriak dek, mbak Jeje lagi tidur siang, nanti kamu dimarahin."
"Kok nggak bantuin Mama!?"
"Mbak Jeje sakit, tadi pulang sekolah langsung tidur katanya pusing."

Aruna menghampiri Mamanya yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat kue, dia melihatnya dengan mata berbinar. Gadis kecil yang masih baru masuk SD ini memang sangat tertarik dengan memasak. Menurutnya, hal tersebut begitu menyenangkan untuk dilihat. Ketika Mamanya mencampurkan bahan-bahan masakan dan membuatnya menjadi sebuah makanan dengan rasa yang enak. Selain itu, Aruna memang suka makan, apapun.

Dia juga termasuk anak yang mandiri dan berani, seminggu kemarin dia meminta Mamanya untuk berhenti menjemputnya sekolah. Alasannya karena jarak dari rumah sampai sekolahnya tidak lebih dari 500m, dia bilang bahwa dirinya lebih suka berjalan bersama teman-temannya. Tapi, untuk berangkat tetap Papa Aruna yang bertanggung jawab untuk mengantarkannya sampai depan gerbang sekolah.

Kini gadis itu naik ke atas kursi meja makan dan mengambil alih adonan kue dari Mamanya. Dia mengaduk dengan antusias, sedangkan Mamanya kembali memasukkan tepung sedikit demi sedikit. Setelah hampir dua jam membuat kue brownies, kini tinggal wajah Aruna yang penuh tepung. Gadis itu hanya tertawa ketika Mamanya mulai mengomel karena rasa penasarannya akan bahan makanan itu.

"Adek mandi sana, bantuin Mama cuma dikit tapi tepung di muka kamu udah kaya ondel-ondel tuh. Abis mandi ikut Mama ya, ke Tante Nina nganterin browniesnya."

Setelah mandi dan berganti dengan dress berwarna ungu pastel, kini dia berjalan dengan tenang di belakang Mamanya. Dan juga, ikut mengetuk pintu serta mengucap salam. Pertama yang dilihatnya adalah seorang wanita seumuran dengan Mamanya berdiri di balik pintu yang terbuka. Wajahnya sangat cantik, wanita itu menyambut kedatangan Aruna dan Mamanya dengan ramah.

"Kamu siapa namanya, cah ayu?" Wanita yang membukakan pintu untuknya tadi itu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi badan Aruna.
"Aruna, Tante, biasanya dipanggil Nana," Jawab Aruna dengan senyuman manisnya.
"Nana kelas berapa, sayang?"
"Kelas satu."
"Seumuran loh sama anak tante, namanya Dewa, baru kelas satu juga."

Wajah Aruna menjadi lebih sumringah, dia berantusias dengan Dewa yang katanya seumuran dengannya, "Kenalin ke aku dong, Tante," Mamanya yang masih berdiri di sebelahnya itu tertawa melihat Aruna melompat kegirangan.

"Iya nanti Tante kenalin, mereka lagi keluar tuh beli barang-barang buat kamarnya,"
"Tapi nanti anaknya Tante Nina jangan kamu nakalin ya, dek," Aruna segera memberenggut kesal atas tuduhan tidak berdasar Mamanya itu.

Mereka berdua dipersilahkan masuk dan duduk di sofa, Aruna dengan penasaran mengedarkan pandangannya. Tidak jauh beda dengan rumahnya, hanya terlihat lebih kosong karena furniturenya belum terpenuhi. Aruna yang tidak tahu apa yang dibicarakan Mamanya dan Tante Nina itu hanya mendengarkan dan memperhatikannya, dia tidak mengerti bahasa jawa halus. Tapi, sesekali dia diajak berbicara menggunakan bahasa Indonesia oleh mereka berdua.

Sebelum maghrib, Aruna dan Mamanya pamit pulang. Tetangga barunya itu mengatakan besok saja jika ingin berkenalan dengan Dewa, karena sedari tadi yang ditunggu belum pulang juga. Lagipula mereka akan satu sekolah. Sebenarnya Aruna sedikit kecewa, padahal dia sudah berniat untuk mengajak teman barunya itu main ke rumah setelah maghrib. Dan kini dia harus menunggu lagi untuk besok pagi.

***

Lantunan lirih lagu Guruku Tersayang keluar dari mulut Aruna, matanya terfokus pada buku di depannya, sesekali ia juga menganggukan kepala mengikuti ketukan. Lagu itu baru saja dinyanyikan oleh gurunya pagi tadi, tugasnya hanya menghafal lagu tersebut. Dia tersenyum membayangkan dirinya berada di barisan paling depan menyanyikan lagu itu bersama teman kelasnya.

Tiba-tiba saja, suara dentuman keras mengejutkannya dan membuatnya menghentikan kegiatan belajar bernyanyinya. Bunyi tersebut terdengar berulang-ulang dan berirama. Aruna segera berdiri dari kursinya dan menuju ke arah suara.

"Siapa sih yang main drum!?" Gerutunya kesal, sambil membuka pintu balkon kamarnya.

"Halo! Ada orang nggak di dalam sana?" Teriaknya,

Tidak ada sahutan, Aruna kembali masuk ke kamarnya dan membawa bola mainannya keluar. Melemparnya sangat keras pada pintu yang ada di sebrang balkonnya, suara drum tiba-tiba berhenti. Dan pintunya terbuka, laki-laki dengan sedikit tonjolan di pipinya itu keluar dengan wajah kesal bukan main. Bayangkan saja, seorang gadis kecil yang melempar bola pada pintu kamarnya itu sedang berkacak pinggang dan memasang wajah galaknya.

"Mau apa lo bocil!?" Tanya laki-laki tersebut, bola yang ia pungut tadi dilemparkannya pelan ke arah Aruna.

Aruna melototkan matanya, "Kok main drum malem-malem sih!? Aku lagi belajar, nih. Kalau mau main drum, tuh main aja di poskamling depan komplek," Omelannya hanya dibalas wajah masam laki-laki di depannya.

"Yaudah maaf, belajarnya di ruang keluarga aja ya adek. Gua juga lagi belajar main drum, nih,"
"Nggak bisa gitu dong, aku bilangin Mama aja kalau gitu," Aruna semakin mengerucutkan bibirnya, sungguh dia juga tak tahu siapa yang sedang bebicara dengannya ini. Tapi kesan pertama mereka sudah buruk.

"Bilangin aja, biar gua bilangin juga. Siapa nama lo?" Tantang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

Aruna memundurkan badannya dan meraih pintu balkon kamarnya, "Aku Claretta,"

"Gua Aksara."

Dua pintu ditutup dengan keras secara bersamaan.

***

Author's Note.

Hai! Cerita ini kayanya udah aku susun hampir satu tahun yang lalu, dari outline sampai timeline udah aku rancang sedemikian rupa. Dan baru-baru ini aku kasih nama untuk cast yang lainnya. Pemeran utama disini, masih Aksara dan Claretta. Jangan bingung ya, aku pakai nama asli mereka karena Aksa dan Tata adalah nama kecil yang cuma dipakai buat mereka berdua aja. Okay? Here it is, akhirnya aku publish.

Konsep cerita ini beda banget dari cerita aku sebelumnya, jadi sebelum ke part selanjutnya im warning you cause there will a lot of kinda curse word going forward. Ini cerita temanya campuslife, tolong dimaklumin yaaa.

Satu lagi, karena ada dua cerita yang lagi aku tulis sekarang. Jadi, aku bakalan upload dua kali seminggu, setiap hari rabu untuk cerita ini, dan tetap setiap malam minggu untuk cerita "ROOM". Due to recently accident of the pandemic, stay healty and please stay at home. Stay safe everyone. 

So, that's that. Enjoy the story! -silvia.

Kita [ WENYEOL ]Where stories live. Discover now