Minggu ke enam dari delapan Minggu.
===
"Harus seperti ini,ya? Rasanya tidak sama dengan naskah ku."
Sakura menghela nafasnya, menarik kembali sketsa di tangan wanita berumur empat puluh tahun yang tampak jauh lebih tua dari itu. Menatapnya sejenak, mencari-cari bagian mana yang tidak sesuai? Rasanya ini sudah sempurna, dari wajah karakter sampai balon dialog sudah ia letakkan dengan baik, tidak menutupi adegan yang akurat sesuai dengan cerita yang Sakura baca. Tiga hari ia mengerjakan itu secara manual seperti permintaan.
"Kalau saya ingat, adegan ini ada di tengah hutan. Meski Anda tidak mendetailkan latar belakangnya, saya mencoba memahaminya. Kalau di ambil dari sudut pandang lurus, mungkin akan terlihat monoton, gaya seperti itu sudah bertebaran bagi ilustrator pemula." Sakura mencoba menjelaskannya sepelan mungkin, agar wanita yang tidak tau seni itu bisa memahami dengan mudah.
"Yah, tapi di sini Lucky tidak terlalu mencolok. Lihat?"
Mata Sakura kembali menyorot tajam, bagai teropong bajak laut yang menjangkau jarak berkilo-kilo meter. Memang ini gambar manual dengan tangannya, pencil tipis lalu Sakura tebalkan dengan spidol. Tidak terlalu mencolok mungkin untuk bagian wajah, tapi rasanya itu bukan masalah besar. Lucky di sana juga bukan si sudut pandang. Lalu kenapa Layla harus mempermasalahkannya? Membuat dongkol saja.
"Setelah di cetak, visualnya akan lebih ketara dari ini. Anda sendiri yang meminta saya untuk menggambarnya dengan manual, lalu perwarnaanya baru dengan komputer."
"Hah, kau ini selalu saja punya jawaban untuk semua keluh ku. Sejak awal aku sudah malas untuk hal ini."
"Anda mencoba menggagalkan projek ini?" Sakura sedikit tercengang, menipiskan bibir untuk menatap wanita itu tepat di matanya.
Bukan hal biasa kalau ia mendadak mendapatkan protes bahkan sampai mengbatalkan proyek, dari yang baru rencana tanya-jawab, konsep bahkan hampir mulai pun Sakura pernah menghadapinya. Dengan berbagai alasan pula dari kasus itu. Ragu, dan merasa tidak nyaman, sampai paling sering ia hadapi ada pada fee untuk sebuah ilustrasi perlembar kertas. Banyak dari kalangannya pun sering mengalami hal yang sama. Tapi kalau sudah di tengah jalan pengerjaan Sakura tidak pernah membayangkannya.
"Editor itu yang menginginkan, harus dia saja yang berurusan dengan mu." Wanita itu menggeleng muris, meminum kopinya dengan cara yang anggun.
Layla Rino, siapa yang tidak mengenalnya, penulis best seller untuk hampir semua karya tulisnya. Wanita paruh baya itu masih aktif menulis sampai saat ini, bahkan di blog resminya memberikan bocoran bahwa dia akan comeback lagi dengan karya terbaru. Sungguh kesempatan emas bagi Sakura yang bisa di bilang masih butuh banyak pembelajaran tentang dua ilustrasi, mendapatkan tawaran untuk menggarap ilustrasi dari buku beliau yang bergenre fantasi misteri, di mana tema yang sangat sulit untuk di gambarkan.
Rencana Layla memintanya membuat sketsa dari buku ke satu seri 'Untold Story' yang sudah di cetak ulang dua kali. Dua puluh halaman di kerjakan dalam waktu empat bulan. Projek ini memang tidak deadline, tapi Sakura mencoba membuatnya dengan rapi dan cepat. Agar ia bisa fokus di ujian nanti. Tapi kalau sudah begini, mau tak mau dirinya yang harus mengemis agar proyek tidak di batalkan, untuk saat ini ia sedang butuh uang untuk ayahnya di kampung. Dan Sakura harus mendapatkannya segera.
"Kalau Anda memang merasa demikian, akan saya buat ulang. Bagaimana?"
Dia menghela nafas memalingkan wajahnya ke Sakura yang sudah melunak. Dengan jantung yang berdebar kencang, menunggu keputusan yang akan di buat. Perutnya mendadak mulas pula saat Layla mengambil tas tangannya, dia bersiap untuk pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Better [ Telah TerRevisi ]
FanfictionKejadian malam itu tak pernah sekalipun Sakura lupakan, walau ia benar-benar ingin melupakannya, karena membawa keburukan bagi kelangsungan hidupnya. Pada Sasuke yang patah hati dan berkeinginan apapun untuk kembali hidup, tapi kesalahan malam itu m...