11. Drive me

2.4K 326 26
                                    

Sasuke menunggu dengan hati yang was-was, terbayang-bayang tamparan keras mendarat di pipinya, atau vas bunga di depannya pecah tepat di kepalanya. Tekadnya sudah bulat. Ia yakin dengan keputusannya. Percaya jika ini yang terbaik untuk dirinya dan Sakura. Sejujurnya,ia hanya ingin menyampaikan jika dirinya tidak mau mengikat gadis itu dari dunianya sendiri, membebaskan gadis itu melakukan hal di sukainya. Tapi keadaan memaksa mereka untuk bersatu dalam hubungan yang di sebut suami-istri.

Sasuke akan bertanggung jawab untuk menikahi Sakura. Mengakui jika itu anaknya. Bertanggung jawab untuk kehidupan Sakura yang telah dihancurkan olehnya. Dengan bentuk finansial yang akan memenuhi kebutuhan gadis itu selama hidup bersama, bahkan setelah dia lepas darinya. Sasuke berjanji.

Ia sudah membicarakan ini dengan Itachi, secara diam-diam. Kakaknya terkejut bukan main. Memarahinya dengan beribu kata ampun pada sang pencipta karena kesalahannya. Menatapnya dengan marah, sampai-sampai Itachi berjanji tidak mau bicara dengannya lagi. Tapi saat ia berkata jika janjinya akan terpenuhi apapun yang terjadi. Itachi menjadi sedikit melunak. Mendukung keputusannya. Asalkan dirinya tidak pernah menyakiti gadis itu secara batin dan fisik. Untuk fisik Sasuke jelas sudah paham, tapi lain halnya dengan batin. Sasuke tidak bisa membaca pikiran atau perasaan orang lain. Mungkin saja nanti di sepanjang pernikahan mereka, ia tanpa sadar mengeluarkan kata yang akan menyakiti Sakura. Tapi sejak sekarang ia belajar untuk tidak berbuat demikian.

Sakura meletakkan surat perjanjian itu ke atas meja. Sorot matanya kosong, bibirnya bergaris lurus, nafasnya teratur terlihat dari turun-naik bahu gadis itu. Tapi Sasuke tidak bisa menurunkan rasa resahnya. Di tatapnya Sakura lekat-lekat, sampai gadis itu menoleh padanya. Matanya berkilat, cahaya matahari dari luar memantul ke sana, pada sepasang emerald yang jernih. Sakura meneteskan air matanya.

Tapi gadis itu tidak mengatakan apa-apa. Sampai isakkannya tidak lagi tertahan. Sakura mengeratkan genggaman pada tali ranselnya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan?"

"Sakura__"

"Katakan dengan jelas saja. Tidak perlu bertele-tele dengan membuat semua ini."

"Sakura dengarkan aku." Ia menyela lagi. Berapa kali kalimatnya selalu di potong gadis itu dan ia tidak punya kesempatan untuk membalas. "Ini yang terbaik untuk kita. Kau tidak akan di permalukan, begitu pula dengan ku. Hidup mu benar-benar akan terjamin di tangan ku."

"Kau pikir aku tidak terbebani dengan dirimu yang hamil karena aku? Jelas ini sangat menganggu. Aku tidak mengenal mu, begitu pula kau. Tapi ini malah membuat rasa bersalah ku semakin besar. Jadi, cobalah mengerti." Sasuke menarik nafas, mencermati ekspresi Sakura yang masih diam. "Lihat dari sisi yang lain."

Sakura sepertinya mengerti. Dia menundukkan kepalanya setelah menarik nafas panjang. Sasuke jadi khawatir, apa ia terlalu menyulut emosi gadis itu? Dirinya jelas masih ingat tentang wajenang dokter yang menangani Sakura, untuk menjaga gadis itu. Tidak kelelahan, apa lagi sampai stress. Bayi di dalam perut itu di pertaruhkan jika sang ibu tidak baik-baik saja.

Sasuke menarik nafas, mendekat pada gadis itu yang masih terisak. Meraih tangannya, meski tidak mendapatkan penolakannya seperti sebelumnya, Sakura tetap tidak mau merespon. "Sakura. Jangan menangis." Katanya spontan.

"Aku benar-benar tidak akan pernah mengikat mu. Kau masih bebas melakukan apapun, hanya saja ada perubahan dalam status di antara kita. Bukan lagi sebagai orang asing." Lanjutnya sepelan mungkin.

Gadis itu mengangkat wajahnya, mengusap air matanya. Dan Sasuke bisa bernafas lega. "Baiklah. Jika menurut mu ini yang terbaik untuk kita."

"Hn, aku tidak akan melakukan hal yang lebih buruk dari ini." Janjinya.

Akhirnya. Sasuke merasa benar-benar lega. Kosong sudah resah di dadanya. Sakura sudah menyetujui, maka dirinya harus bisa memegang kepercayaan gadis itu, memenuhi semua janjinya. Ia melirik pada Shikamaru yang duduk diam. Nampak seperti biasa saja dan tidak memperdulikan ketegangan suasana ini. Pria itu berdehem, dan Sasuke menjauh dari Sakura.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang