9. Sasuke Uchiha.

2.7K 291 25
                                    

Sasuke tidak tahu harus berkata apa, perasaannya berkecamuk, bercampur yang mana membuatnya pusing sendiri. Pada hasil pemeriksaan gadis yang ia temukan pingsan dalam pelukannya. Gadis yang ia yakini jadi korban kebejatannya kala mabuk, dan itu memang sudah di pastikan. Sasuke membaca sekali lagi surat dokter itu, siapa tahu ia salah baca. Tapi di sana jelas, mengatakan jika Haruno Sakura tengah mengandung; usianya ada di 25 hari, yang artinya baru tiga Minggu. Kondisi sang ibu mengkhawatirkan; kekurangan vitamin dan gizi, asam lambung hampir naik, dan kelelahan berlebihan yang berakibat stress.

Sasuke meringis di akhir kalimat itu. Gadis itu masih terlelap di bankar, setengah jam sudah lewat sejak dokter memeriksanya. Tapi dokter bilang dia hanya sedang membayar jam istirahat yang di lewatkan, jadi Sasuke merasa sedikit tenang. Tapi tetap saja, perasaannya tidak nyaman sama sekali. Dia, gadis itu sedang mengandung anaknya. Anak hasil dari ketidaksengajaan. Tapi Sasuke akan mengakui itu anaknya.

Toh, ia bukan bajingan seperti yang dikatakannya. Ia masih punya rasa iba dan simpati. Siapa yang akan bertanggungjawab kalau bukan dirinya, karena dirinya sudah berani berbuat.

Sasuke menunggu sampai gadis bernama Sakura itu bangun. Dia mengerjabkan matanya, mencoba fokus. Diliriknya tangan kiri lalu pada dirinya. Tentu saja, Sakura terkejut. Matanya melotot sebelum menyipit lalu menautkan alisnya. Dia sudah benar-benar sadar?

Sasuke tidak berkata sampai gadis itu mengeluarkan semua kemarahannya. Tentu saja. Siapa yang tidak akan marah jika di perlukan seperti gadis murahan di tengah jalan. Dan dirinya yang gila ini mengambil semua kehidupan gadis itu, hanya dalam satu malam. Satu malam. Sasuke menyuarakan permintaan maafnya, tapi langsung di tolaknya. Sekali lagi Sasuke bisa mengerti hal itu, dia bersedih dan marah, Sasuke akan membiarkan itu meluap begitu saja untuk menerjang dirinya seperti di tengah laut. Sampai dia menghinanya, mengatai dirinya lagi dan lagi. Telinganya panas, tentu saja. Ia mencoba untuk berbuat tulus untuk meminta maaf. Tapi Sakura malah menganggapnya mempermainkan perasaan wanita itu, menganggap jika dirinya adalah pria bajingan dengan seribu wanita.

Sasuke tersinggung, gadis itu sama saja seperti ayahnya. Dirinya berani bersumpah, tidak ada wanita yang ia permainkan hatinya, tidak sama sekali jika dirinya juga tertarik. Namun, Sasuke tetap memilih diam, biarkan saja dulu Sakura masih ada di titik teratas dari kemarahannya. Akan sangat merepotkan jika ia membalas semua kalimat pedasnya. Jadi, ia membiarkan gadis itu menenggelamkan diri pada selimut untuk menenangkan dirinya. Sampai getaran di pundaknya yang bisa ia lihat, hingga isakkannya berhenti dan deru nafasnya terdengar teratur.

"Kau dari mana saja?"

Sasuke membuka jasnya, melonggarkan dasi baru melirik sang kakak yang duduk bersila di depan ruang keluarga. Ini pukul sepuluh malam, dan kakaknya malah bersantai bukannya tidur. "Tidak kemanapun."

"Duduklah sebentar, aku perlu bicara dengan mu."

"Tapi aku tidak." Sasuke mengabaikannya, melangkah naik ke anak tangga. Sudah cukup ibunya mengganggu dengan terus menelpon untuk menginap.

"Sasuke. Sepuluh menit saja."

Sasuke menghela nafasnya, melirik sang kakak yang nampak berharap. Dan apa yang ia bisa lakukan. Tatapan mata Itachi selalu saja bisa membuatnya luluh, entah kenapa. Ia turun, duduk bersandar di samping sang kakak.

"Hanya ingin memberitahu mu saja. Bahwa ayah sebenarnya tidak ingin bermaksud demikian pada mu."

Oh, tidak jangan lagi.

Sasuke mendesah berat. Percakapan dengan ayahnya selalu saja berakhir dengan alot tak berujung, lalu dengan senang hati kakaknya akan ikut campur, memberikan pendapatnya dari sudut pandang lain. Sasuke terkadang suka dengan inisiatif Itachi untuk membantunya lepas dari jeratan tangan ayahnya. Tapi kalau sudah ada di pihak sang ayah, Itachi selalu lupa jika dia juga punya pemikirannya sendiri.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang