Perubahan besar pada Sakura memang tidak terlalu mengejutkannya, terlepas dari pembicara mereka hari itu. Mungkin Sakura sudah lelah dan mengintropeksi dirinya sendiri. Karena lebih dari dua Minggu Sakura masih bersikap demikian, setelahnya dia kembali membuka dirinya.
Meski bayangan mata Sakura yang menatapnya tajam dan penuh syarat akan kemarahan yang membara. Tapi hanya sampai di sana, tidak berlanjut di pagi hari karena ia masih menemukan dirinya sendiri kala bangun tidur.
Tapi ia masih di buat bertanya-tanya, karena Sakura juga bersikap aneh padanya. Misalnya, tersenyum padanya saat selesai mengatakan sesuatu. Atau Sakura yang untuk pertama kalinya mengirimkan pesan, tidak ada yang istimewa tapi begitu mengejutkan, karena Sakura hanya bertanya adakah senter di rumahnya.
Sasuke hanya mampu terkekek geli sendiri, menatap ponselnya. Ruangan rapat yang tadinya tegang dan sunyi senyap mendadak terisi dengan bisikan dan dehaman yang kentara di tunjukkan padanya. Ia hanya membalas jika benda yang di cari ada di lemari di belakang dapur. Entah gadis itu bisa menemukannya atau tidak, Sasuke menunggu Sakura membalas lagi pesannya, tapi harapannya pupus bahkan sampai waktu pulang kerja, ponselnya tidak bergetar membawa pesan Sakura.
Sampai sesuatu yang aneh terjadi juga pada dirinya. Entah bagaimana ia bisa merindukan gadis itu dengan begitu mendadak, tak sabar ingin sekali melihat wajahnya sekarang. Atau ketika jantungnya berdegup kencang, dan merasa gugup tanpa alasan saat membuka kenop pintu. Bahkan bisa ia rasakan tangannya basah, merasa was-was sendiri, takut jika yang ia harapkan tidak ada di depan matanya.
Ya, Sasuke berharap ada Sakura saat matanya berpendar ke ruangan, tengah duduk di kursi depan tv, atau dia sedang memasak, memakai apron pink yang ia belikan. Dan bolehkah ia berguling-guling di lantai saking senangnya. Sakura di sana. Di bawah depan tv dengan tenang menatap layar laptop, kamera dan buku sketsa ada di sisinya, kotak pensil dan berbagai pensil warna berserakan di meja. Gadis itu tidak menyadari kehadirannya, tenggelam sendiri dengan dunianya kala ia duduk di sofa.
Sakura baru menoleh sepuluh menit kemudian, mungkin. Nampak terkejut tapi bisa mengendalikan diri. "Kau sudah pulang?"
"Seperti yang kau lihat, karena kau terlalu sibuk dengan pekerjaan." Katanya mencoba ketus. Dan Sakura menanggapi dengan dengusan, kembali berbalik pada layar laptop.
Sepertinya Sakura mendapatkan projek, dua cover buku di layar laptopnya. Dan Sakura sedang mengotak-atik objek untuk di masukkan ke sana sebagai hiasan. Sasuke memperhatikan dalam diam, menikmati sendiri ketenangan yang entah dari mana, tapi ia merasa demikian. Dengan Sakura di depannya, menyebarkan aroma wangi bunga dan kesegaran hutan. Sungguh ia baru bisa mengenali bau Sakura setelah sekian bulan hidup bersamanya. Sakura juga punya banyak anak rambut yang tidak bisa di ikat. Ada tahi lalat di bawah telinganya, seperti melihat sebuah harta Karun Sasuke berjengkit merasa senang.
"Sebaiknya kau mandi, baumu membuat ku mendadak ingin muntah." Sakura berkata tanpa menoleh ke arahnya.
Sasuke mendengus baunya sendiri, perkataan Sakura tidak salah, tapi ia tetap merasa kesal. Ia bangkit dan masuk ke kamar, siap-siap untuk membersihkan diri sebelum ponselnya berdering menampilkan nama Itachi. Sambil melepaskan jas dan kemejanya, ia mengangkat telponnya.
"Hn, ada apa?"
"Kau ini tidak sopan sekali dengan kakak mu. Ucapan selamat sore dulu baru bertanya." Sasuke mendengus, Itachi dan mulut sok sopannya. Mereka berdua tidak jauh berbeda sebenarnya.
"Selamat sore, dengan Uchiha Sasuke di sini. Ada apa?" Ulangnya sambil melempar baju kotornya ke keranjang. Sasuke menatap keranjang itu sambil mendengarkan Itachi mengomel lagi tentang cara bicaranya. Tanpa sadar tersenyum, karena selama ini ia baru menyadari jika keranjang bajunya selalu kosong dua kali sehari, sejak Sakura ada di sini. Tidak seperti kala ia masih sendiri, setidaknya satu Minggu sekali ia harus bolak-balik ke laundry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better [ Telah TerRevisi ]
Fiksi PenggemarKejadian malam itu tak pernah sekalipun Sakura lupakan, walau ia benar-benar ingin melupakannya, karena membawa keburukan bagi kelangsungan hidupnya. Pada Sasuke yang patah hati dan berkeinginan apapun untuk kembali hidup, tapi kesalahan malam itu m...