5. Party Tragedy (b)

2.8K 272 5
                                    

"Beri aku satu lagi!"

Tadinya lantai dansa tidak menarik minatnya, berjoget bersama dengan wanita nakal atau senggolan tak sengaja dengan sesama pria yang akan berkahir dengan perkelahian. Sasuke masih mencintai wajahnya, kalau tergores sedikit saja ia akan segera terbang ke Korea untuk operasi plastik. Wajah adalah asetnya yang berharga. Tapi tawaran untuk mabuk dari Sai tidak bisa Sasuke tolak begitu saja. Lalu hanya dengan satu botol yang berhasil ia habiskan, jiwa gilanya muncul. Ya, dirinya akan seperti orang sakit jiwa yang berkeliaran di jalan.

Terimakasih Sai.

Terimakasih Hinata!

Lengkap sudah jiwa gilanya!

Lantai dansa pun seperti wahana permainan yang harus di jejal, karena waktu berlibur hanya sampai jam tiga sore nanti. Sasuke bergabung di sana, menarik mengikuti alunan musik elektrik yang di setel keras-keras. Menggoyangkan pinggulnya dan tangannya yang terangkat tinggi. Sampai beberapa wanita menghampiri menawarkan permainan khusus untuknya. Sasuke menerimanya, lalu menarik wanita itu, entah siapa dia, wajahnya tidak masuk ke penglihatan mata. Membawanya ke dalam pelukan lalu menciumnya kasar. Yang tanpa sadar meluapkan semua perasaannya yang lara. Berujung pada kemarahan yang lebih tidak jelas.

Rasanya memang benar apa yang di katakan Hinata padanya, kalau dirinya akan menjadi orang lain saat bersama gadis itu. Dan akan kembali gila jika tak lagi bersamanya. Untuk saat ini, besok lusa, Minggu depan, sampai selamanya nanti. Tidak akan ada kesempatan ke tiga. Semuanya sudah berakhir di percobaan pertama dan kedua. Dan seharusnya Sasuke menyerah saja. Lalu perasaan kecewa dan rasa bersalah itu, bercampur aduk menjadi kemarahan.

Mana yang harus ia kutuk?

Hinata yang menyakiti hatinya, karena memberikan harapan palsu, tapi di sisi lain dia tidak mau melepaskannya. Atau dirinya yang terlalu berharap? Berharap pada wanita yang tidak selalu ada untuknya?

Mana yang lebih baik?

Tidak ada pilihan untuknya. Tidak sama sekali. Harusnya ia sadar sedari dulu, bahwa apa yang terjadi padanya sebuah kesalahan besar. Harusnya ia tidak pernah menerima Hinata masuk ke dalam kehidupannya. Harusnya ia tidak membuka hati untuk wanita itu. Harusnya ia tidak pernah jatuh cinta padanya, dan seharusnya Hinata tidak pernah memberikan jalan untuk membuka hati.

"Ambilkan aku yang lain."

Sasuke tidak tau sekarang dirinya sedang apa. Tapi jiwanya seolah melayang tinggi bersama awan, di dampingi para selir yang cantik nan seksi. Dua wanita yang kini duduk di pangkuannya memainkan hasratnya yang tak lagi terkendali.

"Tuan, kau sudah sangat mabuk. Bagaimana kalau kita ke tempat yang lain?" Wanita itu berbisik lirih di telinganya.

"Tidak, beri aku satu lagi."

"Oh, ayolah. Tuan kau__"

"Aku akan mengambilnya sendiri kalau begitu. Pergi saja sana!" Dengan kesadaran yang sedikit, pandangan yang kabur, dan pening yang melanda kepalanya. Sasuke bangkit. Membiarkan dua wanita itu tersentak kaget karena dirinya berdiri tiba-tiba.

Kalau saja ia tidak punya pertahanan terhadap alkohol bisa saja dirinya sudah ambruk di sini. Tapi pengalaman tinggal di negara orang yang kental akan pergaulan bebas, bukan masalah lagi baginya. Dengan jalannya yang sempoyongan dan kaki yang berat untuk melangkah. Sasuke berjalan ke meja bartender, tidak peduli apa yang ia lewati. Pikirannya benar-benar harus di alihkan, sampai semuanya menghilang dalam satu malam. Itu harapannya.

Saup-saup ia mendengar suara Sai dengan seseorang. Suara Sai mengalun rancu, sepertinya sama mabuknya dengan dirinya. Sasuke duduk dengan asal di sana, lalu langsung di sambut dengan tepukan keras di punggung.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang