Dua hari satu malam, benar-benar bisa melupakan masalahnya dengan mudah, rencana berkunjung berubah jadi liburan dadakan. Sasuke juga memundurkan jadwalnya demi menikmati kota Osaka, dalam waktu singkat ini. Tapi ia malah makin merasa bersalah karena hal itu, namun Sasuke juga semakin mengelak, bahwa ini seharusnya liburan yang sebenarnya.
Menginap di hotel yang dekat dengan pusat kota yang di sisi depan dihiasi gemerlap lampu gedung-gedung dan di belakangnya perbukitan yang cantik, karena dirawat pemerintah sebagai destinasi wisata pula. Sasuke bahkan seperti tidak berniat menurunkan kurva di bibirnya saat di suguhi pemandangan Osaka yang luar biasa. Kala pagi pertama mereka liburan, ia berkeinginan untuk mendaki bukit kecil di belakang, meski dengan seribu penolak Sasuke, tapi akhirnya mereka pergi.
Lalu makan siang di restoran yang khusus yang menyajikan makanan khas Osaka, setelahnya menyesiri jalanan kecil yang melewati rumah-rumah bergaya tradisional, sampai ke sungai yang sangat terkenal di sana. Hingga sore berburu kuliner menunggu makan malam. Dan di malamnya di habiskan benar-benar hanya di kamar saja sampai pagi menjelang.
Semuanya terasa menyenangkan dan membahagiakan, Sakura tidak menyaka jika kota tempat kelahirannya punya sesuatu yang indah untuk di kenang. Tapi sebelum masa liburannya berakhir, Sasuke mendapatkan panggilan mendadak. Panggil dari seseorang yang membuatnya penasaran karena menelpon di kala mereka sedang menikmati sarapan. Sakura tahu Sasuke adalah pria yang sibuk dengan segala macam pekerjaan, tapi mendapati pria itu mengerutkan keningnya, menghentikan gerakan tangan yang hendak mengambil udang goreng di piringnya, lalu bergegas beranjak begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Ia mengejarnya masuk ke kamar, dan Sasuke tengah menurunkan koper kecil mereka dari dalam lemari, memasukkan barang-barangnya dengan tergesa-gesa. Sakura ingin bertanya ada apa, tapi ia sudah didahului pria itu. "Kita harus pulang sekarang, sesuatu terjadi."
"Apa yang sudah terjadi?" Sakura tidak bisa melanjutkan pertanyaannya,kala Sasuke juga mengambil tas miliknya, menyampirkan di punggung.
"Tidak ada waktu, kita harus bergegas, ada penerbangan dua jam lagi. Kita sudah dapat tiketnya."
"Sasuke bisa kau jelaskan dulu padaku?"
Sasuke menghentikan langkahnya, meliriknya tapi tak segera mengatakan apapun, lalu kembali melangkah. Sakura benar-benar di buat bingung. Mereka akan pulang sore nanti, hari ini hanya akan berjalan-jalan saja ke pusat perbelanjaan. Bahkan ia sudah rapi sekarang. Dan kini ia di buat tidak bisa mengatakan apapun, kecuali mengangguk lalu menyusulnya.
Dan Sasuke seolah membalas kebungkamannya kala mereka berangkat kemarin. Sekarang dia yang terlihat gelisah dan cemas, diam seribu bahasa. Sejujurnya ia ingin bertanya lagi, tapi Sasuke bahkan tidak meliriknya. Dan itu membuatnya takut untuk berucap. Alhasil mereka hanya diam hingga sampai di Tokyo. Namun, bukannya mobil melaju ke arah apartemen, Sasuke mengemudikan mobilnya ke jalan lain, jalan yang tidak Sakura hafal.
Masuk ke perkarangan parkir, di bawah gedung rumah sakit Tokyo center madicine. Sakura semakin bingung dan bertanya, siapa yang sakit? Keluarga Sasuke 'kah? Kalau benar pria itu seharusnya bisa memberi tahu. Tapi sampai di lorong UGD Sakura hanya bisa diam mengekori Sasuke.
Ada Ino dan Sai, lalu wanita berambut hitam tengah menutup wajahnya. Mereka duduk di kursi tunggu, nampak sedih dan cemas. Sakura melirik ke pintu ruangan yang tertutup, bukan ruangan unit gawat, tapi sepertinya ruangan perawatan. Lalu beralih lagi ke tiga orang di depannya.
"Sasuke, kau datang?" Ino yang pertama menyadari keberadaannya dan Sasuke, Ino berdiri bersamaan dengan wanita yang menutupi wajahnya langsung menghamburkan pelukannya pada Sasuke.
Sakura mundur di buat terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi? Ia melirik pada dua orang yang lain, mungkin mereka tahu tapi Sakura sama sekali tidak mendapatkan jawaban alih-alih, tapi pada dua pasang mata yang melebar sama terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better [ Telah TerRevisi ]
Fiksi PenggemarKejadian malam itu tak pernah sekalipun Sakura lupakan, walau ia benar-benar ingin melupakannya, karena membawa keburukan bagi kelangsungan hidupnya. Pada Sasuke yang patah hati dan berkeinginan apapun untuk kembali hidup, tapi kesalahan malam itu m...