Sasuke menutup pintu ruangan dengan keras, menguncinya lalu menghempaskan diri ke kursi. Di lepasnya dasi dari kerah kemaja, membuka dua kancing teratas. Membuang jasnya sembarangan. Lalu membiarkan AC mendinginkan kepalanya yang panas, setelahnya di lemparkan dokumen yang berada di depannya. Lengkap sudah keberantakan ruangan serta pemiliknya. Sasuke tidak tahan lagi untuk menggeram. Kemarahan menguar bagai badai tornado yang siap menghancurkan segalanya. Tak peduli apapun yang ada di depan mata. Semuanya terhempas melayang, lalu jatuh mengotori lantai.
Bagaimana bisa ayahnya membohongi dirinya, terjebak pada permainan kuno. Mengontrol semua pergerakannya. Jika niatnya hanya untuk memasukkan dirinya ke dalam jajaran direksi teratas, untuk apa rencana pernikahan di masukkan ke ruang rapat? Astaga, ayahnya sudah kehilangan akal, malah menjerumuskan anaknya ke lubang bernama malu.
Bagaimana bisa kehidupan di luar konteks perbisnisan ikut terseret. Kehidupan asmaranya tidak perlu di ketahui orang lain. Dan mereka seharusnya tidak mencari tahu hal itu. Menghawatirkan rumor tak berdasar sebagai satu syarat agar dirinya pantas duduk di kursi direktur. Berita dirinya yang jarang terlibat hubungan dengan wanita, atau berita tentang dirinya yang mabuk bersama pria masuk ke sebuah apartemen, membawa spekulasi bahwa dirinya seorang gay. Pemikiran dari mana itu.
Sasuke ingin tertawa sekalian memenggal kepala dewan yang ikut rapat. Membicarakan dirinya secara terang-terangan seolah dia tak ada di sana. Pernikahan adalah kewajiban bagi Sasuke untuk bisa mendapatkan suara. Dan dari mana Sasuke harus punya istri hanya dalam waktu yang singkat? Tentu saja jawabannya tidak akan pernah. Maka dengan intrupsi dari dewan berkepala plontos berperut buncit, menyarankan untuk mengadakan perjodohan saja.
Boleh ia membunuh pria kolot itu?
Tangan lain terangkat untuk mengiyakan. Mengajak pebisnis lain untuk bergabung memberi dukungan untuk dirinya agar bisa naik tahta. Saran konyol lainnya? Dengan begitu kerajaan Uchiha akan semakin jaya dan berkali-kali lipat uang mereka yang di dapat dari kerja sama atas nama perjodohan.
Jelas sekali Sasuke menolak semua itu, secara mentah-mentah. Siapa yang mau di jadikan kambing hitam demi sebuah harta semata. Sebagai pedang di balik punggung, menghampiri sang taun putri untuk di lamar, lalu menusuknya dari belakang setelah semua yang dinginkan sudah ada di tangan. Selain harga dirinya yang baru saja di jatuhkan.
Lebih baik bakar saja ini gedung.
Panas masih menjara kepala , Sasuke bangkit mematikan ponselnya yang terus berdering. Cukup sudah Fugaku mempermalukannya di hadapan orang penting. Mau apa lagi yang dinginkan ayahnya itu?
Tapi sepertinya dirinya lupa. Siapa pemilik sesungguhnya Uchiha.crop ini? Yeah, Uchiha Fugaku. Ayahnya dengan mudah membuka pintu, menatapnya dengan tatapan tajam. Tangannya yang bersedekap dada, seperti mengintimidasinya agar takut dan luluh. Namun, sepertinya ayahnya juga lupa dari mana sifat keras kepalanya berasal.
"Ayah sudah memperingatkan mu berkali-kali, Sasuke. Dan sekarang lihat? Itu akibatnya, kau yang selalu mengabaikan perintah ku."
Sasuke menggeram. Menarik nafas, mencoba tenang. Kalimat ibunya terlintas begitu saja. Sebagai sesama orang yang keras kepala, harus mengalah sejenak, bersabar untuk mendengarkan lawanya bicara lebih dulu. Dan Sasuke selalu di sarankan Mikoto untuk mengalah.
"Bukan hanya sekedar keinginan semata, tapi untuk membuktikan jika kau memang benar-benar pantas ada di sana."
"Ayah, seingat ku. Itachi tidak pernah masuk dalam situasi seperti ini? Dan kenapa aku yang harus jadi korban?"
"Jangan bawa Itachi dalam obrolan kita, Sasuke! Ayah selalu bersikap adil pada kalian, jangan buat ini seolah kau terasingkan."
Nah, kan. Tidak ada gunanya menyadarkan ayahnya. Seperti kau lingkaran cincin yang tak berujung. Ingatan ayahnya seperti itu. Jika, sindir akan perilaku adilnya, akan membuat alur lain yang tak masuk dalam lingkaran itu. Lalu membiarkan pertanyaan menguap hilang begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better [ Telah TerRevisi ]
FanfictionKejadian malam itu tak pernah sekalipun Sakura lupakan, walau ia benar-benar ingin melupakannya, karena membawa keburukan bagi kelangsungan hidupnya. Pada Sasuke yang patah hati dan berkeinginan apapun untuk kembali hidup, tapi kesalahan malam itu m...