16. Stars in the Rain.

2.1K 265 13
                                    

Sakura memasukkan dua batang coklat ke trolynya, entah sejak kapan ia begitu tergiur ketika melihat iklan coklat di tv, membuatnya ingin bergegas untuk membelinya. Dan kala ia sampai di depan rak berisi cemilan manis, air liurnya tidak bisa lagi ia tahan untuk tetap di dalam mulut. Berbelanja di hari libur memang kenikmatan tiada tara, kala kebiasaan yang bergerak dan penuh kegiatan di suguhi bermalas-malasan membuat kaki dan tangannya malah gatal.

Troly yang ia bawa sudah terisi penuh dengan kebutuhannya sehari-hari. Berbagai macam sayuran buah-buahan, dan tak lupa kesukaannya buah lemon. Sasuke dengan senang hati meminjamkan kartu debitnya yang katanya isinya tak terbatas. Sakura hanya tersenyum tipis menanggapi, ia percaya saja. Sekarang tinggal mengisi pesanan pria itu, tidak banyak tapi entah mengapa ia sedikit merasa enggan.

Dua kantong bubuk kopi dan bubuk kayu manis sudah ada di tangannya. Sakura baru tau jika Sasuke juga suka kopi, karena kopi yang pria itu pesan berjenis tidak bisa di tanam di tanah Jepang ini. Karena kebetulan rak kopi berseberangan dengan rak susu, Sakura berbalik untuk membeli susu ibu hamilnya. Dan ia juga sedikit heran, awal pertama kali ia di haruskan meminum susu itu perutnya malah mual dan kepala akan kembali berkunang-kunang, tapi sejak tinggal bersama Sasuke, dengan mudahnya ia meminum susu itu, bahkan sesuai anjuran dua kali sehari. Alhasil hanya dalam waktu satu bulan, dua kotak besar susu bisa ia habiskan.

"Wow, nyonya Uchiha ada disini? Apa yang Anda beli, eh tunggu dulu..kau ...juga ... sedang hamil?"

Sakura terkejut, menemukan wanita berdiri di belakangnya, tangannya tengah mengambil susu ibu hamil di sampingnya. "Maaf, Anda bicara dengan ku?"

"Eh? Kau tidak ingat dengan ku?" Sakura menggeleng kecil, rasanya ia memang baru pertama kali melihat wanita berambut pirang di depannya ini. "Berapa hari ya sudah terlewati? Dua Minggu atau lebih, aku hadir di pesta pernikahan kalian. Tidak ingat?"

Sakura mengeryitkan dahinya, mengingat-ingat, tidak sampai satu jam memang ia di sana, memilih kabur ke toilet saat pertahanannya menipis. Tapi kala itu banyak sekali wajah yang ia lihat dan di masukkan ke memorinya, namun sekarang malah tidak ada yang teringat sama sekali. Wanita itu berdehem mengembalikan kesadarannya.

"Aku Yamanaka Ino, tidak masalah kalau kau ingat atau tidak aku tetap mengenal mu. Jadi nyonya Uchiha kau juga berbelanja kebutuhan?" Wanita itu tersenyum, mengulurkan tangannya yang segera sambut dengan senang hati.

"Maaf, aku tidak mengingatnya. Panggil saja Sakura. Tidak perlu embel-embel. Dan ya, sama seperti mu, nyonya Yamanaka"

"Ah, baiklah. Kalau begitu panggil aku Ino saja. Senang bertemu dengan mu."

Sakura mengangguk, melanjutkan acara belanjanya. Tapi mungkin semuanya sudah terbeli. Wanita bernama Yamanaka Ino juga berputar, mencari kebutuhan lain yang harus di beli. Sakura melihat ke jam yang melingkar di tangannya, masih cukup pagi untuk pulang secepatnya. Atau setidaknya ia tidak mau pulang cepat, karena Sasuke pun ada di rumah dan ia tidak mau merasa tidak nyaman di sekeliling pria itu. Dengan hati-hati ia selalu menjaga jarak dengannya, ia tidak mau sampai suatu saat memiliki perasaan pada pria itu, sama seperti di cerita atau film yang ia tahu, kalau antara wanita dan pria terlalu dekat dan sering berinteraksi pasti akan menimbulkan suatu perasaan, dan ia tidak mau merasakan itu.

Di kasir yang tidak terlalu ramai, Sakura melihat lagi Ino, wanita itu tengah mengantri juga.

"Hai kita bertemu lagi. Kebetulan macam apa ini?" Ino tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapi.

"Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan." Sakura menimpali dengan ringan, gilirannya untuk membayar.

"Ah, iya. Sakura, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar. Aku tahu ada tempat nongkrong yang asik di lantai bawah."

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang