29. Next to you. I Love You too.

3.7K 293 22
                                    

Sasuke dengan wajah pucatnya melangkah menyusuri lorong rumah sakit, tanpa memperdulikan penampilan dan tatapan bingung dari orang yang ia lewati, tujuannya sekarang adalah ruang rawat atas nama Haruno Sakura. Sudah lebih dari seminggu ia menghilangkan diri dari semua orang dengan alasan ingin menenangkan diri dan berpikir dengan tenang, bukannya berniat meninggalkan sang istri yang tengah hamil tua. Dan ia merutuki dirinya sendiri karena berhasil membuat kesalahan lain.

Seratus lebih panggil masuk ke ponselnya yang sengaja ia matikan, dan tiga ratus pesan, mungkin jika di total penggila dan pesan dari Sakura lah yang paling banyak. Bukan pula ia ingin mengabaikan semua orang, tapi ponsel adalah benda yang harus ia hindari saat ingin tenang, pergi ke sisi lain kota Tokyo yang sempit, bersembunyi di antara orang-orang biasa yang juga memiliki masalah sendiri. Pagi-pagi buta ia baru menyalakan benda itu, lalu tak lama setelahnya panggilan dari Itachi, bukannya menyapa atau beramah-tamah di pagi hari, kakaknya itu berteriak keras memanggil namanya dan mengeluarkan semua sumpah serapah.

Sakura masuk ke rumah sakit siang lalu, pendarahan setelah melahirkan dan belum sadar sampai paginya. Sasuke tercekak seketika, tidak bisa mengatakan apapun, serasa tak ingin mempercayainya, Sakura tidak mungkin melahirkan dalam waktu yang dekat ini, masih ada minggu yang harus di lewati, tapi sekali lagi teriakan Itachi menyadarkannya. Bergegas ia melanjutkan mobilnya, melewati semua pengendara lain.

Di kursi tunggu semua keluarganya berkumpul di sana, pintu ruangan rawat masih tertutup. Itachi yang pertama menyadari kehadirannya, lalu ibunya, Izumi dan ayahnya. Mikoto menghampirinya langsung menghamburkan pelukannya, sejenak terasa bergetar karena wanita itu menangis, Sasuke bisa mendengar isakkannya. Tapi berikutnya ia malah di pukul dengan kedua tangan Mikoto.

"Kemana saja kau, Sasuke! Kau membuat ku semakin marah padamu! Mama bilang tetap di sisi Sakura, bukannya kelayapan tidak jelas."

Sasuke hanya diam menerima pukulan dari sang ibu, saat Izumi juga berdiri membantu mertuanya. "Kau memang anak kurang ajar, Sasuke! Aku sangat kecewa dengan mu."

Sekali lagi ia hanya pasrah, membiarkan dua wanita itu melampiaskan kemarahannya, karena ini memang pantas ia dapatkan. Saat ayahnya terdengar menghela nafas, dan Itachi yang menarik mundur Izumi.

"Kalian berdua tenanglah sejenak. Ingat,ini rumah sakit." Kata ayahnya, yang langsung mendapatkan pelototan dari ibunya.

"Kau seharusnya memang Mama masukkan lagi ke perut. Membuat semua orang kalang kabut mencari mu, kemana saja kau?!"

Sasuke mendesah merapikan rambut dan pakaiannya yang hampir koyak. "Maafkan aku. Aku hanya mencoba menenangkan diri dan merenungi semua yang telah ku lakukan."

"Dengan pergi berhari-hari?"

Sasuke tak mau menjawab, ia duduk di kursi membiarkan dua pasang mata terus mengawasinya, seperti akan memancarkan sinar laser pembunuh. Ia juga sangat merasa khawatir dan cemas, bahkan takut untuk sekedar melirik sekali lagi ke pintu itu. Rasanya itu adalah pintu neraka baginya. Sasuke menghembuskan nafas, menutup wajahnya dengan kedua tangan, sangat menyesal dengan semua yang telah ia lewati. Apa lagi yang akan ia hadapi setelah ini? Sakura melahirkan saat dirinya tidak ada di sisinya. Dan sekali lagi wanita itu benar, dirinya adalah bajingan pengecut, manusia tak berhati.

Tapi bisakah ia mendapat satu lagi kesempatan?

"Bagaimana keadaannya? Bagaimana bisa Sakura..."

"Sakura melahirkan di rumah mu, Sasuke. Sendirian. Tapi untuk saja dia tahu nomor darurat apartemen mu, petugas keamanan menemukannya sedang berjuang sendirian, lalu entah bagaimana ada dokter yang datang." Jelas Itachi, menambah rasa sesak di dadanya.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang