2. Welcome home?

3.5K 326 5
                                    

Penerbangan dari London ke Tokyo benar-benar membuatnya lelah bukan main, walau di sana ia hanya duduk dan  tidur, tentu saja, lebih dari sepuluh jam ia di dalam kabin, seperti terjebak, tidak bisa bisa bergerak dengan leluasa, segalanya terbatas. Bahkan jatlegnya belum sembuh hingga lima jam setelah ia keluar dari bandara, tidur melewati matahari terbit. Dua kopi bahkan sudah di sajikan di depan matanya sebagai sarapannya tak mengurangi rasa pusingnya, malah semakin menjadi saja.

Menyimbak tirai jendela yang langsung memperlihatkan pemandangan gedung bertingkat-tingkat dan seketika angin dingin sedikit menerpanya, sangat tidak cocok untuk menghilangkan pusing di kepala, jadi ia menutup kembali dan masuk ke dalam. Udara Tokyo ternyata masih sama.

Apartemennya masih kosong, tapi pendingin ruangan sudah bekerja dengan baik. Semuanya masih terasa sama seperti ketika ia meninggalkan tempat ini, dekorasi dan perabotan, semuanya masih sama di tempatnya. Kecuali debu. Tidak ada yang bisa temukan di kulkas atau laci, sesuatu yang bisa mengganjal perut sebelum makan malam tiba, jadi pilihannya jatuh untuk memesan makanan saja di luar, dan sembari menunggu ia membersihkan diri lebih dulu.

Kepulangannya bukan tanpa alasan atau sudah waktunya saja. Tapi lebih dari itu. Delapan tahun hidup di negeri orang yang sangat bertolak belakang dengan budaya yang sudah mendarah daging di tubuhnya. Rasanya sudah cukup atau lebih dari itu? Entahlah, intinya ada alasan yang akan merubah hidupnya dan memenuhi rongga kosong di sudut hatinya.

Tapi dari semua itu, lain halnya dengan keluarganya sendiri, mereka malah berpikiran jika dirinya sudah mulai bosan. Dan waktunya untuk meneruskan kerjaan yang sudah di bangun dengan keringat dan darah.

Sasuke keluar dari kamar mandi dengan lebih segar, rambut basah dan aroma maskulin yang menyengat. Hanya handuk yang melilit tubuhnya,kala terdengar bel pintu berbunyi ke empat kalinya. Makanannya sampai.

Menemukan pemuda dengan seragam khas restoran cepat saji, dengan masker dan topi. Sasuke menerima sebuah bungkusan yang isinya pesanan miliknya, memberikan bayaran lalu masuk setelah mengucapkan terimakasih. Untuk soal makanan dia tidak terlalu pemilih, meski sudah lama sekali Sasuke tidak pulang ke tanah kelahirannya dan tak pernah mencicipi makanan khas Jepang sejak pergi, ia masih bisa ingat bagaimana rasanya. Asin dan gurih yang sering mendominasi makanan Asia.

"Hmm, ini yang aku rindukan. Selamat makan." Monolognya sebelum menyumpit sushi di hadapannya.

Apa lagi yang ia rindukan selain masakan? Mungkin kebisingan jalan atau padatnya kendaraan umum. Tidak ada pilihan yang baik saat harus pergi ke suatu tempat yang jauh, naik mobil sendiri macet, naik bis atau kereta juga sesak. Semuanya sedikit berbeda dengan London sana, ketika ia mengakses sesuatu dengan mudah, dan menjangkau tempat yang jauh dengan cepat. Beradaptasi lagi mungkin bukan masalah besar.

Sasuke bergegas memakai jas, setelah selesai mengisi perut. Memakai pakaian yang pantas untuk menemui keluarga yang ia rindukan,dan beberapa pertemuan formal setelahnya. Sejujurnya sedikit malas, tapi kalau tidak di laksanakan ayahnya pasti akan mengeluarkan banyak suara dan nasehat-nasehat yang sudah bosan ia dengar.

Dengan Mustang di kendalinya, Sasuke melaju secepat angin melewati jalan yang sepi, keluar dari jalan raya yang sesak dan padat. Memasuki wilayah yang cukup minggir dari pusat kota Tokyo, di sepanjang jalan yang sepi dengan berbagai pohon yang tumbuh dengan rimbun. Penerangan masih berfungsi dengan baik rupanya. Dan banyak sekali hal yang telah berubah sejak ia pergi. Seperti bukit yang masih bisa ia lihat dari balik kaca mobil, kini nampak lebih gelap di tutupi pohon besar. Taman di pangkal jalan bertambah luas dan lebih banyak alat permainan untuk anak-anak.

"Anakku, akhirnya kau pulang." Sambutan itu datang dari suara lembut yang sangat-sangat ia rindukan, sosoknya berdiri di ambang pintu menyambut. Wajahnya berseri cerah, namun terlihat berkaca-kaca di matanya. Sasuke segera turun dari kendaraannya, membalas sambutan sang ibu dengan pelukan erat, menyalurkan kerinduannya.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang