24. It's Hurt

2.4K 269 8
                                    

Harusnya Sakura tidak perlu mengiyakan ajakan makan malam dengan teman baik Sasuke, kalau tahu akhirnya akan membawa perasaan yang tidak ia pahami, seperti hari-hari lalu, kala ia dibuat gelisah, marah dan sedih berkepanjangan tapi tidak tau alasannya. Hanya karena dirinya yang di anggap kesepian di rumah, karena tidak memiliki kegiatan lain setelah memutuskan untuk cuti dari kuliahnya, waktunya habis hanya untuk menonton TV, menggambar dan kegiatan lainnya yang kata Sasuke sangat monoton.

Tapi, alih-alih ia menolak malah kegirangan mengangguk begitu saja. Sebenarnya ia sudah merasa tidak nyaman malam itu, setelah Sasuke tidak kembali tiga hari ke rumah dengan alasan pekerjaan, tapi ia merasa bukan karena pekerjaan yang membuat Sasuke berdiam di hari-hari selanjutnya setelah pulang. Ada sesuatu yang mengusiknya untuk bertanya, tapi ia sekuat tenaga menahannya takut menyinggung Sasuke.

Hari-hari berikutnya, Sasuke kembali normal, bicara dengannya dan menanyakan sesuatu seperti biasanya. Lalu tiba-tiba mengajaknya untuk makan malam bersama Naruto dan Hinata di rumah mereka. Sakura tentu masih ingat siapa dua orang itu, dan tau sedikit seberapa dekat mereka dengan Sasuke. Dan ini yang membuatnya ingin mengenal mereka juga.

Sasuke nampak senang dan itu wajar. Tapi ia merasa sebaliknya, ketika sudah sampai di depan pintu, ia mendadak tidak ingin masuk dan menyesali keputusannya. Tapi sudah terlanjur, mereka sudah sampai. Jangan sampai Sasuke berpikiran dirinya aneh karena batal ikut begitu tiba-tiba. Jadi ia melangkah masuk, sembari menyebarkan senyum pada dua orang yang menyambutnya. Sasuke di sisinya melepaskan genggaman tangannya, dan ia merasa mendadak kosong, seperti sesuatu tertarik dari tubuhnya. Kenapa Sasuke melepaskan tangannya begitu tiba-tiba?

Lalu diliriknya Naruto dan Hinata yang menyuruh masuk, langsung duduk di meja makan yang sudah penuh setengahnya. Hinata bilang baru menyelesaikan masakannya setengah, karena rupanya ia dan Sasuke datang begitu cepat. Ia hendak membantu tapi Hinata mencegahnya, merasa tidak enak karena selain ia tengah hamil dan ia disini adalah tamu. Untuk menunggu, Naruto mengajaknya bicara, atau lebih tepatnya ia di beri banyak pertanyaan yang hampir sama seperti yang di dapatkan dari keluarga Sasuke, saat di panti asuhan dan saat rekan Sasuke yang mampir ke apartemen.

Dan di sinilah ia mulai merasakan ketidaknyamanan ini. Tuan rumah begitu ekspresif bercerita, semangat menyambutnya. Tapi Sasuke, dia hanya menanggapinya seadanya. Tak sesemangat kala mereka siap berangkat. Saat ia melirik ke arahnya yang ia dapatkan, Sasuke tengah menatap lurus ke depan, pada Hinata dan tidak fokus pada makanannya.

"Aku tidak menyangka jika ilustrasi buku dari Layla Rino kau yang menggambarnya." Hinata terus memujinya, tentang keterlibatannya dengan Layla Rino, penulis yang ketus dan tidak mau di bantah, tapi rupanya punya banyak sekali fans, termasuk Hyuga Hinata ini.

"Hanya sekali, aku bekerja sama dengannya. Kalau kau ingin tahu, sebenarnya Layla Rino tidak mau bukunya di buatkan gambar ilustrasinya, dia mengeluh terus akan hal itu."

"Eh? Benarkah? Tidak bisa di percaya, Sakura. Penggemarnya sangat menantikannya, saat Layla Rino itu mengungumkannya di websitenya, dia sendiri juga menuliskan jika ia sangat menantikannya juga." Kata Hinata tanpa menurunkan kekagumannya.

"Aku yakin website atau sosial media miliknya punya admin." Sakura tertawa, jelas sekali si penulis itu sangat menantang, sampai marah-marah di depannya. Tapi sudahlah, ia sudah tidak lagi berurusan dengannya lagi. "Em, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Silahkan saja, kau bebas bertanya, asal pertanyaannya wajar." Yang membalas Naruto, pria itu begitu energik dan sangat ceria, setiap kali mulutnya bergerak mengeluarkan kata, senyumannya tidak pernah terlupakan.

"Apa kalian sepasang kekasih?" Dan bukaannya ia segera mendapatkan jawaban, tapi malah tatapan tajam dari sosok di sampingnya. Sasuke. Dan dua orang di depannya pun mendadak diam menghentikan gerakannya, saling mengalihkan pandangannya. Sakura tidak mengerti, kenapa suasananya mendadak senyap begini. Serasa ada yang janggal dari pertanyaannya. Ia berdehem merasa ada yang salah. "Ah, maaf. Kalau aku tidak sopan, menanyakan hal itu. Aku minta maaf."

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang