21. Osaka.

2.3K 256 6
                                    

Sasuke menatap jengah pada dua orang di luar jendela mobilnya. Sudah sepuluh menit ia menunggu, melenceng dari kata sebentar yang Sakura bilang. Tapi kalau sampai ia melihat sekali lagi gadis itu mengembangkan senyum dan memperlihatkan deretan giginya, Sasuke jamin dua orang itu akan merasakan kemarahannya, karena membuatnya menunggu. Kegiatan yang paling ia benci.

Dan Sasuke tidak tau apa yang mereka bicarakan sampai harus memakan waktu, rasanya tadi Sakura hanya bilang akan menyerahkan proyek yang sudah di kerjakan. Tidak sampai mengobrol dengan asyiknya. Diliriknya sekali lagi pria yang bersama Sakura, ia tidak mengenalnya tidak juga tau. Pria asing, dengan rambut merah bata, dari sini ia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana rupanya, tapi yakin lebih tua dari Sakura. Yang artinya bukan teman bukan juga kenalan, hanya sebatas klien. Tapi masalahnya, kenapa harus membuat janji bertemu di taman? Meski ingin yakin pada anggapan yang pertama, Sasuke jadi geram sendiri, jangan-jangan itulah kekasih Sakura yang tidak ia ketahui.

Sasuke menggeram, tidak tahan lagi ia harus turun dan menghampiri mereka. Tapi kala ia sudah menekan pintu, Sakura sudah lebih dulu masuk dan duduk di sampingnya. "Maaf membuat mu menunggu."

Ia menghela nafasnya mencoba tenang, merasa tersadar dari rasa cemas yang tidak beralasan. Kenapa ia harus memikirkan pria itu bagi Sakura. "Hn, tapi sudah selesai kan urusannya?"

"Sudah." Sakura mengangguk kecil, dia membuka ranselnya. Dan Sasuke baru sadar kalau Sakura membawa sesuatu.

"Apa itu?" Katanya sambil menjalankan mesin mobilnya.

"Eh, ini. Buku, dari Sasori. Hadiah untuk ku, katanya bonus karena sudah mau bekerja sama."

Dalam hati Sasuke menyebutkan lagi nama pria itu, Sasori. "Kerja sama apa?"tanyanya pura-pura tidak tahu, karena memang ia tidak tau.

"Hanya membuat disain cover untuk bukunya. Tadi cover yang ke tiga."

"Dia penulis?"

"Iya. Dan dosen sastra bahasa di kampus ku, tapi baru jadi dosen tamu kalau dosen yang asli terkena stroke lagi." Jelas Sakura memasukkan dua buku yang ia bawa.

Dan Sasuke mencoba untuk tenang, rasanya tidak nyaman membicarakan pria lain. Dan pada dugaannya, Sasori pria itu hanya dosen dan klien, tidak lebih. Lalu kenapa ia merasa tidak senang mendengarnya. Seperti pria yang cemburu dengan kekasihnya.

Lalu mobilnya berhenti di lampu merah. Sakura diam dan tak berkata apapun lagi, tenang menatap jalan. Dan rasanya itu lebih baik dari pada mereka membicarakan orang lain. Sampai mobil mereka melaju lagi, masuk ke jalan layang bergabung dengan mobil lainnya yang mungkin juga punya tujuan yang sama. Bandara internasional Tokyo, dengan tujuan penerbangan ke Osaka.

Pagi setelah ibunya berkunjung, Sakura mendadak kembali termenung, memikirkan sesuatu. Meski tidak merubah sikap terbukanya, tapi ia bisa merasakan itu. Lalu tiba-tiba bertanya, apa ia perlu tau juga tentang orang tuanya. Dan Sasuke di landa kebingungan, di sisi lain ia merasa harus mengenal, karena tanpa sengaja ia telah menjadi bagian juga dari keluarga Sakura, sama seperti Sakura yang sudah menjadi keluarganya. Tapi di sisi lain, apa memang perlu? Maksudnya, pernikahan ini tidak benar-benar terjadi, karena pada kenyataannya Sakura juga merasa enggan mengakui dia sudah menikah. Karena bagaimanapun sesuai perjanjian, ia dan Sakura akan berpisah setelah anak itu lahir. Dan berakhirlah tanggung jawabnya dengan Sakura, terlepas pula dengan keluarganya.

Tapi jelas pemikirannya yang kedua sangat tidak etis dan akan menyakiti hati Sakura. Meski ia juga tidak tau persis apa yang Sakura rasakan. Maka Ia mengangguk dan mengajaknya untuk pergi ke Osaka dan memberikan kabar jika mereka sudah menikah.

"Aku sudah putuskan untuk menunda kuliah ku." Kata Sakura tiba-tiba, dan ia langsung menoleh menatapnya.

"Kenapa? Kenapa harus di tunda?"

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang