6. Numb

2.8K 284 9
                                    

Malam ini Sakura kembali menemukan dirinya membuka mata kala tengah malam tiba. Bukan karena hawa dingin yang di bawa angin lewat jendela yang terbuka. Atau karena dirinya yang merasa haus tiap malam. Lebih dari itu, mimpi buruk membangunkan dirinya. Alasan klasik, tapi siapa yang tahan jika harus kembali pada kejadian yang tak pernah di harapan. Kejadian yang merenggut semua kewarasan, dan segala yang dimiliki.

Berungkali Sakura menahan mimpi itu untuk tidak kembali muncul, dengan tidur terlampau larut, saat dirinya benar-benar kelelahan. Tapi lagi-lagi mimpi itu seperti ekor yang akan mengikuti badannya kemanapun. Menemukan lagi dirinya yang terbaring di bawah pria asing, di tempat yang asing, di situasi yang asing. Pemerkosaan itu tak pernah terbayangkan dalam hidupnya, saat ia selalu berhati-hati dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Menimalisir masalah yang mungkin timbul. Tapi malam itu, jiwa dan raganya benar-benar di renggut dan sekarang sudah mulai mati rasa.

Dan harusnya Sakura melaporkan ini pada yang berwenang. Tapi apa daya. Siapa dirinya, siapa pria itu. Tau di mana dirinya saja, tidak. Apa yang bisa ia laporkan, di mana bukti yang akan menyeret pria itu. Kalau mengandalkan wajah yang hanya sekelebat terbayang, rasanya pun sia-sia, karena sekarang Sakura malah lupa bagaimana rupa orang itu.

Atau bisa jadi, dia seseorang yang memiliki banyak harta. Orang seperti itu jelas sangat ketara perangainya. Berbuat sesukanya. Saat merasa terpojok, maka dengan mudah akan mengembalikan situasi, hanya dengan lembaran uang. Alih-alih dirinya yang terbebas, malah diadili balik. Dari remangnya ruang saat itu jelas tempat itu sungguh mewah.

Dan satu isakkan lara kembali Sakura luncurkan untuk malam itu. Apa yang bisa ia lakukan? Menempatkan dirinya yang tak berdaya pada kepasrahan? Harusnya tidak. Mungkin malam itu malam kemalangannya, tapi Sakura tidak mau terus dalam lingkaran pedih itu. Sakura harus bangkit dan melupakan segalanya. Tapi apa yang sangat ingin dilupakan malah akan terus terkenang.

Dirinya bangkit, seperti pada malam-malam sebelumnya. Menenggelamkan diri lagi ke bak mandi yang dingin akan melupakan mimpi itu, walau hanya sesaat. Menunggu pagi sampai menggigil, lalu siangnya akan berjemur di bawah matahari langsung untuk menghindari demam. Dalam diam Sakura kembali menangis. Menjelajahi lagi masa lalunya. Kala Sakura remaja yang sibuk dengan pekerjaan paruh waktu. Dengan semua kegiatan sekolah, atau kesibukannya mencari beasiswa lewat internet dengan curi-curi waktu.

Atau jauh dari waktu itu. Kala masa kecilnya yang tidak di penuhi dengan kasih sayang yang utuh. Ketika semua anak mendapatkan perhatian saat sakit, ketika ulang tahun akan mendapatkan hadiah, bahkan di saat natal. Tapi, Sakura tidak. Masa kecilnya hanya di penuhi tugas rumah. Membersihkan debu di segala sudut ruangan, memotong rumput di kebun belakang, dan memasak untuk makan siang dan malam.

Sayangnya, saat itu Sakura tidak pernah merasa keberatan. Menganggap itu sebagai bentuk kasih sayang yang lain dari orang tuanya. Hingga setelah ia sedikit dewasa dan memahami semuanya, ia tau bahwa hidupnya sangat miris. Berbekal keberanian dan tekat untuk merubah hidupnya di masa depan. Lari dari kota Osaka sampailah ia di Tokyo kini, kota besar yang penuh akan keglamoranya. Sakura hampir sampai pada kejayaan, tapi semuanya hancur di tengah jalan.

Sepinya pagi buta membangun Sakura dari lamunannya. Badannya sudah cukup menggigil, darahnya mulai membeku, dan dering ponselnya di dalam terus mengusik pendengarannya. Sakura bangkit, membalut dirinya lebih dulu dengan handuk. Kepalanya pening tapi Sakura masih bisa bertahan.

"Hai, selamat pagi Haruno. Apa aku mengganggu pagi mu, sepertinya iya." Suara Sasori menyapa. Ia melirik jam dinding di pojok, masih pukul setengah tujuh, tidak terlalu pagi.

"Hm, selamat pagi, Sasori-sensai. Tidak, tidak masalah. Aku sudah siap dengan pagi ku. Ada apa?" Sakura duduk di pinggir dipan. Memeluk dirinya.

Ada hening sesaat, sebelum Sasori kembali bersuara. "Terimakasih sudah mau menerima ku sepagi ini, " lalu suara kekehan terdengar. "Aku sudah melihat disain mu, baru saja 'sih. Tapi aku suka," Suaranya terdengar ceria dan semangat, membawa sensasi sendiri pada Sakura.

Better [ Telah TerRevisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang