🎋1. Prolog

2.4K 105 16
                                    

🌟🌟🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌟🌟🌟

20.00 WIB

"Mau ngapain lo ke sini?" tanya kak Marsya dengan nada suara tinggi, saat melihat diriku ikut bergabung di acara pesta ulang tahunnya yang ke-15 dengan dress usang.

Aku menunduk saat banyak pasang mata yang melihat ke arahku. Mereka memandang rendah diriku. Aku tidak punya pilihan lain, selain menggunakan dress ini, satu-satunya dress yang kumiliki. Hadiah pertama dan terakhir dari papa karena mama tiriku selalu saja menghalangi papa untuk memberikanku hadiah.

Tak sampai di situ, kak Marsya yang memang tidak menyukai diriku. Berjalan mendekat, menarik rambutku dengan kuat. Tubuhku terhuyung ke samping, aku mendongak menatap wajah Marsya yang menggeram. "Kalau gue tanya itu di jawab. Dasar anak pembawa sial!" hardiknya dengan tangan yang semakin menarik kuat rambutku.

Aku memejamkan mata, menahan rasa perih. Bisa kurasakan, beberapa helai dari rambutku terlepas dengan paksa dari akarnya. Anak-anak lain, hanya menatap kami dengan pandangan acuh, tak jarang mereka juga ikut menyorakkan kak Marsya untuk melakukan hal yang lebih dari ini.

"Siapa yang berani nyuruh lo datang?!" tanya kak Marsya. "Jawab!" Dia menarik rambutku lebih kuat dari sebelumnya.

Aku menatap kak Marsya dengan pandangan takut. "Kata Adela, Kak Marsya yang ngundang aku," ujarku menahan tangis.

Plak

Tubuhku jatuh terduduk di bawah kaki kak Marsya, tanganku memegang bekas tamparan yang memerah. Belum hilang rasa perih di kepalaku dan sekarang aku harus merasakan perih di pipiku. Entah kemalangan apa yang akan terjadi padaku diriku setelah ini.

"Ngapain bawa-bawa nama gue?" tanya Adela. Dia adalah saudari tiriku, tetapi sayang. Dia tidak pernah menyukai kehadiranku di sekitarnya.

Aku menatap kak Adela dengan pandangan tidak percaya. Aku mengatakan yang sejujurnya, kak Adela adalah orang yang menjadi penyebab kehadiranku di acara ulangan tahun kak Marsya, tetapi mengapa dia mengelak?

"Tetapi, aku---"

Plak

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, kini pipiku yang satunya juga harus terkena tamparan panas dari mama. Mama menatap nyalang pada diriku, bisa kurasakan amarah mama lewat bekas tamparannya yang berdenyut nyeri di pipiku.

"Dasar anak sial, selalu bikin masalah! Ayo ikut saya." Mama segera menyeretku keluar dari ruangan tempat berlangsungnya acara dan mendorongku ke aspal yang dingin.

AQQELA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang