• Second Literary Work •
***
"Jangan jadikan seseorang yang tidak mengetahui apapun sebagai alat balas dendammu."
-Aqqela Tihani Azzaka-
Jangan terlalu benci seseorang karena benci dan cinta hanya dipisahkan oleh benang yang kapan saja bisa putus.
*...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku seorang laki-laki sejati, akan aneh rasanya bila aku berhenti berjuang hanya karena satu penolakan darimu.
~Rafiq Jameson Mannaf~
laki laki prinsipnya berjuang sedang perempuan prinsipnya di perjuangkan? betul apa betul?
~Aqqela Tihani Azzaka~
🌟🌟🌟
Keesokkan harinya, aku sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit karena keadaanku telah kembali seperti sedia kala.
Lagipula aku merasa bosan di rumah sakit sekaligus malu. Bayangkan saja, satu orang yang sakit, ah tidak maksudku satu orang yang mengalami pingsan biasa, tetapi yang menemani 10 orang.
Uh, bukankah itu terlalu ehem, tetapi sesuai permintaan dari seluruh keluargaku yang mulai akur karena sebuah fakta, aku harus tinggal di rumah sakit sampai sore.
Entah apa yang terjadi selama aku pingsan. Mendadak aku melihat semua keluarga layaknya keluarga yang telah mengenal lama. Apa aku melewatkan banyak kejadian?
"Noh makan."
Lamunanku buyar, aku mendelik pada kak Agam yang memberikanku nampan makanan secara kasar.
"Apa? Makan sana! Mau tuh mata saya colok terus jadiin cilok?"
"Dih kayak berani aja," sindirku
"Dih kiyik birini iji," ucap kak Agam menye-menye.
Aku memutar bola mataku malas. "Sudah? Kalau sudah ambilin aku minum sama kupasin aku buah," ujarku memerintah.
"Siapa ya"
Aku mendengus. "Kamu nggak tau aku? Dasar babu nggak tau diri!"