🎋9. Pernikahan

584 42 3
                                    

"Awal penderitaan dimulai sejak kata 'Sah' bergema di telingaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awal penderitaan dimulai sejak kata 'Sah' bergema di telingaku."

🌟🌟🌟

Penghulu memandang Rafiq. "Jadi bisa kita mulai?"

Hari ini adalah hari pernikahanku, hari di mana aku akan menjadi milik Rafiq seutuhnya. Hari ini juga semuanya akan berubah, menikah dengan pria berwujud iblis tidak pernah kubayangkan. Mungkin ini adalah awal dari penderitaanku.

"Iya." Jawab Rafiq lugas dan tegas.

"Baiklah, ikuti kata-kata saya," ucap penghulu menjabat tangan Rafiq.

Kenapa penghulu? Karena aku beralasan ayahku sudah mati kepada daddy Galang dan cuman wali hukum yang bisa menikahkanku.

"Ananda Rafiq Jameson Mannaf saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Adinda Aqella Tihani Azzaka binti Dimas Atma Purnama dengan mas kawin uang tunai sebesar seratus juta rupiah serta satu set perhiasaan emas dibayar tunai!"

Bisa kulihat wajah terkejut dari para tamu undangan. Mungkin mereka mengira aku anak daddy Galang, tetapi sayang kadang kenyataan begitu jahat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Aqqela Tihani Azzaka binti Dimas Atma Purnama dengan mas kawin dibayar tunai," ucap Rafiq dalam satu tarikan napas dengan suara tegas.

"Bagaimana para saksi?"

"Sah!" sahut mereka serempak.

Aku meneteskan air mata kesedihan yang diartikan oleh semua orang adalah air mata kebahagian, kecuali Afifah dan Rafiq yang mengetahui semuanya.

"Silahkan mencium dan membacakan doa di ubun-ubun istri Anda," ujar penghulu mengarahkan.

Rafiq mengangguk, dia mendekatkan wajahnya hingga berada tepat di ubun-ubun dan melafalkan doa-doa. Setelah itu mencium keningku dengan lembut.

Aku terpaku sejenak, bisa kurasakan desiran aneh yang terjadi di tubuhku akibat kecupan yang sekilas itu. Aku menarik napas, kumohon jangan tergoda semudah itu. Ingatlah! Dia pria berwujud Iblis, Qela!

"Cium tangan suaminya Qel," ucap bunda Sella menyadarkanku.

Aku segera mengambil tangan kanan Rafiq dan mencium punggung tangannya dengan takzim. Aku hanya tidak ingin orang-orang kembali mengerutkan kening.

Setelah itu acara makan-makan untuk penyambutan tamu dilakukan. Asyik dengan sekeliling hingga aku tak sadar jika Afifah telah berada di sampingku.

"Udah selesai?"

Aku melotot menepuk pundak Afifah dengan keras. "Astagfirullah Fah, kamu ngagetin aja ih," sungutku kesal.

Afifah mengelus bekas pukulanku. Dia menyengir pelan. "Maaf, lagian kamu sih terlalu sibuk melamun hingga nggak sadar kalau suamimu itu sudah menghilang dari panggung."

AQQELA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang