• Second Literary Work •
***
"Jangan jadikan seseorang yang tidak mengetahui apapun sebagai alat balas dendammu."
-Aqqela Tihani Azzaka-
Jangan terlalu benci seseorang karena benci dan cinta hanya dipisahkan oleh benang yang kapan saja bisa putus.
*...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dirimu layaknya bintang sejati, yang terus bersinar di langit malam. Sementara aku hanyalah kerdil yang ingin mati, mengharap kebahagian yang tak kunjung datang.
🌟🌟🌟
Satu bulan berlalu begitu cepat seperti hembusan angin yang membawa terbang daun kering dari pohonnya.
Jika kalian tidak lupa hari ini adalah hari kedatangan Rafiq setelah mengurus perusahan ayah yang ada di Canada.
Sudah sebulan juga diriku mengalami mual serta ngidam yang aneh-aneh dan berimbas kepada Afifah---bibi dede bayiku.
Hari ini mau tak mau aku harus siap menerima semua siksaan yang diberikan oleh Rafiq---suami sahku.
"Kamu tidak apa-apa?"
Aku menoleh kesamping. "Tidak. aku baik-baik saja Fah."
"Sungguh?"
Aku mengangguk. "Iya."
"Baiklah. Yuk kita turun ke bawah ayah dan ibu sudah bersiap untuk menyambut kedatangan kakak," ajak Afifah.
"Apa kita akan menjemputnya di bandara?" tanyaku menuruni tangga beriringan dengan Afifah.
"Tidak. Kakak akan dijemput oleh supir pribadi ayah dan mungkin dia akan datang 3 menit lagi," papar Afifah menjelaskan.
Aku mengangguk pelan, berjalan mendekat pada ayah dan ibu yang sedang duduk di ruang tengah.
"Qela, apa kamu sudah tidak sabar menunggu suamimu?" tanya ayah Rafiq menggoda diriku yang kutanggapi dengan senyum tipis.
"Apa kau gugup?" tanya ibu Rafiq menimpali.
Aku mengerutkan kening. "Gugup?" tanyaku bergumam pelan. Untuk apa aku gugup?
"Ah, itu malam pertamamu," ujar ibu Rafiq terkekeh pelan.
Afifah mengkerutkan kening. "Malam pertama itu apa sih. Bu?" tanyanya penasaran.
"Loh kamu nggak tahu?" tanya ibu Rafiq dan dibalas anggukan polos dari Afifah.
Ibu Rafiq menggeleng pelan. "Nanti ada saatnya kamu tau sendiri," ucap tertawa pelan diikuti ayah Rafiq.
Harus kuakui Afifah adalah manusia terbodoh jika di hadapkan dengan percintaan dan hal-hal yang berbau negatif lainnya, tetapi dia akan menjadi anak pintar jika di hadapkan dengan pelajaran yang jawabannya beranak cucu seperti matematika contohnya.