🌟🌟🌟
24 jam berlalu sangat lama untuk seorang ayah yang menunggu putrinya sadar dari kritis.
"Tinggal berapa jam lagi, Gam?" tanya Dimas yang sedang menatap putrinya.
Agam melirik jam dinding sekilas. "Tersisa 2 jam lagi hingga Qela sadar, Pak," jawabnya.
Dimas---papa Qela menghela napas. "Kenapa 24 jam terasa sangat lama," gumamnya pelan.
"Pak, apa tidak sebaiknya Bapak tidur dulu? Dari kemarin Bapak tidak tidur, saya khawatir kesehatan Bapak akan terganggu" ucap agam cemas
Dimas tersenyum. "Saya kuat. Saya tidak selemah itu Gam, hingga bisa jatuh sakit hanya karena tidak tertidur satu malam," ucapnya meyakinkan.
Agam menghela napas. "Baiklah Pak kalau seperti itu, saya pamit ke kantor dulu ada pertemuan dengan klien," pamitnya.
Dimas terkekeh pelan. "Klien? Apa itu Afifah?"
Agam tersedak. "Bukan Pak, ini murni klien bukan klien abal-abal," ucapnya menyanggah.
Dimas mengangguk geli. "Sudahlah, sampaikan saja permintaan maaf saya karena tidak bisa menghadiri meeting dengan klien."
Agam mengangguk patuh. "Baik Pak. kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum," ucap Agam lantas mencium telapak tangan Dimas.
Setelah Agam menghilang dari balik pintu, Dimas kembali menatap Qela dengan tatapan penyesalan. Dia mengambil tangan Qela dan menyatukan dengan tangannya.
cup!
"Maafkan papa Qel. Maaf. Maaf. Papa terpaksa. Maaf. Papa minta maaf sama kamu," ujarnya lirih.
Dimas mencium tangan Qela berkali-kali. Terus saja menggumam 'kan kata maaf dengan mata memerah menahan tangis.
"Papa melakukan semua ini demi kebaikan kamu. Lima tahun yang lalu penjualan perusahaan papa meningkat dan dengan ini semakin meningkat juga musuh papa."
Dimas menyeka air matanya sebelum melanjutkan ucapannya yang mungkin tidak akan didengar oleh Qela. "Waktu itu papa punya musuh yang notabenya adalah sahabat SMA papa dan dia mengincar kamu, tetapi di lain tempat mata-mata papa memberitahukan bahwa mama tiri kamu membuang kamu begitu saja tanpa belas kasihan---"
"---Lalu papa menelpon Galang untuk membawamu pergi dalam perjalanan ke Rusia. Papa tau. Papa salah dengan tidak menjelaskan semua ini padamu hingga membuatmu terbelenggu oleh prasangka-prasangka buruk, tetapi musuh papa di mana-mana. Bisa saja mereka mengetahui keberadaanmu jika papa mendatangimu di Rusia atau menelponmu. Mereka bisa melakukan hal gila yang belum pernah papa pikirkan dan papa tidak mau itu terjadi padamu---"
"---Jika kamu tanya kenapa harus kamu yang menjadi korban musuh musuh papa. Itu karena semua musuh papa tau, hanya kamu anak kandung papa sedangkan Adelia hanya anak tiri papa," ujar Dimas dengan tangan yang mulai mengelus pelan kepala putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQQELA [Completed]
Romance• Second Literary Work • *** "Jangan jadikan seseorang yang tidak mengetahui apapun sebagai alat balas dendammu." -Aqqela Tihani Azzaka- Jangan terlalu benci seseorang karena benci dan cinta hanya dipisahkan oleh benang yang kapan saja bisa putus. *...